webnovel

Enam

1 minggu berlalu.

Julyan masih terbaring koma, bahkan lebih dari seminggu.

Maria tengah mengelap keringat yang hampir membasahi tubuh suaminya, ia lakukan rutin tiap sore.

"Dingin ya?" tanyanya, yang pasti tak akan dijawab oleh Julyan.

"Aku gak nangis lagi..."

"Janji.."

Marisa duduk, menarik selimut menutupi tubuh Julyan yang mungkin kedinginan, karna tak memakai baju hanya ada beberapa alat medis yang terpasang ditubuhnya.

Setelahnya Marisa mengelus surai hitam suaminya, jujur ia ingin menangis tapi tidak boleh, ia sudah janji tidak akan menangis lagi didepan suaminya, ia tau suaminya sedang berjuang melawan maut.

Marisa menyender sembari memeluk suaminya, menahan air matanya, ia merindukan Julyan.

Pria dingin, yang ceroboh, pria yang selalu menanyakan kabar, bagaimana, dan dimana, pria yang selalu bilang ia mencintainya sampai maut memisahkan, rasanya sepi... Sangat sepi, kosong dan hampa, bahkan ia tidak bisa mendengar ucapan dari suaminya, ia rindu mendengarkan suara parau suaminya saat bangun pagi, ia rindu suara indah suaminya saat ber manja-manja... Sungguh.. Marisa benar benar merindukan semua itu.

Tanpa sadar air matanya menetes perlahan, sudah tak terbendung, sudah tak ada tempat lagi untuk bisa menahan air matanya.

Ia berdiri menghapus air matanya lalu mencium kening sang suami, setelahnya ia beranjak ke kamar mandi sembari membawa baskom kecil berisi air hangat dan handuk hangat.

Marisa tak sendiri dan memang setiap harinya selalu ditemani keluarga Julyan. Ia bersyukur bisa memiliki kakak dan adik ipar yang baik, dan jangan lupa, suami yang selalu setia serta menerimanya dengan ikhlas.

"Sudah makan?" tanya Tyo yang tengah mengemil sembari meng utak atik laptopnya.

"Belum, nanti saja." jawab Marisa.

Hari ini ia ditemani Tyo, Yuta, Mahendra dan Hendra yang baru saja pulang sekolah.

"Kenapa tidak pulang kerumah?" tanya Tyo.

"Sepi."

"Tidak pergi les?" lagi.

"Aku berniat membolos," jawab Hendra jujur.

"Kalau begitu jangan tidur dirumah!" sela Yuta.

"Mm... Aku akan tidur disini bersama Kak Marisa."

"Biarkan saja..." ujar Tyo tak mau ambil pusing.

"Kak Risa! Sudah makan?" tanya Hendra.

"Belum.. Nanti saja." jawab Marisa singkat.

"Ini... Putri menitipkan ini padaku, katanya Kak Risa harus makan."

Marisa meraih plastik berisi makanan "Makasih banyak.." setelahnya ia kembali fokus, ia harus merekap penjualan hari ini, berapa uang masuk dan keluar hari ini, dan itu ia lakukan setiap hari.

"Marisa makanlah dulu, kau bisa sakit," ujar Yuta.

Marisa hanya mengangguk dan menjawabnya dengan singkat "Nanti."

Sejujurnya Tyo ingin menanyakan, bagaimana kondisi perutnya setelah keguguran, akankah lebih baik atau masih terasa sakit, namun ia urungkan, karna takut menyinggung perasaannya, pun ia ingat Julyan pernah bilang jangan berkata apapun yang menyangkut tentang kejadian yang Marisa alami 2 minggu lalu.

.

Pukul 20.00

Keluarga Julyan tengah makan malam dirumah, Tyan, Tyo, Johnny, Yuta, Donny, Bryan, Mahendra, Hendra kecuali Julyan.

Ya.. Malam itu mereka berada dirumah, dan membiarkan Marisa istri Julyan yang menjaga dirumah sakit, pun ada yang akan dibicarakan oleh sang kakak tertua.

"Aku ingin bicara sesuatu.." ujar Tyan memulai pembicaraan.

"Terutama pada Bryan."

"Aku?... Kenapa Kak?"

"Kamu gantikan Julyan di kantor mulai besok," ucap Tyan.

"Hah? Tiba tiba! Kenapa mendadak gini Kak?" serkah Bryan.

"Bryan... Apa tujuanmu kuliah di manajemen?" tanya Tyo.

Bryan diam, meletakkan sumpitnya.

"Bukannya ada Winwin ya?" sela Johnny.

"Iya, tapi gak mungkin Winwin terus mengurus kerjaan Julyan, dia juga ada kerjaan lain," jawab Tyan.

"Beberapa bulan lagi Bryan akan wisuda, dia juga harus belajar banyak di kantor," imbuh Tyo.

"Jadi?" Bryan berucap.

"Kamu gantikan posisi Julyan untuk sementara waktu, kamu bisa bawa berkas pulang dan minta hyung ajarkan, bisa kan?" - Tyan.

"Tapi Kak-"

"Sama seperti Julyan, kamu akan diawasi juga," sela Tyo.

"Gimana kalau ada berkas yang harus Kak Julyan tanda tangani?" tanya Bryan masih tidak yakin.

"Kamu bawa saja pada Kakak atau Kak Tyan," jawab Tyo.

"Mm... Baiklah," ujar Bryan mengiyakan permintaan Tyan & Tyo.

"Aa.. Malam ini siapa yang akan berjaga dirumah sakit?" - Donny.

"Kita semua libur, kenapa tidak semua aja yang disana," imbuh Hendra.

"Tidak bisa, itu akan mengganggu pasien lain," Sinis Donny.

"Bryan tidur dirumah saja, besok kau harus ikut kakak ke kantor," titah Tyan.

"Biar aku, Yuta, Donny dan Mahendra saja yang berjaga kak," ujar Johnny berpendapat.

Tyan menganggukinya lalu semuanya segera selesaikan cara makan malamnya.

Hadiah anda adalah motivasi untuk kreasi saya. Beri aku lebih banyak motivasi!

Adakah pemikiran tentang kisah saya? Tinggalkan komentar dan saya akan menmbaca dengan serius

Penciptaan itu sulit, dukung aku ~ Voting untuk aku!

Rika_Rokiahcreators' thoughts
下一章