webnovel

67. Titik Terang

Ini adalah toko obat ketiga yang Arpad kunjungi. Dari beberapa percakapan ringan dengan semua pemilik toko yang sudah sangat mengenal Arpad, di toko ketiga inilah Arpad mendapatkan sebuah titik terang. Pemilik toko ingat bahwa dalam beberapa minggu terakhir ini, seorang tabib bernama Berta sering sekali bolak-balik ke tokonya untuk membeli bahan-bahan yang mirip dengan apa yang Arpad tanyakan. Pemilik toko berbincang-bincang dengan Arpad bagai teman lama, dia merasa sangat tersanjung, seorang bangsawan seperti Arpad mau datang ke tokonya tanpa diwakili oleh pelayan atau pengawal hanya untuk membeli bahan-bahan obat.

Bahkan dengan senang hati pemilik toko memberikan alamat Berta kepada Arpad. Sebab beberapa kali pemilik toko mengantarkan pesanan Berta langsung ke rumahnya. Arpad senang bisa mendapatkan informasi tersebut, "Seandainya saja aku tidak sedang berpura-pura, rasanya ingin sekali memberikan hadiah kepada pemilik toko ini. Tetapi kalau aku memberinya hadiah, maka dia akan curiga bahwa aku sedang memiliki misi tertentu. Lain kali aku akan memberikan imbalan kepadanya dengan cara lain." Arpad memang hanya berjanji dalam hati, namun Arpad telah terlatih untuk selalu menepati janjinya, meski janji tersebut merupakan kesepakatan dengan dirinya sendiri.

Dengan sopan Arpad berpamitan kepada pemilik toko, dan tak lupa berpesan, bahwa dia membutuhkan beberapa bahan untuk obat yang saat ini belum tersedia. Sesungguhnya itu hanyalah sekedar basa-basi saja. Sementara pemilik toko mengira, semua bahan obat-obatan tersebut diborong oleh Arpad untuk kebutuhan pengobatan para prajurit yang sedang berperang. Itulah sebabnya pemilik toko memberikan beberapa bahan secara gratis kepada Arpad.

"Terima kasih, bahan obat-obatan yang kamu berikan sangat berarti bagi para prajurit kita di medan tempur. Tabib kita harus bekerja lebih keras dalam menyiapkan obat-obatan, agar bisa membuat stamina prajurit-prajurit kita tetap terjaga. Untuk bahan-bahan yang kamu berikan secara gratis, akan aku sampaikan kepada mereka sebagai bentuk dukunganmu terhadap perjuangan kita bersama. Terima kasih banyak." Arpad yang memang sudah sangat dicintai oleh rakyat Arva sebagaimanan Lorant, selalu berhasil membuat orang-orang bersimpati. Rakyat senang membantu Lorant dan Arpad, sebab mereka tahu, kedua ksatria ini berjuang demi kepentingan mereka yang hanya rakyat jelata. Lorant dan Arpad adalah salah satu contoh bangsawan yang dicintai dan dipuja oleh rakyat karena ketulusannya.

"Dengan senang hati, Tuan Arpad. Kami mengerti, kalian berdua selalu sibuk menjaga kami. Jadi kami sebagai rakyat, sudah seharusnya ikut membantu meskipun dengan cara yang sederhana seperti yang aku lakukan. Semoga para prajurit yang sedang berjuang mendapatkan kekuatan untuk membela tanah air." Pemilik obat membungkuk tanda hormat kepada Arpad, "Bahan obat-obatan yang lainnya akan segera menyusul, jika besok sudah siap, aku bisa mengantarkan ke kediaman Anda, jika memang Anda sangat sibuk, Tuan Arpad."

Arpad mengangguk, "Ya, begitu juga boleh. Antarkan saja ke rumahku, katakan pada pengawal bahwa kamu harus menyerahkan bahan-bahan tersebut kepadaku, atau kepada Erza jika aku sedang tidak ada di tempat."

Pemilik toko kembali membungkukkan badannya, sampai Arpad meninggalkan toko dan menghilang dari pandangan. Arpad memacu kudanya kembali ke kediaman Gustav, di sana Zulu sudah menunggu sesuai dengan perintahnya. Arpad segera memerintahkan Zulu untuk mempersiapakn beberapa hal dan membawa dua orang pengawal tambahan untuk menuju rumah Berta dan memberikan sedikit intimidasi agar Berta mau bekerjasama.

Setelah selesai dengan instruksi yang diberikan kepada Zulu, Arpad segera memasuki kediaman Gustav untuk menemui Benca. Di koridor mereka bertemu, sebab saat Benca mendengar Arpad datang, dia segera berlari untuk menyambut dan mendengarkan berita dari Arpad terkait penyelidikkannya tentang obat-obatan yang dikonsumsi oleh Lorant.

Mereka duduk di ruang makan, Arpad memberikan semua bahan obat yang dia dapatkan dari semua toko obat yang dia singgahi kepada Benca. Dengan cekatan, Benca menelitinya satu persatu, lalu mengkategorikan masing-masing jenis dalam satu kelompok. Setelah itu Benca memanggil Dora untuk membantunya.

"Dora, bisa bantu aku untuk mengambilkan beberapa wadah untuk bahan obat-obatan ini?" Dora mengangguk, dan berlalu ke arah dapur untuk mengambil wadah sesuai dengan permintaan Benca. Sementara Benca menuliskan nama-nama obat tersebut pada secarik kertas, dan meletakkan di setiap tanaman obat.

"Kamu luar biasa sekali. Pengetahuanmu tentang dunia obat-obatan sangat luar biasa. Aku rasa, tabib istana juga belum tentu hafal semua tanaman obat ini di luar kepala seperti dirimu." Arpad tidak mampu menyembunyikan kekagumannya terhadap Benca.

Benca hanya melirik sekilas dan tersenyum pada Arpad, "Ayah dan Ibuku memberiku banyak kebahagiaan dan berbagai hal positif kepadaku. Mereka selalu bilang, meskipun aku tinggal di tepi hutan yang terisolir, tetapi bukan berarti aku harus menjadi orang bodoh tanpa wawasan dan pengetahuan. Ayahku meninggalkan warisan ilmu berupa cara-cara membuat disain rumah dalam sebuah buku. Sementara Ibuku, mencatat banyak hal tentang obat-obatan. Mereka tidak hanya membesarkan aku dengan kasih sayang, tetapi juga membekaliku dengan ilmu pengetahuan. Aku sangat bersyukur memiliki mereka."

Arpad mengernyitkan dahinya, terselip tanda tanya besar dalam keterangan panjang lebar yang baru saja Benca ungkapkan, "Sebenarnya, siapakah kamu, Benca? siapakah kedua orang tuamu? aku yakin, kalian pasti bukan orang sembarangan. Jika kalian orang biasa, tentu kalian tidak akan memiliki rahasia di ruang bawah tanah seperti di rumah kalian itu. Jika orang tuamu juga orang biasa, bagaimana mungkin bisa memiliki pengetahuan tingkat tinggi dibidangnya masing-masing seperti itu?" tetapi tentu saja Arpad hanya bisa bertanya-tanya dalam hati tanpa mampu mengungkapkannya.

"Kamu beruntung sekali Benca. Andai saja aku mengenalmu juga orang tuamu sejak lama, aku pasti akan sangat memuja mereka. Sekarang aku mengerti, mengapa Kak Lorant seperti tidak pernah kekurangan kata-kata pujian untuk menyanjung keluargamu dan juga dirimu. Aku rasa Kak Lorant benar, bahwa selama lima hari terdampar di kediaman kalian, itu adalah salah satu surga yang sempat dicicipi oleh Kak Lorant selama hidupnya di dunia. Lorant bilang, di tempat kalian, dia merasa hidupnya lengkap. Rasa sakit mudah sekali hilang, stamina seolah selalu terjaga, makanan lezat dan indah selalu tersedia. Dan yang paling penting, Kak Lorant tidak pernah merasa sebahagia itu sebelumnya." Arpad menjeda ucapan batinnya, ada rasa iri yang melintas dan menyusup ke dalam hatinya mengingat keberuntungan Lorant. Namun mengingat situasi saat ini, Arpad tidak tahu, apakah dia tetap merasa iri pada Lorant, atau sebaliknya? sebab, berurusan dengan Ivett seperti yangt dialami oleh Lorant saat ini, bukanlah sesuatu yang bisa dia hadapi dengan keikhlasan.

Benca yang menjadi objek lamunan Arpad, masih saja terus sibuk dengan berbagai bahan obat dibantu oleh Dora. Benca sama sekali tidak menyadari bahwa dihadapannya, ada seorang pria yang sangat tulus mencintai dirinya dalam diam. Seorang pria yang rela memberikan segala miliknya untuk kebahagiaan Benca, meski hal itu harus melukai dirinya sendiri. Sebab saat ini, prioritas utamanya adalah memberi senyum dan kebahagiaan pada seorang Benca. Hanya itu yang bisa membuatnya merasa berarti sebagai seorang pria. Arpad akhirnya mengerti, apa yang dirasakan oleh Lorant saat bersama Benca. Sebab saat ini, di dalam dirinya, juga terdapat gejolak rasa yang sama dengan Lorant setiap berada di dekat Benca. Saat jauh sekalipun, Arpad tetap tidak bisa menghapuskan bayang-bayang Benca dari dalam pikirannya. Cinta memang aneh.

下一章