Setelah mendapatkan informasi yang cukup jelas dari Stan, Benjamin dan Madeline segera pergi dari ruang forensik.
"Ben, Sepertinya kita akan membutuhkan waktu untuk mengungkap kasus ini," ucap Madeline.
"Kau benar, Maddie. Tapi bagaimana kalau kita jalankan rencana awal, mencari seorang gadis yang berfoto bersama seekor kambing?" tanya Benjamin.
"Maksudmu Diana Agatha?" tanya Madeline.
"Ya dia, aku ingin tahu kenapa barang pribadi miliknya bisa berada ditangan korban," ucap Benjamin.
"Kurasa tidak ada salahnya, Ben. Tapi bagaimana cara kita menemukanya, pelabuhan Marseille sangat luas?" tanya Madeline.
"Kau benar, Maddie. Kita harus mencari informasi itu terlebih dulu,"
"Lebih baik kita segera ke pelabuhan, aku yakin ada seseorang yang bisa memberitahu informasi tentang gadis ini,"
Benjamin dan Madeline memutuskan untuk berangkat menuju pelabuhan, mereka mulai meninggalkan area kantor kepolisian.
"Bagaimana cara kita ke pelabuhan? Walaupun jaraknya tidak jauh tapi itu cukup memakan waktu,"
"Tenang saja, Ben. Kebetulan ada sebuah mobil di garasi, kita bisa menggunakan itu sebagai transfortasi,"
"Sayangnya aku belum mahir dalam mengemudi, apa kau bisa?" tanya Benjamin.
"Jangan khawatir, Ben. Saat ini kau tengah berbicara dengan ahlinya,"
"Baguslah kalau begitu, Maddie. Kau memang bisa di andalkan,"
"Kalau begitu tunggu sebentar disini, aku akan mengambil kendaraan itu," Madeline segera pergi menuju garasi kantor.
Sebuah mobil berjenis duesenberg model A berhenti tepat di depan Benjamin, terlihat Madeline melambaikan tangannya dari dalam.
"Naiklah, Ben. Waktu kita tidak banyak, kita harus segera menuntaskan kasus ini,"
Benjamin segera masuk ke dalam mobil dan ia segera memasang seatbelt.
"Kau siap, Ben?" tanya Madeline.
"Tentu saja, Maddie. Aku sudah siap,"
"Berpeganglah yang kuat, Ben. Kita akan sedikit terguncang, aku akan melajukan mobil ini dengan cepat,"
Madeline kembali menyalakan mesin mobil, dengan segera menancap gas mobil tersebut yang perlahan meninggalkan kantor.
"Sejak kapan kau pandai mengemudi, Maddie?" tanya Benjamin.
"Ceritanya panjang, Ben. Tapi kurasa ini bukan waktu yang cepat untuk berbincang,"
**
Tak lama mereka tiba di pelabuhan. Madeline segera mematikan mesin mobilnya tersebut.
"Kita sampai, Ben,"
"Bagus, Maddie. Sekarang kita tinggal mencari keberadaan Nona Diana, tapi aku tidak tahu harus memulai dari mana?" tanya Benjamin.
"Tapi, Ben. Aku baru ingat, kita harus berbicara dengan seorang pastor yang tadi sempat kita temui di dermaga, kebetulan sekali kita berada disini. Lagi pula kita bisa bertanya pada pria itu,"
"Berarti saat ini kita memiliki dua tersangka untuk di introgasi?" tanya Benjamin.
"Yap, betul sekali,"
"Baiklah kalau begitu, Maddie. Dari sana Kita bisa memulai investigasi ini, kita cari pastor itu di sekitar pelabuhan, "
Benjamin dan Madeline segera keluar dari mobil, mereka mulai menyusuri pelabuhan untuk mencari kedua orang tersebut, tak lama sayup-sayup mereka melihat pastor yang tadi, dengan segera Benjamin bergegas menghampiri pastor tersebut.
"Akhirnya kami menemukan Anda, Pastor," ucap Madeline.
"Ternyata kalian berdua, ada apa kalian datang menemui saya?" tanya pastor tersebut.
"Kami disini ingin bertanya beberapa hal tentang Albert Dalton," ucap Benjamin.
"Apa yang ingin Kalian berdua tanyakan padaku tentang Dalton?" tanya pastor tersebut.
"Pastor, Anda mengenal korban sebagai Albert Dalton, kepala petugas dikantor Keamanan pusat Kota Marseille. Apakah Anda mengenal korban lebih dekat?" tanya Madeline.
"Hmm ... Sebenarnya kami tidak terlalu dekat, hanya saja kami sering bertemu untuk urusan pekerjaan dari waktu ke waktu. Sebagai pastor setempat, Saya harus memastikan bahwa para imigran itu mendapatkan pelayanan yang layak," ucap Pastor.
"Selain itu, apa Anda tahu dimana tempat yang sering dikunjungi korban?" tanya Benjamin.
"Hmm ... Setahuku dia sering berada di Kedai minum yang berada di ujung dermaga setiap pagi. Selain itu, ia selalu berada di kantornya,"
"Lalu apa yang Anda lakukan saat tadi pagi korban meninggal?" tanya Madeline.
"Saat tadi pagi?Eh ... Ja-jadi saya sedang dalam perjalanan untuk menyambut imigram baru dari kapal, namun langkahku terhenti saat mendengar kegaduhan di dermaga. Saat itulah saya berpapasan dengan kalian," ucap Pastor tersebut.
"Terima kasih banyak sudah memberikan waktu Anda, Pastor," ucap Benjamin.
"Jika interogasinya selesai, sekarang saya harus permisi karena saya harus pergi ke kapal yang baru tiba. Para pendatang itu telah melalui perjalanan panjang, mereka sangat memerlukan wajah bersabat dari seorang pembimbing," ucap pastor tersebut.
"Silahkan, pastor. Terima kasih atas waktu Anda," ucap Madeline.
"Tunggu sebentar, pastor. Saya ingin bertanya tentang imigran seorang gadis dan seekor kambing di foto ini," ucap Benjamin sambil memberikan foto gadis.
"Kalau tidak salah gadis ini bernama Diana, salah satu imigran yang memiliki masalah dengan Dalton karena membawa binatang. Memangnya ada apa?" tanya Pastor,
"Apa Anda tahu dimana saya bisa menemukan gadis ini?" tanya Madeline.
"Aku tidak tahu dimana dia saat ini, tapi kau bisa memeriksa bangunan disana, bangunan itu di gunakan untuk menampung para imigran yang bermasalah," ucap pastor tersebut sambil menunjuk ke arah sebuah asrama.
"Terima kasih banyak, pastor. Kalau begitu kami berdua permisi," ucap Benjamin.
Benjamin dan Madeline memutuskan untuk pergi ke bangunan yang ditunjukan oleh pastor.
**
Setelah beberapa saat, akhirnya mereka tiba di depan gedung asrama para imigran.
"Kita harus segera menemukan gadis ini secepatnya, tapi menurutku tempat ini tidak seperti asrama pada umumnya, lebih tepatnya sebuah gudang yang terbengkalai," ucap Madeline.
"Kau benar, Maddie. Tempat ini tidak seharusnya dihuni manusia, sebaik kita langsung masuk saja ke asrama atau apalah ini," ucap Benjamin.
Madeline dan Benjamin mulai memasuki asrama, terlihat suasana di dalam asrama cukup suram. Sebagian orang terduduk melamun menatap dengan tatapan kosong, ada juga yang tidur hanya beralaskan kardus.
"Sungguh miris keadaan disini, Ben. Aku tidak tega melihat mereka seperti ini," bisik Madeline.
"Dengarkan aku, Maddie. Tidak ada yang bisa kita lakukan untuk membantu mereka, sebaiknya kita fokus mencari gadis itu," bisik Benjamin.
"Kau benar, Ben," ucap Maddie.
Benjamin dan Madeline mulai menelurusuri bangunan tersebut, mereka memperhatikan sekitar untuk mencari gadis itu. Sampai sayup-sayup mereka mendengar suara kambing di sekitar bangunan.
"Apa kau dengar itu, Maddie. Kurasa suara kambing itu tidak jauh dari sini," ucap Benjamin.
"Aku mendengarnya, Ben. Sepertinya gadis yang kita cari memang berada di tempat ini," ucap Madeline.
Setelah beberapa lama mencari, akhirnya Benjamin dan Madeline menemukan gadis yang tengah bersama seekor kambing. Dengan cepat Benjamin segera mencocokan wajah gadis difoto itu dengan wanita itu.
"Tidak salah lagi, Maddie. Sepertinya dia orang yang kita cari," bisik Benjamin.
"Bagaimana kalau kita langsung bertanya padanya," bisik Madeline.
Mereka berdua mulai mendekati gadis yang sedang bersama kambingnya tersebut.
"Selamat siang, Nona Diana. Saya detektive Maddie, dan ini rekan saya Ben,"
"Kalian siapa dan mau apa kalian kesini?" tanya Diana.
"Perkenalkan saya Ben, kami berdua berasal dari kantor kepolisian. Apakah Anda berasal dari Roma?" tanya Benjamin.
"Benar, memangnya kenapa?" tanya Diana.
"Kebetulan Ben juga berasal dari sana, dia baru saja tiba tadi padi," ucap Madeline.
"Anda juga dari Roma? Kalau begitu Anda juga seorang gypsy! Aku tidak percaya bisa bertemu dengan sesama gypsy disini,"
"Yah bisa dikatakan seperti itu," ucap Benjamin sedikit tersenyum.
"Tahan dulu basa-basi Anda, nona Diana. Kami disini ingin bertanya sesuatu kepada Anda," ucap Madeline.
"Memangnya apa yang ingin kalian tanyakan padaku?" tanya Diana.
"Kami ingin bertanya mengenai seseorang, ia bernama Albert Dalton. Dia adalah kepala keamanan dan kami menemukannya terbunuh di dermaga, disamping koper Anda," ucap Madeline.
"Apa! Seseorang terbunuh? Saya tidak menyangka hal ini bisa terjadi, ini adalah negara penuh harapan, kakakku pindah ke sini bertahun-tahun yang lalu," ucap Diana yang terlihat sedih.
"Jangan khawatir, kan tidak setiap hari kami menemukan mayat, Nona Diana. Tapi apakah Anda pernah melihat korban sebelumnya?" tanya Benjamin.
"Mungkin saya melihat ketika saya dan Marry menanti giliran kami di panggil untuk inpeksi pertama kali tiba disini, aku tidak ingat siapa saja yang pernah aku temui?" Diana menggaruk kepala.
"Kurasa dia tidak mengenal siapa korban sebenarnya," bisik Benjamin.
"Eh ... Te-terima kasih banyak atas bantuan Anda, Nona Diana. Dan selamat datang di Prancis," ucap Madeline.
"Kalau begitu kami permisi, karena ada beberapa hal yang harus kami selesaikan,"
Diana tidak menghiraukan perkataan mereka yang sedang fokus bersama kambingnya itu. Madeline memberikan isyarat untuk pergi, mereka segera meninggal Diana.
"Kita tidak mendapatkan apapun dari mereka, sebaiknya kita segera mengembalikan kopernya itu," ucap Madeline.
"Tapi sebelum ke kantor, bagaimana kalau kita memeriksa kedai minum yang tadi dibicarakan pastor. Aku rasa kita bisa menemukan bukti baru disana," ucap Benjamin.
Hai, My-Riders... author butuh bantuannya dong, tolong masukan Buku ini ke rak kalian dan jangan lupa untuk memberikan ulasan