Mataku tentunya belum rabun, dan tidak mungkin juga salah melihat orang yang ada di sana. Bu Putri mengkuti accara aneh ini. Dia ada di kelompok yang sama dengan Pak Kusuma. Apakah sekarang aku dijebak dengan Bu Rohani juga, kenapa bisa sampai seperti ini. Mereka mau apa. Harus apa aku di sini terus?
"Pak Kusuma? Apa yang Bapak lakukan sampai saya terikat seperti ini? Lepaskan saya, Pak!" Aku mengguncang tubuh agar bangku bisa bergerak dan berharap ikatan di tangan serta kakiku bisa terlepas, lalu aku bisa menjauh dari sini.
Akan tetapi, ke mana lagi aku harus pergi jika ini memang akhir dari perjalanan dan hidupku. Nyatanya aku tak melihat Mamah, ke mana beliau, aku ingin bertemu di sisa hidupku yang tak lagi banyak dan bisa membebaskan diri seperti sebelum-sebelumnya.
Pak Kusuma tersenyum walaupun aku terus saja menatap tajam dirinya yang terlihat sangat santai. Dia bahkan bersandar di tembok, seakan sedang bertugas mengawasiku yang tidak bisa diam.
"Kenapa Bapak diam aja, kenapa bapak bawa saya ke tempat ini. Bapak gak ingat, kalau Bapak menjelaskan kelompok ini, tapi nyatanya bapak adalah bagian dari mereka semua. Buat apa semua drama kemarin, kalu hanya untuk menjadikan saya tumbal buat apa kalian melakukannya dengan sangat perlahan? Memangnya tak bisa kalau saya langsung dilenyapkan begitu saja?" tanyaku, tananku sampai mengepl saking kesalnya dengan apa yang telah dia lakukan kepadaku. Ini bukan hariku. Sebentar lagi aku akan menemui alam lain. Aku akan sangat penasaran jika tidak tahu siapa dalang inti dari kejadian semua ini. setidaknya sebelum aku menutup mata aku bisa bernapas lega dulu, aku bisa mengikhlaskan hidupku yang berharga ini berakhir. Setidaknya aku juga bisa memastikan kalau Mama baik-baik saja, karena aku sebenarnya masih ragu dengan tuduhanku kepada Mamah tentang keterlibatannya pada masalah ini dan sekte aneh ini.
"Sudahlah, Fira. Saya rasa kamu sekarang melihat siapa saja yang mungkin kamu kenal dengan baik, apa perlu saya panggilkan mereka dan menemuimu atau melukaimu sedikit demi sedikit dulu demi membuat Nyai terkesan kalau para pemujanya memiliki andil yang besar untuk persembahan tumbal paling enak dan juga tumbal yang paling cocok demi menyambung nyawa nyai?" Pak Kusuma kini mendekat kepadaku, dia memegang tangan-tangan kursi dan kepalanya berada sangat dekat denganku, dia tersenyum, senyumnya bergitu mengerikan. Aku baru sekali melihatnya seperti ini, begitu dekat dengan aura yang berbeda dari awwl kita bertemu kemarin.
Keringat sebiji jagung mulai membasahi keningku, rasanya aku seperti disinari sinnar matahari yang sangat panas, aku meleleh. Membuatku ketakutan setengah mati. Kalau menghadapi kemarian sampai seperti ini, bagaimana cara mereka menghabisiku dan memberikan jasad serta jiwaku kepada Nyai mereka yang tampaknya tak terlihat di sini.
"Saya akan menghadapi kematian yang sudah saya ciptakan sesuai apa yang saya mau, kenapa Anda sangat perduli soal ini. Toh, si Nyai itu bisa menemukan saya di dalam tanah sekalipun, kenapa kalian seakan bernapsu menghabisi sayaa sedangkan Nyai kalian tak pernah berhasil melenyapkan saya dengan tangannya sendiri. Biarkan saya bertanya di mana Mamah saya, saya mau bertemu dan mengucapkan salam perpisahan. Toh setelah ini dunia saya akan berubah, kan, setelah bertemu pujaan kalian yang sama sekali belum saya temui. saya harap Anda tidak perlu melakukan yang tidak-tidak, Pak Kusuma!"
Pak Kusuma mendengar semua kata-kataku yang sengaja membuatnya kesal agar dia menjauh dariku. Aku mengina Nyai-nya itu agar dia panas dan pergi dari sini, dan benar saja apa yang kurencanakan membuahkan hasil, dia menjauh dariku dan sekarang aku bisa lebih tenanng sedikit, bagaimanapun aku mau melihat Mamah terlebih dahulu, aku mau tahu apakah dia terlibat, begitupun dengan Mas Fadil, meskipun keyakinanku akan keterlibatan dia sangatlah kuat. Di mulai dari melihat Bu Putri, aku rasa dia juga mengenal Mas Fadil dari sini.
Apa yang aku inginkan langsung dikabuklan dengan sekali tindakan. Aku meliat Pak Kusuma kembali dengan seseorang yang sejak tadi kuharap tak kutemui di sini, karena aku takut dia mempunyai misi yang sama yaitu menumbalkanku ke makhluk halus sialan yang hingga detik ini masih betah di alamnya sampai-sampai tak sadar aku sudah tak berdaya di sarangnya sendiri bahkan ditemani dengan para pemujanya yang sangat mandiri dan membuat diriku tertangkap dengan mudah, agar bisa pergi bersamanya ke alam lain dan kemungkinan aku akan menjadi pelayannya di sana, begituah yang aku pernbah dengar akibat pesugihan semua yang ditumbakan akan jadi pelayannya di alam lain.
Kesiapanku yang sebenarnya belum siap terlihat sekali sekarang, aku bisa merasakan kalau aku tak bisa bergerak melihat Mamah ada di hadapanku dengan wajah bekas pukulan yang sangat terlihat jelas.
Lebam-lebam itu mulai terlihat dan itu malah menyiksa batinku lebih dalam lagi. Aku bahkan tak sanggup membuka mata lebih lama lagi dengan apa yang menjadi pusatku dalam memandang.
"Mah, apa yang mamah lakukan di sini, apa yang terjadi sama mamah, please, Mah, jangan sanpai pingsan. Aku gak tau mamah bisa ada di sni, diaa yang bawa mamah ke sini?" tanyaku di sela isak tangis.
Mamah mengangkat wajahnya dan dia menatapku dengan tatapan yang sendu sekali, seperti ada kesedihan yang memerangkap dirinya dan itu menyiksaku sekarang. Apa yang sebenarnya terjadi sampai Mamah bisa seperti ini aku tak mengerti kenapa semua yang aku mau lakukan jadi seperti ini, melihat Mamah yang keadaannya tak baik sama sekali, bahkan aku di sini masih baik-baik saja.
"Maaf, Fira, maaf kalau maamah sering mendesak kamu agar kembali sama Fadil, kalau saja Mamah gak pernah berpikiran untuk menyatukan kalian dengan datang diam-diam ke desa ini, tentunya kita berdua bisa selamat dan baik-baik saja di rumah kita.. Mamah menyesal, kamu harus bisa lari dari tempat ini dan buat mereka untuk membayar semuanya Fira, buat mereka membayar apa yang telah mereka lakukan terhadap kita dan semua orang yang telah menjadi korban, mereka semua mencari keadilan, keluarga mereka semua berusaha memenjarakan banyak anggota ini, tapi mereka sama sekali tak mengetahui kalau ada mereka yang menunggu kehadiran para tumbal agar bisaa pulang ke rumah, kamu anaknya mamah satu-atunya dan kamu akan menjadi bagian mereka. Mamah minta maaf sudah tak memeprcyakan kamu selama ini, mamah ...."
Perkataan mamah terhenti saat Pak Kusuma kembali menyeretnya menjauhiku, aku tak bisa diam beggitu saja saat mamah kesakitan dibawa seperti itu tak layak, dia diperlakukan keji di depan mataku ini sangat mengerikan, aku tak ingin masalah ini menjadi semakin besar.
Pak Kusuma seakan tahu apa yang mau kukatakan, dia diam di sana , tidak mengatakan apapun, dan sekarang aku yang sudah membuka mulut, aku akan mengatakan apa yang kuinginkan.