Flashback On.
Seorang lelaki bertubuh tinggi dengan rambut berwarna merah putih duduk di bangku taman dengan raut wajah murung. Seperti biasa, dia merasa sulit tidur dan juga selalu gelisah.
Rasa gelisah itu muncul tak beralasan. Hanya muncul begitu saja dan menimbulkan penyakit sulit tidur yang dirasakan Shouki sampai sekarang.
Kalau dihitung-hitung, Shouki sudah tidak tidur nyenyak selama dua puluh tahun.
Tidak perlu kaget, walau sepuluh tahun itu waktu yang tidak sebentar, namun bagi seorang Werewolf hal itu tidak perlu dibesar-besarkan. Dua puluh tahun hanya beberapa persen perbandingannya dengan waktu kehidupan yang telah dijalani Shouki selama ini. Jadi tidak tidur selama itu hanya akan membuatnya merasa risih dan tersiksa, namun tidak mati.
Yah, itu memang tidak nyaman.
Justru itu, Shouki sudah mencari kesana-kemari sesuatu yang dapat menghilangkan rasa gelisah yang ia rasakan itu. Namun selama itu juga dia tidak berhasil mendapatkannya. Ini membuat Shouki semakin frustasi.
Walau bisa terpejam, itu hanya bisa membuatnya setengah tertidur. Dia benar-benar tidak bisa merasakan tidur nyenyak. Walau tidur bukan merupakan kebutuhan untuk makhluk seperti Shouki, tapi dia tidak merasa tenang bila tidak tidur. Sama seperti manusia yang tidak mencari hiburan selama bertahun-tahun, dalam sehari saja bila manusia tidak mencari hiburan maka ia akan merasa cukup tertekan. Begitu juga dengan Shouki, sebagai Werewolf dia bisa saja tidak tidur sampai seratus tahun. Tapi dia akan tertekan dan merasa lelah.
Shouki diam saja, mengamati taman dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Shouki bisa merasakan siapa saja yang merupakan Werewolf. Di sana tentunya tidak ada vampir karena cuaca sedang panas terik.
Sniff sniff
Shouki mengendus sebuah aroma yang cukup membuatnya tertarik. Seperti seorang manusia yang mencium adanya aromaterapi yang menenangkan. Shouki menoleh samping kiri dan kanannya, tapi dia tidak menemukan sosok itu. Hingga dia berbalik dan menoleh ke belakang. Dan beberapa meter dari sana ada Katsuki yang duduk berhadapan dengan Eijiro.
Atensi Shouki langsung tertuju pada Katsuki pada waktu itu. Dia terus memperhatikan Katsuki tanpa Katsuki sadari. Shouki memang punya keahlian untuk menyembunyikan aura keberadaannya. Cocok sekali dengan kepribadian Shouki yang pendiam dan tidak terlalu suka membaur dengan banyak orang. Walau dia sedikit kesulitan dengan aura keberadaannya yang tipis itu bila sedang dalam pertemuan penting bersama sesama petinggi bisnis.
"Wangi sekali," gumam Shouki. "Ah, pasti sangat menenangkan bila tidur di pangkuannya."
Bukan, Shouki tidak berpikir tentang suatu hal yang jorok atau berhubungan dengan seks. Ia hanya berpikir bahwa tidur di dekat Katsuki adalah cara yang bagus untuk membuatnya dapat tidur nyenyak.
Shouki kemudian terus mengikuti Katsuki kemana pun Katsuki pergi. Namun dia tidak memiliki keberanian seperti sekarang untuk menyergap Katsuki.
Tidak, dia bukan seorang lelaki yang pengecut. Hanya saja, saat itu dia mengira bahwa Katsuki adalah mate Eijiro.
Sampai pada suatu saat ketika Shouki mendengar tentang perkelahian antara Katsuki dan Eijiro. Shouki mendengar bahwa Katsuki masih belum menjadi mate Eijiro pada saat itu.
"Cukup, Eijiro!!! kau selalu mengelak! kau seperti seorang pengecut! kau membuat orang lain terlihat bersalah, tanpa memberikan alasan yang pasti tentang apa kesalahan itu! aku lelah, Eijiro, sudah bertahun-tahun sejak kau menghilang dan aku sungguh bahagia bisa bertemu denganmu lagi. Tapi nyatanya kau malah menyakiti aku saat kita bertemu kembali."
Shouki menguping, pada saat itu ia berada di luar kamar hotel yang ditempati Katsuki dan Eijiro.
"Kita tidak pernah saling mengenal, Lemon. Berhenti membual. Apakah kau benar-benar kekurangan uang? sampai-sampai kau rela membuat kebohongan mengatasnamakan masalalu."
"Kenapa tidak kau lakukan sekarang saja?!! Aku rela mati ketika aku mendengar kejujuran darimu, daripada aku hidup dalam rasa penasaran seumur hidup."
Shouki dapat mendengar semua percakapan mereka berdua. Hingga dia juga menjadi saksi dimana Eijiro juga menyakiti Katsuki dengan cara mencekik Katsuki hingga Katsuki sesak napas.
Beruntung, Eijiro sudah menghentikan perbuatannya sebelum Shouki masuk dan menghajar Eijiro. Shouki sangat menyayangkan perbuatan Eijiro tersebut. Padahal kalau dilihat-lihat, Katsuki juga merupakan seorang korban. Kehilangan sosok yang dicintai dan tidak punya tempat untuk bernaung dan memcurahkan segala kesedihan.
Seharusnya Eijiro melihat dari sudut pandang seperti itu, begitulah menurut Shouki.
Setelah Eijiro pergi meninggalkan Katsuki sendirian, Shouki ingin langsung masuk ke kamar itu namun berulangkali dia mengurungkan niatnya tersebut. Dia tidak tahu harus masuk dengan alasan apa. Kalau dia masuk dan berkata dia mendengar semuanya dan berkeinginan untuk menghibur Katsuki, pasti dia akan dilabeli sebagai seorang penguntit yang menjijikkan oleh Katsuki.
Hingga pada akhirnya, Shouki masuk dengan cara yang konyol yaitu dengan pura-pura mabuk. Bahkan dia sengaja turun ke lantai bawah dan membeli alkohol. Pantas saja tubuhnya berbau alkohol waktu itu, rupanya aroma alkohol itu hanya untuk mengelabui Katsuki.
Sentuhan lembut Katsuki di dada Shouki masih Shouki ingat sampai sekarang. Saat jemari lentik milik Katsuki mengusap dada Shouki, suara Katsuki yang memuji tubuh Shouki, semuanya masih diingat oleh Shouki. Tubuh Shouki langsung bereaksi ketika mengingat itu semua. Setelah itu, tak hanya ada perasaan nyaman dan penasaran yang dirasakan Shouki ketika mengamati Katsuki, namun juga perasaan ingin memiliki.
Flashback Off.
"Tidak! kau... arghh! kau gila! kau itu muncul tiba-tiba di kehidupan ku dan dengan seenaknya kau mau menjadikan aku sebagai mate mu?! kau harus memikirkan perasaan ku juga, aku tidak menyukaimu!"
Penolakan yang sangat jelas, namun bukan Shouki namanya kalau tidak peduli.
"Tidak apa-apa, semuanya dimulai dengan kata belum dan tidak. Nanti pada akhirnya kata tidak dan belum itu akan berubah menjadi iya dan sudah," balas Shouki.
Shouki rupanya cukup pintar untuk menggunakan kata-kata yang bermakna romantis, walau penggunaan kata nya cukup sederhana namun memberi kesan yang membuat hati tersentuh.
Sayangnya, Katsuki sudah terlalu cinta dengan Eijiro.
"Menjauh dariku! aku muak!" bentak Katsuki.
Di saat Katsuki sedang mendorong tubuh Shouki, Shouki langsung meremas tangan Katsuki dengan kencang. Kali ini Shouki harus sedikit lebih bersikap keras karena dia sudah terlalu sabar dalam memperlakukan Katsuki.
Tapi Shouki tidak berniat untuk menyakiti lelaki itu sedikit pun.
"Aku beri kau waktu selama tiga bulan. Dalam kurun waktu tiga bulan, bila aku bisa membuatmu jatuh cinta padaku maka kau harus menjadi mate ku. Namun, jika dalam waktu tiga bulan kau masih tidak menyukai aku maka aku akan menjauh darimu. Bagaimana? apa kau setuju? kalau kau tidak mau menyetujuinya, aku akan memikirkan cara lain untuk membuatmu menjawab ajakan ku untuk menjadi mate," ujar Shouki.