Apa yang di katakan Djaka memang benar. Ia sendiri sudah merasa sangat tidak nyaman dengan gaun yang terasa berat itu. Belum lagi hiasan di kepalanya yang membuat kepalanya terasa pening. Bahkan softlen yang ada di matanya dan juga bulu mata yang sedari tadi menempel di kelopak matanya membuatnya kini bahkan terasa sangat berat untuk membuka mata.
Namun tak ada siapapun disini, ia harus melepaskannya sendiri. Perlahan ia melepas semua aksesoris yang ada di rambutnya, Zaskia juga menghapus make up yang membuatnya tampil sangat cantik hari ini. Namun sayang, saat ia melepaskan gaun pengantinnya, resleting yang ada di punggungnya macet di tengah jalan membuatnya kesulitan menjangkaunya bahkan saat berkali-kali mencobanya ia tetap merasa jika resleting itu sangat sulit untuk di gerakkan.
"Ahh sial, apa lagi ini?" gerutu Zaskia yang merasa jika hari ini asalah hari yang paling buruk dalam hidupnya.
Ceklek..
Suara pintu dibuka terdengar. Zaskia semakin merasa panik karena kini Djaka sudah selesai mandi sementara dirinya masih terjebak dalam situasi rumit dengan resleting gaun pengantinnya yang bermasalah.
Zaskia mencoba untuk menutupi apa yang terjadi. Ia berdiri dan bersikap seolah tak terjadi apapun meskipun raut wajahnya sangat nampak jika memang sedang terjadi sesuatu. Namun Djaka tidaklah buta, ia bisa melihat jika Zaskia sedang menyembunyikan sesuatu.
"Kau kenapa?"
"Kenapa? Aku, aku gak kenapa-kenapa," Jawabnya sambil menggelengkan kepalanya.
Zaskia menutup bagian dadanya dengan menyilangkan kedua tangannya. Bagaimana tidak resleting yang macet di tengah jalan di punggungnya membuat bagian depan kemben gaun pengantinnya itu menjadi longgar dan semakin membuatnya tak nyaman karena gunung kembarnya menyembul hampir terlihat seutuhnya.
Djaka yang mengusap rambutnya yang basah menyadari jika ada yang aneh dengan Zaskia. Ia melirik ke arah perempuan itu dengan heran. Namun sedetik kemudian ia tersenyum tipis. Ia berusaha menahan tawanya saat melihat ke arah cermin. Djaka bisa melihat dengan jelas permasalahan yang kini sedang dihadapi Zaskia, punggung terbuka itu terlihat jelas dari pantulan cermin.
"Kenapa kau tertawa? Apakah ada yang lucu?" Zaskia yang angkuh dan sombong bertanya dengan ketus.
Perempuan itu bahkan merasa jika ia ingin berlari keluar kamar hotel dan meminta pertolongan seseorang untuk membantunya melepaskan gaun yang macet tersebut. Namun sayang, ia tentu saja tak mau keluar dengan kondisi seperti setengah telanjang seperti ini.
Djaka melemparkan handuk basah yang ia gunakan untuk mengusap rambut di kepalanya sehabis keramas. Pria itu berjalan mendekati sebuah tas yang ia bawa ke kamar hotel itu. Ia tampak sedang mencari sesuatu.
Mata Zaskia melebar seketika saat ia melihat apa yang kini ada di tangan Djaka. Sebuah pisau belati kini ada di genggaman tangan pria itu. Dan kini, Sang penjual bakso itu berjalan ke arahnya. Perlahan Zaskia mundur, ia takut jika Djaka berbuat sesuatu kepadanya.
"Apa yang kau lakukan? Kenapa kau membawa benda itu?" tanya Zaskia dengan gugup sambil melangkah mundur.
Namun Djaka sama sekali tak menjawab ia masih tetap melangkah maju mendekati Zaskia dengan membawa sebuah belati di tangan kanannya. Ia tau jika Zaskia ketakutan tapi ia tetap tak peduli.
'Apa ini? Apakah dia seorang psikopat? Apakah dia mau membunuhku? Oh tidak, hari buruk apa ini? Pertama aku harus menikah dengan orang yang tak aku cintai, dan kini apakah aku juga harus mati di tangannya?' batin perempuan yang masih mengenakan gaun pengantin dengan rambut yang sudah terurai namun masih tampak kusut dan berantakan tersebut. Tak hanya itu, wajahnya bahkan tampak seperti hantu karena sisa make up di matanya masih belum terhapus dengan sempurna yang justru kini meninggalkan noda hitam di area matanya.
Ketika Djaka sudah sangat dekat dengan Zaskia. Pria itu menarik tangan Zaskia dengan kasar dan membuatnya berbalik. "Apa yang kau lakukan? Apakah kau sudah gila?" pekik Zaskia sambill meronta meminta untuk dilepaskan.
Djaka sama sekali tak menjawab, ia masih berusaha membuat Zaskia membalikkan badannya di kala perempuan itu yang mencoba meronta.
"Joko, apa yang kau lakukan Joko..? jangan bunuh aku..!" Zaskia merintih dan memohon, jujur saja ia merasa sangat takut. Ia tak ingin mati konyol begitu saja. Apa lagi mati di tangan pria yang baru saja menikahinya.
Kreekk..
Kreekk..
Pisau belati itu rupanyanya kini mengoyak bagian belakang gaun berwarna putih yang di kenakan Zaskia. Seketika Zaskia membelalakkan matanya, ia sama sekali tak dibunuh. Ia bahkan tak menyangka jika Djaka akan merusak gaun yang ia kenakan.
Seketika gaun itu bahkan hampir jatuh jika saja Zaskia tak menahan sisa kain yang menutupi area depan. Namun bagian belakang? Apa ini? Kini bahkan punggung mulus Zaskia terpampang jelas di mata Djaka yang sepersekian detik terkesima melihatnya.
"Kau? Apa yang kau lakukan? Kau merusak gaunku?" pekik Zaskia yang merasa sayang dengan gaunn indah yang kini rusak tersebut.
"Seharusnya kau berterimakasih kepadaku karena aku menolongmu yang sedang kesusahan. Memangnya kau mau lari kedepan dan meminta bantuan orang lain dengan kondisi hampir setengah telanjang seperti tadi?"
"Tapi apa yang kau lakukan? Kenapa kau harus merusak gaunku dengan cara seperti ini? Bukankah kau bisa menarik resletingnya dengan pelan?"
"Memangnya kenapa? Mau aku apakan gaun itu, itu terserah aku. Lagi pula kau juga tak akan memakainya lagi kan?"
"Tapi tidak dengan merusaknya juga kan?"
"Terserah, setidaknya aku sudah merasa puas dengan merusak gaun itu." Jawab Djaka dengan datar dan kini sambil melempar belati di tangannya ke sembarang tempat. Namun matanya masih tertuju pada punggung indah di depan matanya.
"Apa yang kau lihat? Jangan melihatku seperti serigala buas yang lapar!" Hardik Zaskia dengan kasar. Ia mengucapkan kaliamat itu dengan berani walaupun sebenarnya jauh dalam lubuk hatinya ia merasa takut.
"Kau.. kau jangan terlalu percaya diri. Cepat mandi dan cuci rambutmu itu! Aku tak suka aroma hair spray," Jawab Djaka dengan ketus walaupun sebenarnya ia mengataka hal itu dengan setengah terbata-bata dan mencoba mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Zaskia benar-benar tak habis pikir dengan apa yang baru saja Djaka katakan. Sejenak ia meraih helaian rambutnya dan mencium aroma rambutnya sendiri, dan mungkin apa yang dikatakan oleh Djaka ada benarnya. Rambutnya memang masih tercium aroma hair spray. Bahkan rambutnya yang bekas disasak juga masih tampak berantakan. Ia melirik pantulan dirinya yang seperti hantu.
Dengan Gerakan cepat Zaskia berusaha untuk segera mencapai kamar mandi. Namun sayang, gaunnya yang kini kedodoran karena sudah dirusak Djaka membuatnya tersandung dan terjerembab kedepan.
"Auuuww.. Oh tidak. Apa yang kau lihat? tutup matamu Joko…!!"