Mereka berjalan menjauhi kelompok dan menuju tempat lain. Api unggun semakin jauh ketinggalan di belakang mereka. Di sebuah tempat berbukit dengan langit penuh bintang, Bapeno mengajaknya duduk di atas rumput.
“Indah sekali di sini,” kata Lyn sambil menghirup pipa lagi untuk kesekiankali.
Saat ituLyn sudah fly atau melayang alias sakau. Bapeno pun kini tahu bahwa sudah waktunya untuk bergerak. Tangannya yang tadi melingkari lehernya terulur ke bawah dan menyentuh payudaranya.
Lyn diam saja. Hanya saja ia secara tidak sengaja meletakkan tangan kanannya di selangkangan pria itu. Lyn pun kini jadi bisa merasakan tonjolan besar yang agak keras. Ia tidak pernah berpikir bahwa akan membiarkan orang kulit hitam dari Afrika menyentuh dirinya. Tapi pengalaman itu sangat mengasyikkan. Tubuhnya merinding. Mendadak menggelinjang.
在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者