Ia kemudian meletakan tangannya dan mencoba mengobatinya. Seperti biasa, gumpalan asap berwarna hitam pekat mulai muncul kala tangan Asmodeus bergerak beberapa kali.
Rasa goresan luka di perutnya terasa sangat menyakitkan perihnya hingga menjalar ke seluruh otot-otot perutnya, "Aaaargh!" pekik Asmodeus, suaranya menggema di seluruh kamarnya. "Kenapa luka ini tidak juga mau sembuh?" keluh Asmodeus melihat lukanya itu. "Ini benar-benar menyakitkan!" katanya melanjutkan keluhannya itu. Wajahnya terlihat sangat pucat dan berkeringat.
Guk.
Guk.
Suara Orthus bertubuh kecil itu lolos dari lubang kecil di pintu. Lubang itu sengaja di buat agar Orthus bisa keluar dan sembunyi saat iblis lain datang mengunjunginya.
"Hei ... Orthus, kau sudah sembuh?" Asmodeus sangat senang melihat anjing kesayangannya sudah lebih membaik. Tinggal lukanya saja yang belum sembuh. Anjing itu langsung menghampiri Asmodeus dan lompat ke atas kasur.
Guk.
Guk.
"Baguslah kalau kau sudah membaik!" ujar Asmodeus, langsung menggendong Orthus .
Ya, Beberapa jam sebelum Asmodeus bertarung melawan Mikael dan Rafael. Ia mengobati Orthus terlebih dahulu di tepi danau. Raja Mammon tidak akan suka dirinya memelihara binatang di dalam istana. Asmodeus mengerahkan kekuatannya untuk menyembuhkan luka Othus dan butuh penangan khusus itu. Luka yang diberikan Alicia sangat parah walau hanya sebesar biji durian.
Asmodeus sangat rela mengeluarkan seluruh tenaga serta kekuatannya demi anjing yang diberikan Lucifer sebagai hadiah dan penghibur dirinya itu kala ia kesepian. Sebab, ia telah berjanji akan menjaganya terus sampai Orthus dewasa. Ia sangat senang Orthus bisa tumbuh dengan cepat, walau sebenarnya anjing itu bisa berubah menjadi kecil kapan saja.
Ia, lalu pergi ke bumi dan menemukan Alicia di goa bersama Riel.
Braak.
Pintu terbuka dengan paksa. Orthus bergegas bersembunyi di bawah tempat tidur.
Raja Mammon masuk, Asmodeus segera menutup lukanya. Menoleh. "Yang Mulia? A-ada apa anda ke sini?" tanya Asmodeus memegang bagian lukanya. Ia sedikit menekan agar darah dan nanah tidak keluar dan merembas ke bajunya.
Ayah dari Lucifer itu tersenyum nyinyir. "Kau lupa, apa yang aku perintahkan padamu, Asmodeus?"
Asmodeus membuang muka, sudah ia duga, selalu saja masalah bola kristal kehidupan milik Raja Akhirat di tubuh Alicia. "Saya tidak akan melupakan itu, Yang Mulia!" sahut Asmodeus. Enggan melihat ayah tirinya itu.
"Bagus, sudah seharusnya kau mengingat itu kalau kau masih mau hidup di sini, Asmodeus!" Raja Mammon berbalik badan melangkah ke arah pintu, namun ia menghentikan langkah kakinya sejenak. "Dan ingat satu hal, bawa Lucifer kembali. Dia harus tetap menjadi iblis dan penerus kerajaan ini!" Raja Mammon melangkah, lalu ia memegang engsel pintu kamar Asmodeus.
"Apakah Yang Mulia tidak pernah menganggap hamba ada?" Tiba-tiba saja kata-kata itu keluar dari bibirnya tanpa diminta. Asmodeus sangat sadar, siapa dirinya di mata Raja Mammon. Asmodeus, si anak haram.
Raja Mammom menghentikan niatnya untuk keluar. Ucapan Asmodeus dianggapnya terlalu berani. Ia membenci sikap Asmodeus yang seolah adalah pangeran kerajaan Iblis di neraka. Ayah tiri dari Asmodeus itu kembali menghampiri anak setengah manusia itu. "Apa kau sadar apa yang kau katakan, huh?" Ekspres marahnya sangat tidak membuat Asmodeus nyaman. Walau di luar istana dikenal sebagai Iblis yang menakutkan dan kejam, tetapi ia tidak pernah bisa berkutik di hadapan ayah tirinya itu.
"Kau cuma anak haram dari manusia hina, mahluk setengah Iblis, bukan sepenuhnya keturunanku sebagai Iblis murni. Jadi, jangan pernah bermimpi kau akan aku akui sebagai anak dari Raja neraka seperti Lucifer!" papar Raja Mammon sambil menunjuk-nunjuk pingiran dada Asmodeus yang terlihat bidang, kaki Asmodeus sedikit mundur ke belakang akibat tekanan jati telunjuk Raj Iblis di dadanya.
"Tapi ... bukankah anda sudah mengangkatku sebagai anak dan juga putra mahkota di kerajaan ini, Yang Mulia?"
Raja Mammon tertawa sangat lantang, setelah mendengar ucapan Asmodeus. "Ternyata kau benar-benar bodoh. Kau pikir kau siapa, huh? Sampai-sampai kau berani berpikir bahwa aku akan sudi menganggapmu sebagai putra mahkota dari kerajaan ini? Kau ini cuma ku jadikan pelayan dari anakku!"
"A-apa!"
"Gak usah sok terkejut seperti itu! Dan saya tidak mau lagi mendengar kata-kata seperti itu lagi dari bibirmu itu!" Raja Mammon itu keluar dari kamar Asmodeus. Meninggalkan Iblis itu sendirian.
"Pelayan? Jadi selama ini Raja brengsek itu hanya menganggapku seorang pelayan?" kata Asmodeus mengepalkan tangannya. Betapa ia sangat membenci ucapan Raja Mammon. "Iblis brengsek, kenapa kau lakukan semua ini padaku?" Teriak Asmodeus, kemudian ia meraih apapun yang ada di meja kecil samping ranjangnya, dan ...
Bruaaak.
Kotak obat berserakan di lantai. Ia sangat kesal mendengar pengakuan Raja Iblis itu. "Jadi, buat apa aku hidup di sini kalau Raja brengsek itu menganggapku seorang pelayan Lucifer?"
Asmodeus ingat saat Lucifer meminta dirinya untuk menjadi adiknya di istana. Waktu itu, Lucifer memberikan makan untuknya dan Ibunya, Ratu Veela. Lucifer terlihat lebih ramah dibanding Raja Mammon yang terkenal dingin dan kejam itu. Namun, aksi diam-diam Lucifer memberikan ia dan ibunya makan di ketahui ayah itu.
Raja Mammon menarik tangan Lucifer yang hendak menyantuh tangan Ratu Veela yang tak lain ibunya juga. Raja Mammon sangat marah ketika melihat Ratu Veela menyentuh tangan Lucifer.
"Singkirkan tangan kotormu itu dari anakku Veela!" pungkas Raja Mammon melotot, membuat Asmodeus bersembunyi di balik tubuh ibunya.
"Y-Yang Mulia?"
"Jadi kamu yang menyuruh anak saya untuk memberikan makan padamu, Huh?"
"A-apa?" Ratu Veela terlihat terkejut dan pucat.
"Bukan ayah! Aku yang memberikan makanan itu untuk ibu dan adik!"
"Apa? Buat apa kamu memberi makan pada orang yang telah mengkhianati ayahmu sendiri, Lucifer! Dan ingat satu hal, dia bukan adikmu."
"Tapi dia lahir dari rahim Ibu, bukankah itu berarti dia adikku?" Sergah Lucifer bersikeras. Ia tetap mengakui Asmodeus adalah adiknya.
"Ingat ucapan ayah baik-baik, Lucifer! Dia bukan adikmu, walau dia lahir dari rahim yang sama. Dia anak setengah manusia, kaum lemah dan bodoh. Jadi, jangan pernah sekali-kali kamu menyebut dia adikmu!" bantah Raja Mammon, merasa jijik melihat Asmodeus kala itu. "Lihat baik-baik, darahnya dengan darah kita berbeda. Dia anak haram dari seorang manusia!"
"CUKUP!" teriak Ratu Veela tak tahan mendengar hinaan Raja Mammon terhadap Asmodeus. "Cukup kamu menghina anakku, Raja Mammon. Biarpun dia berdarah manusia, tapi jangan pernah sekali-kali kau menghina dia. Hina aku saja agar kau puas!" pekik Ratu Veela merasa sakit hati.
Tak lama, Ratu Veela mendadak terdiam. Ia merasakan sakit di sekitar dadanya. Begitu sesak dan nyeri sangat hebat. "Ada apa ini?" Ia menekan bagian di mana jantung terletak. Degupnya tak beraturan, bedebar sangat hebat, dan kemudian melambat di sertai rasa sakit yang kian lama kian menyakitkan. Dan,
Bruuk.
Ia terjatuh seketika. Di saat bersamaan senyum menyeringai Raja Mammon terlihat tegas di wajahnya.
****
Bersambung.