webnovel

Seorang Alpha?

Kaki jenjang Qelia yang cukup kusam berhenti untuk bergerak, ketika dia sampai di depan pintu goa. Ukurannya bisa dikategorikan dalam ukuran sedang. "Buruan Rusanya ada di dalam, Ma!" seru Aksvar mulai memberontak dalam gendongan sang mama.

Qelia mengangguk dan menurunkan Aksvar, sementara Vesko masih betah dalam pelukan sang mama. Bocah itu mengalungkan kedua tangannya pada leher sang mama, lalu menyenderkan kepala pada bahu Qelia.

Aksvar melangkah masuk diiringi oleh Qelia di belakangnya. Wanita dua anak itu berjaga-jaga siapa tau ada hewan buas di dalam. Namun, baru berapa langkah memasuki bagian goa. "Berhenti dulu!" titah Qelia meraih bahu Aksvar dan membisikkan kalimat itu dengan sedikit membungkuk, seraya menahan tubuh Vesko agar tak terjatuh.

Aksvar, bocah empunya itu langsung berhenti melangkah dan mengangkat sebelah alis. Dia menatap sang mama dengan tanda tanya besar dalam kepala. "Ada apa, Ma?" tanya Aksvar.

Qelia langsung menempelkan jari telunjuk pada bibirnya, isyarat sebagai kata diam.

Ekspresinya yang serius, seakan menerawang jauh ke dalam isi goa di depan sana. Aksvar paham dan tak berkata apa-apa lagi di saat melihat ekspresi sang mama. Dia bungkam. Raut wajah bocah itu terlihat pucat.

Bocah itu bersiap memasang kuda-kuda. Sebagai pencegahan, siapa tahu ada serangan secara tiba-tiba dari depan.

Kembali ke Qelia. Dia sedang merasakan sesuatu yang sangat aneh terjadi pada tubuhnya. Rasa panas seperti habis diberi obat perangsang. ‘Apa yang terjadi dengan tubuhku?’ Tanya Qelia dalam hati.

Napasnya terengah-engah. Tubuhnya perlahan seperti kehilangan kendali dan tenaga, tapi tak kunjung menurunkan Tubuh Vesko yang berada dalam gendongannya.

“Tuan, saya merasakan hawa kehidupan yang sepertinya berasal dari seorang Alpha!” tanpa peringatan sedikitpun, Xevanus membuka suaranya hingga menggema dalam kepala Qelia.

“Apa yang terjadi pada Anda adalah reaksi seorang Omega ketika bertemu feromon Alpha. Lebih baik, Anda menurunkan Vesko terlebih dahulu!” saran Xevanus dengan nada serius yang jelas sekali bisa dirasakan oleh Qelia.

Wanita muda itupun mengangguk pelan. “Vesko, Sayangnya Mama. Turun dulu ya,” bujuk Qelia menyembunyikan rasa sulit yang dia rasakan saat ini. Vesko mengangguk dan tersenyum.

“Iya Ma!” jawabnya.

Qelia pun menurunkan Vesko dari gendongannya. Bocah itu berjalan ke dekat Aksvar.

“Kak, ada apa?” tanyanya berbisik. Dia agak heran, ketika melihat sang kakak memasang kuda-kuda yang telah diajarkan oleh mama mereka sebelumnya.

Aksvar menoleh.

“Aku merasakan energi aneh yang membuatku kesal tiba-tiba,” jawabnya dengan nada berbisik. Dia mencuri pandang ke arah sang mama, yang kini terlihat merona merah. Tanda Tanya besar pun muncul dalam kepalanya, tapi dia tak mempertanyakan hal itu pada sang mama.

‘Apa maksudmu?’ Tanya Qelia mengangkat sebelah alis, mendengar penjelasan Xevanus sebelumnya. Dia kurang mengerti akan apa yang barusan Xevanus jelaskan di dalam kepalanya.

Xevanus hanya bisa menghela napas pelan. “Ada seseorang di dalam goa ini. Dan orang itu adalah Alpha yang sedang melepaskan feromonnya,” jelas Xevanus untuk kedua kalinya dengan ekspresi serius.

Qelia yang paham akan penjelasan singkat barusan membelalakkan kedua matanya. Dia memundurkan langkahnya perlahan. “Aksvar, Vesko. Kita keluar dulu, ada sesuatu yang berbahaya untuk didekati di dalam sana!” tegasnya dengan raut tidak suka.

Dia mendekat ke Aksvar dan Veso, lalu menarik kedua bocah itu ke dalam gendongannya. Kedua bocah yang digendong secara tiba-tiba itupun bertanya-tanya dalam kepalanya, tentang apa yang terjadi saat ini.

“Ada apa Ma?” Tanya Aksvar, “Apa yang tak boleh didekati di dalam sana?”

Nada bertanyanya sangat pelan, tapi memiliki arti menekan dan meminta penjelasan saat itu juga. Tak jauh berbeda dengan Vesko. Walau dia hanya diam, tapi ekspresinya juga sama seperti Aksvar yang sedang meminta penjelasan.

“Itu adalah sesuat yang bisa membuat Mama merasakan keanehan. Keanehan itu tak bisa Mama jelaskan sekarang, karena umur kalian berdua belum cukup untuk bisa memahaminya. Dan belum boleh memahaminya!” tutur Qelia dengan tegas melangkah keluar.

Jawaban sekaligus penjelasan yang baru saja ditutur oleh Qelia, bukan membuat mereka berhenti untuk penasaran. Bahkan itu memuat mereka penasaran. Keduanya yang berada dalam gendongan itu saling bertatapan.

“Unghhh, to–tolong!” suara meminta tolong yang diawali dengan rintihan rasa sakit itu terdengar, di saat mereka sudah berada di bibir pintu goa.

Aksvar dan Vesko kini menatap sang mama. “Ma, ada orang meminta tolong di dalam goa sana!” beritahunya. Namun Qelia mengabaikan kata-kata Vesko.

‘Mungkin, feromon Alpha itulah yang tadi aku rasakan. Bahkan berefek sampai sekarang,’ batinnya menutup mata.

Merasa diabaikan, Vesko menoleh ke belakang dan menerawang di kegelapan. Namun dia tak melihat apa-apa. ‘Andai saja dia bukan Alpha. Mungkin aku bisa menyelamatkannya,’ sambung Qelia pelan.

“To–tolong, a–aku akan memberikan apapun yang kamu inginkan, bila menyelamatkanku!” tawar suara itu dengan nada memohon. Bersamaan dengan suara yang berhenti menggema itu, suara batuk-batuk pun menyusul.

Qelia menghentikan langkahnya ketika mendengar tawaran tadi. Saat keluar dari Pintu goa. Dia menurunkan kedua boca dalam gendongannya. “Kalian tunggu di sini. Biar Mama yang masuk,” titah Qelia, “Jangan masuk sebelum Mama panggil!”

Kalimatnya terdengar tak ingin dibantah, membuat Aksvar dan Vesko saling memandang dan mengangguk. “Siap Ma!” jawab mereka berdua mengangguk dan tersenyum ceria.

Qelia membalas senyuman ceria mereka dengan senyuman kasih sayang, lalu mengusap rambut keduanya sebelum memasuki goa seorang diri. ‘Xevanus, apa ada cara atau trik untuk menyembunyikan identitasku yang seorang Omega?’ tanya Qelia dalam hati.

Mendengar permintaan sang majikan, Xevanus mengetuk-ngetuk dagunya dengan jari telunjuk sambil memejamkan kedua mata. Dia berpikir keras untuk hal itu. Dia terdiam beberapa saat, sementara Qelia terus melangkah semakin dalam ke goa.

“Identitas Anda yang seorang Omega tak akan ketahuan, jika menekan siklus ‘heat’,” jawab Xevanus memejamkan kedua matanya. Qelia sontak menghentikan langkah mendengar jawaban dari Xevanus.

Dia membelalakkan kedua matanya tak percaya. “Cara itu sangat berisiko dan menyiksaku secara sepihak!” tolak Qelia yang tak setuju.

Siklus ‘heat’ atau siklus panas, adalah ketika tubuh seorang Omega melepaskan feromon secara tak terkendali. Itu terjadi setiap bulan, dan paling lama adalah tujuh hari. Ada tiga cara mengatasi siklus panas ini.

Cara pertama adalah meminum pil yang disediakan oleh pemerintah. Pil itu sudah diedarkan di pasaran. Namun, pil itu hanya bisa menekan siklus heat dan mengurangi rasa panas yang dirasakan Omega.

Cara kedua adalah dengan melakukan hubungan badan. Ya, tak salah lagi. Hubungan badan, jungkir balik berantem di atas kasur.

Cara terakhir itu hampir tak diketahui orang banyak, bahkan tak sampai hitungan di jari ke sepuluh.

Caranya adalah menyelimuti permukaan kulit dengan energi tenaga dalam. Ini dilakukan, agar menghalangi atau menekan feromon seorang omega tidak diketahui. Feromon itu sendiri keluar melalui lubang yang dinamakan stigma.

下一章