"Astaga, kau ini mahkluk apa? Pedenya sampai ke langit, emang situ oke?"
"Baik atau buruknya aku, faktanya aku adalah suami kamu. Dan kau wajib menghormatiku!"
"Kau memang suamiku, tapi jangan harap kau bisa mengaturku!"
"Benar kah? Tapi kau tak punya pilihan lain." Djaka tersenyum tipis menyindir Zaskia membuat perempuan cantik itu semakin merasa kesal.
Hari kini sudah semakin pagi. Matahari sudah semakin tampak naik ke peraduan. Djaka kini tampak berkemas, ia memasukkan barangnya yang tak seberapa itu ke dalam tasnya. Sedangkan Zaskia memperhatikannya dengan heran.
"Kau mau kemana?" tanya perempuan itu yang tampak penasaran.
"Pergi, kau juga seharusnya cepat berkemas!"
"Memangnya kita mau kemana?"
"Check out, dan pulang. Memangnya untuk apa di sini terus?"
"Pulang? Jadi kau akan mengantarku pulang?" Zaskia tampak tersenyum senang karena ia ingin segera pulang dan terlepas dari rasa kikuk dan tak nyaman ini bersama dengan pria yang kini ada di hadapannya tengah dibuk dengan tasnya.
"Ya, memang kita akan pulang tapi tidak ke rumahmu."
"Lalu? Apakah ke rumah papamu?"
Djaka menggelengkan kepalanya. "Kita akan pulang ke rumahku. Eum.. atau mungkin rumah kita." Imbuh Djaka meralat sedikit kalimatnya.
Zaskia tampak menyerngitkan keningnya tak mengerti dengan maksud Djaka. "Rumah yang mana?"
"Kau akan tau nanti."
Jujur saja, Zaskia tak tau jika Djaka punya rumah, yang ia tau Djaka hanya memiliki sebuah bisnis bakso. Ia memang tak pernah tanya-tanya banyak mengenai Djaka pada Alvin sebelumnya karena ia sama sekali tak tertarik. Hanya saja selama ini Alvin sendiri yang sering bercerita kepadanya tentang kakaknya yang memiliki usaha bakso.
Walaupun merasa penasaran namun Zaskia tak berekpektasi tinggi tentang rumah yang akan ia huni nantinya, Zaskia yakin jika rumah itu adalah sebuah rumah sederhana karena usaha Djaka yang hanyalah sebatas usaha kecil.
Tak mau banyak bertanya Zaskia pun juga ikut berkemas, ia memang belum membawa banyak pakaian karena berniat mengambilnya nanti di rumah papanya. Baginya yang paling penting dan wajib ia bawa adalah kosmetik dan skincare yang adalah penunjang penampilannya.
Zaskia memang cukup senang bisa segera keluar dari kamar hotel itu, baginya melihat hiasan dan dekorasi indah ala pengantin baru justru membuatnya muak. Sesuatu yang harusnya membuatnya bahagia, nyatanya hanya memberikan rasa benci dan kemarahan saja.
Kini setelah berkemas Zaskia sendiri juga sudah menyisir rambuynya dengan rapi dan memakai dres selutut tanpa lengan yang membuatnya tampak cantik dan terlihat fresh. Namun tiba-tiba saja Djaka menyodorkan sebuah kantung kepadanya. Perempuan itu menyerngit kepadanya.
"Apa ini?"
"Pakailah!"
Zaskia menarik sudut bibirnya sambil cemberut, karena penasaran ia pun memutuskan untuk membuka kantung tersebut. Ia cukup terkejut melihat satu set pakaian ala Muslimah lengkap dengan kerudungnya. Zaskia melirik ke arah Djaka dengan kesal, rupanya pria itu memang serius dengan syarat yang ia berikan sebelum pernikahan kemarin. Kini sepertinya ia di tuntut untuk mengubah penampilannya seperti yang Djaka mau.
"Apa ini?"
"Pakaian, Pakailah!"
"Aku gak mau, panas." Jawab Zaskia singkat yang menolak apa yang Djaka berikan.
"Kau tak bisa menolak karena kau sudah berjanji dan menerima syarat dariku."
"Tapi aku gak mau."
"Kau harus mau."
"Huhh.. oke. Tapi gak sekarang. Aku akan memakainya besok. Atau mungkin jika ada acara-acara tertentu saja." Kilah Zaskia yang masih mencoba mengulur waktu untuk mengubah penampilannya.
"Aku ingin kau memakainya sekarang. Dan mulai hari ini, kau harus mengganti semua pakaianmu itu dengan gaya berpakaian seperti ini. Tertutup."
"Joko plis deh.. aku gak nyaman pakai ini, aku lebih nyaman memakai pakaianku yang sekarang ini."
Zaskia memang sudah terbiasa menggunakan pakaian casual, bahkan kadang ia lebih suka tampil terbuka karena menurut teman-temannya ia memiliki bentuk tubuh indah dan proporsional. Semua gaun ataupun dress selalu tampak pantas dan cocok untuknya. Dan kini ia harus menggunakan gaya berpakaian tertutup yang menurutnya gak banget.
"Kau akan lebih nyaman jika sudah terbiasa. Maka dari itu kau harus membiasakannya mulai dari sekarang."
"Jika tidak?"
"Kau sudah berjanji saat kita menikah."
"Jika tidak?"
"Jika tidak aku sendiri yang akan memakaikan pakaian ini setiap hari untukmu. Bagaimana? apakah kau butuh bantuan? Atau, apakah perlu kurobek juga pakaianmu itu dengan pisau belatiku?" kini apa yang di katakan Djaka seketika membuat Zaskia bungkam. Ia tak bisa berkutik lagi dan tak bisa menyangkal lagi apa yang Djaka katakan.
"Aku bisa sendiri." Zaskia mengambil kantong itu dengan kesal dan pergi dengan marah meninggalkan Djaka yang justru kini tersenyum tipis.
Didalam kamar mandi Zaskia mengganti pakaiannya, ia menatap sebuah long dress berlengan panjang dengan warna dusty pink. Modelnya memang cukup bagus dan kekinian. Setidaknya Djaka tau fashion, walau begitu Zaskia tetap merutuki nasibnya sendiri yang harus melakukan apa yang tidak ia inginkan.
Kini Zaskia sudah mengganti bajunya. Ia menatap pantulan dirinya di cermin yang tampak norak baginya. "Oh tidak, Zaskia apa ini kau? Kemana Zaskia yang sexy dan fashionable?" memang kini dirinya berbeda 180 derajat.
Zaskia melangkah keluar dari kamar mandi dengan penampilan barunya. Djaka melihat Zaskia yang kini sudah berubah wujud menjadi Zaskia yang baru. Djaka menatap perempuan itu dari bawah hingga ke atas. Seketika ia terkagum dengan Zaskia yang baginya jauh lebih cantik dari sebelumnya dengan penampilan baru seperti ini.
"Sudah puas?" tanya Zaskia dengan ketus setelah menuruti apa yang Djaka inginkan.
"Eumm. Cantik, tapi ada yang kurang." Djaka berjalan mendekati Zaskia dan mencoba untuk merapikan kerudung yang hanya menempel di kepala dan di ikat seadanya dengan rambut yang masih kelihatan dimana-mana.
"Kau mau apa?" Zaskia gugup karena Djaka kini begitu dekat dengannya.
"Merapikanmu. Menyempurnakan apa yang belum sempurna."
Djaka melepas kain kerudung itu sesaat dan merapikan rambut Zaskia sebelum ia memasangkannya kembali dengan posisi yang lebih pas dan lebih rapi. Zaskia hanya menurut sambil menatap Djaka yang tubuhnya begitu dekat dengannya, wangi parfumnya juga bisa ia cium dengan jelas. Aromanya wangi dan segar. Dan ia menyukainya, tak ia sangka jika penjual bakso bisa berpenampilan keren dan wangi seperti ini, terlebih parfum yang di pakai Djaka seperti parfum mahal.
"Apa yang kau lakukan?" Zaskia terperangah saat Djaka kini menyentuh dagunya dan memintanya untuk sedikit mendongak keatas.
"Diamlah atau dagumu akan tertusuk jarum!"
"Tadi kau mengancamku dengan pisau belati dan kini kau mengancamku dengan jarum? Kau ingin membunuhku pelan-pelan?"
Djaka kini tak menghiraukan apa yang perempuan di depannya tersebut katakan ia hanya fokus menyematkan sebuah jarum ke bawah dagu Zaskia. Sementara Zaskia sendiri menatap Djaka. Dalam jarak sedekat ini ia baru sadar jika pria itu cukup tampan.