webnovel

Delapan

Terhitung sudah hampir satu bulan, Julyan masih belum sadarkan diri, Marisa tidak melihat perkembangan nya bahkan tak ada tanda apapun, separah itu kecelakaan yang terjadi. Mendengar kabar dari polisi pun memang parah, ia ditabrak lalu ditabrak truk angkut dan mobilnya terguling hingga terbalik, bahkan kakinya di gifs mungkin tertindih sesuatu.

Marisa seperti biasa rutinitas yang lakukan, pulang untuk masak, dan menyelesaikan pekerjaan rumah, lalu ke toko dan sore ia kerumah sakit, dan terus seperti itu. Kadang ia merasa lelah, dan ingin mengeluh, bahkan bermonolog sendiri, dan satu lagi, Marisa sering terasa pusing dan mual meski ia makan banyak, tapi itu tak berpengaruh.

Seperti hari ini, ia barusaja keluar dari toilet dan itu sudah kesekian kalinya ia bolak balik toilet, Marisa duduk dituntun Tyo, badannya benar benar terasa lemas hari ini.

"Marisa kamu sakit," ujar Tyo.

"Gak kak, aku hanya lemas," serkah Marisa.

"Kamu udah beberapa kali bolak balik toilet, periksa saja ya," tutur Tyo pelan.

"Nggak aku gak apa apa."

"Marisa! Kamu periksa saja, takut terjadi sesuatu," tutur lagi kali ini Tyan.

Marisa diam, ia harus memeriksa kondisinya, kenapa belakangan ini selalu terasa mual dan lemas, bahkan nafsu makannya pun turun.

"Baiklah," Marisa mengiyakan setelah bergelut dengan pikirannya.

"Biar aku saja yang antar," ujar Tyo.

Marisa berjalan pelan, diikuti juga oleh Tyo, keduanya berjalan menuju ruang berobat dan konsultasi, setelah beberapa menit mereka sampai.

Marisa duduk, bersama Tyo diruang konsul setelah menjalani pemeriksaan, tak lama dokter keluar terlihat senyum.

"Selamat! Anda hamil," ucap sang dokter.

Marisa terkejut mendengar kabar dari dokter, hamil? Kenapa bisa? Bukankah ia baru saja keguguran? Ah tidak sudah satu bulan? Dan bisa secepat itu ia hamil?

Tyo pun tak kalah terkejutnya atas apa yang dikatakan dokter, "Adik saya hamil dok? Beneran?"

Dokter mengangguk turut bahagia, "Dan sudah terhitung 3 minggu, janinnya masih sangat kecil jadi hampir tak terlihat... Ini adalah rekomendasi makanan yang harus anda makan untuk menjaga janinnya," dokter menyerahkan selembar kertas dan buku chek up.

"Dok apa tidak terjadi sesuatu pada bayi saya dok? Saya pernah keguguran sebulan yang lalu, saya takut jika harus keguguran lagi," ujar Marisa pelan, Tyo menoleh Marisa menatapnya sendu.

"Itu tidak masalah, asalkan bisa menjaga janinnya tetap baik, anda tidak boleh telat makan dan kebanyakan pikiran, tidak boleh stres, bekerja terlalu banyak..." ujar Dokter.

"Ini kabar baik, tapi Mas Julyan masih tidur," lirih Marisa.

"Jangan lupa untuk selalu chek up setiap bulannya, sekali lagi selamat!"

.

Marisa sedih, tapi senang juga, ia bisa hamil lagi tapi ia sedih karna suaminya masih koma, Marisa tidak tau harus senang ataukah sedih.

"Kak! Jangan kasih tau mereka dulu, aku tidak mau mereka tau lebih dulu, aku mau Mas Julyan tau sebelum mereka.." pinta Marisa pelan.

Tyo mengerti sangat mengerti, ia mengangguk sembari mengelus pelan surai sang adik ipar.

"Jangan khawatir, aku mengerti," sahut Tyo.

Marisa masuk kembali keruang tunggu ICU, ia membuka pintu. Bukan sambutan candaan yang ia lihat seperti biasa, Marisa melihat saudara kandung suaminya tampak begitu sedih, bukan hanya ia yang merasa bingung, Tyo juga.

"Kenapa kak?" tanya Tyo cemas.

"Dokter mau mencabut alat medis Julyan.." lirih Tyan.

"Kenapa seperti itu kak?"

"Dokter bilang sudah tidak ada harapan lagi untuk Julyan.." jawabnya lagi.

Marisa yang mendengar itu langsung masuk keruang ICU dan memberontak.

"Berhenti! Jangan sentuh suami saya!" sarkas Marisa.

"Maaf tapi kami harus melepas semuanya," ujar salah satu perawat.

"SAYA BILANG JANGAN SENTUH SUAMI SAYA!"

"DIA MASIH BERJUANG! KALAU KALIAN MENCABUTNYA KALIAN MEMBUNUH SUAMI SAYA!"

"Jangan lakukan itu! Dimana dokter! Kenapa kalian jahat! Suami saya masih hidup! Dia tidak mungkin meninggal!"

"Kalian tidak bisa lihat dia, yang sedang berjuang melawan mati nya, TIDAK BISAKAH KALIAN MELIHAT!!"

Marisa terisak keras, ia memeluk suaminya sembari menangis keras.

"Mas ayo bangun! Kamu lihatin ke mereka kalo kamu lagi berjuang, Ayook bangun Mas! Kamu udah janji sama aku kamu tidak pernah tinggalin aku! BANGUN MAS!! BANGUUUN!!"

Tyan dan adik adiknya yang menyaksikan itu turut menangis, rasanya tidak tega melihat adik kesayangannya harus pergi.

Marisa terduduk sembari memberontak, "Bangun Mas! Ayo banguun!"

Setelahnya Marisa merasa lemas, hingga ia tak melihat apapun, Marisa tak sadarkan diri, ia pingsan.

"Marisa!"

"Kak Risa!"

Penciptaan itu sulit, dukung aku ~ Voting untuk aku!

Rika_Rokiahcreators' thoughts
下一章