"Kau mengantarku? Gak, aku gak mau. Aku bisa berangkat sendiri. Atau aku bisa berangkat dengan Nindy." Tolak Zaskia yang tak ingin malu jika semua teman-temannya tahu jika Suaminya hanyalah pengusaha bakso.
"Tapi acaramu malam kan? Aku tak mungkin membiarkanmu keluar malam-malam."
"Ayolah Joko, aku pergi ke acara ulang tahun. Dan disana ada banyak teman-temanku. Lagi pula gak ada yang ngajak suaminya. Nanti aku malu."
"Tapi,"
"Tak ada tapi, aku akan meminta temanku untuk menjemputku dan juga mengantarku pulang kembali jadi kau tak perlu khawatir. Nindy adalah sahabat baikku jadi kau bisa percaya kepadanya."
Djaka berpikir sesaat. Ia menatap perempuan di hadapannya dengan ragu. "Baiklah. Aku percaya padamu. Aku mengijinkanmu asalkan kau berpakaian sopan besok." Pada akhirnya Djaka menyetujui dan juga memberikan ijin pada istrinya untuk pergi.
"Eum, tentu saja." Jawab Zaskia walau dengan ragu.
Zaskia merasa lega karena pada akhirnya Djaka mengijinkannya untuk pergi. Kini ia bisa bernapas lega. Namun ia memiliki rencana lain untuk pestta besok. Ia ingin menjadi Zaskia yang seperti biasanya, bukan Zaskia si istri penjual bakso. Ia menyeringai mendapati ide yang muncul dalam kepalanya.
***
Disisi lain ada keluarga Dimitri yang sampai malam ini tak bisa hidup tenang, pasalnya sejak mengetahui jika putra mereka masih belum di temukan di tambah sekarang statusnya adalah buronan membuat mereka menjadi sangat khawatir.
"Pa, ayolah. Coba cari Alvin sampai ketemu!"
"Aku juga tau, kau pikir aku hanya diam saja? Aku juga sudah menyuruh orang untuk mencari keberadaanngya. Tapi memang sampai saat ini masih belum ada petunjuk." Jawab Dimitri. Sementara Anne masih saja menangis.
Kini Dimirtri meraih ponselnya, ia hendak menghubungi seseorang. Ia mencari sebuah nama yang tentu sangat ia kenal.
"Papa mau menghubungi siapa?"
"Djaka. Dia pasti bisa membantu kita menemukan Alvin."
"Tapi Pa. Zaskia ada bersamanya. Bagaimana nanti jika Zaskia samapai tau jika Alvin adalah buronan?"
"Memangnya kenapa? Jika tau ya biarkan saja dia tau."
"Papa ini bagaimana sih. Zaskia dan Alvin sudah berhubungan lama. Aku sangat mengenalnya. Dia dan Alvin sangat saling mencintai. Meskipun sekarang dia sudah menikah dengan Djaka tapi mama sangat yakin jika Zaskia masih sangat mencintai Alvin. Dan jika dia tau yang sebenarnya terjadi pada Alvin dia pasti tak akan bisa menerimanya."
Dimitri cukup mengerti dengan apa yang istrinya katakan. "Lalu aku harus bagaimana?"
"Kau hubungi Djaka dan minta dia kemari. Kita memang harus memberitahu Djaka, tapi Zaskia tak perlu tau masalah ini."
"Tapi bukankah lambat laun dia juga akan tau yang sebenarnya?"
"Papa. Lihat-lihat dulu dong situasinya. Zaskia baru menikah beberapa hari. Nama Alvin tak mungkin hilang begitu saja dalam hatinya kan?"
"Ya… ya… aku mengerti. Kalau begitu aku akan meminta Djaka kemari." Pria itu pun menekan nama sang putra sulung dan menintanya untuk bertemu karena ada hal penting yang ingin ia bicarakan.
Sementara itu Anne masih saja tampak bersedih dengan apa yang terjadi. Ia masih tak bisa percaya jika hal seperti ini menimpa Alvin. Putra kesayangannya. Wanita itu tampak sangat cemas. Sejak kemarin ia bahkan tak bisa tidur ataupu memejamkan matanya. Ia selalu membayangkan putranya ada di mana dan apa yang kini dilakukannya. Sebagai seorang ibu tentu saja ia bisa merasakan apa yang putranya rasakan saat ini. Anne yakin jika putranya saat ini sangat ketakutan. Alvin memang bukan anak kecil lagi. Tapi bagi Anne ia masih menganggap putranya masih kecil.
Keesokan harinya Djaka sudah sampai di kediaman keluarga Dimitri. Ia sendiri sudah cukup lama tak tinggal disana dan hanya sesekali datang berkunjung. Djaka agak merasa heran mengapa dirinya tiba-tiba diminta untuk datang, sedangkan papanya bicara dengan nada yang tak seperti biasanya.
"Djaka kau sudah datang?"
"Ya, ada apa papa memanggilku kemari? Apakah ada sesuatu yang penting?" tanya pria itu merasa penasaran.
Dimitri mendekati putra sulungnya dan memberikan selembar surat kepadanya. Djaka sendiri menerimanya dengan tatapan penuh tanya yang menyimpan rasa penasaran. "Apa ini Pa?" tanya Djaka dengan datar. Namun Dimitri tak menjawab sorot matanya tampak sendu seolah tak mampu menjawab pertanyaan putranya.
Tak mau semakin merasa penasaran Djaka pun membuka surat yang di lipat-lipat tersebut. Ia cukup tertegun karena disana terdapat kop surat dan lambing bertuliskan Kepolisian Republik Indonesia. Djaka membaca tiap kalimat yang tertulis disana, dan seketika ia pun tampak tercengang.
"Pa, apakah ini benar? Apakah mungkin Alvin memang melakukan hal itu?" tanyanya dengan lirih, sesungguhnya ia tak mampu untuk menanyakan hal itu.
"Entahlah Jack, papa sendiri juga tak tau, papa juga tak mengerti mengapa hal ini bisa terjadi. Papa pikir mungkin Alvin sebenarnya belum siap untuk sebuah bisnis."
"Lalu, apakah papa sudah tau di mana Alvin sekarang berada?"
Dimitri menggeleng pelan tanda ia memang tak tau apapun. "Papa memintamu kemari untuk itu. Papa ingin kau membantu papa untuk menemukan Alvin."
"Sebenarnya aku sendiri juga sudah meminta seseorang untuk mencari keberadaan Alvin, tapi memang sampai sekarang masih belum ada titik terang tentang dimana dia bersembunyi."
"Sejak Alvin menghilang Mamamu sama sekli tak bisa tenang, tiap malam ia tak bisa tidur nyenyak. Apalagi setelah tau tentang surat penangkapan ini, sejak semalam dia terus menangis."
"Papa tenang saja. Aku akan berusaha untuk menemukan Alvin. Aku tau dia pasti saat ini sedang berada di sebuah tempat untuk sembunyi. Tapi aku yakin dia tak akan bisa lama untuk bersembunyi." Tukas Djaka dengan sangat yakin.
Djaka memang cukup mengenal Alvin. Ia hafal betul sifat adiknya tersebut. Alvin akan bersembunyi jika ia merasa bersalah dan melakukan suatu kesalahan. Tapi Djaka ingat betul jika Alvin tak betah bersembunyi. Ia akan segera keluar dari persembunyiaannya saat ia merasa lelah. Alvin adalah tipe pria yang tak suka menyendiri, dia sangat suka bergaul dan berkumpul dengan teman-temannya. Karena itulah Djaka yakin jika cepat atau lambat Alvin akan segera keluar dari tempat persembunyiannya. Namun begitu Djaka sendiri tak bisa jika hanya menunggu, ia tetap harus bergerak untuk bisa menemukan keberadaan adiknya tersebut.
"Oh ya Jack, masalah ini jika bisa jangan sampai Zaskia tau. Papa merasa tak enak kepadanya, papa hanya tak ingin kabar ini hanya akan menjadi beban pikiran bagi Zaskia nantinya, karena bagaimanapun juga mereka berdua pernah saling mencintai." Pinta Dimitri pada Djaka agar tak memberitahu Zaskia masalah ini untuk menjaga perasaannya.
"Aku mengerti pa, papa tenang saja."
"Lalu bagaimana hubungan kalian berdua? Pasti tak mudah bagi kalian untuk hidup bersama."
"Ya, begitulah. Memang tak mudah mengerti dirinya. Tapi aku tak menganggap hal itu sebagai beban, tapi aku justru menganggapnya sebagai sebuah tantangan."