webnovel

USG

Ketika bersama dengan pria yang baru dikenal telah membuat kenyamanan sendiri pada diri Eleora. Gadis itu sangat percaya bahwa mengenai ini mungkin bisa saja ia akan mendapatkan bahagia walau dari orang lain bukan dari keluarganya sendiri.

Mereka telah tertimpa sial karena motor yang dikendarai bannya bocor. Eleora dan Gerry berjalan cukup jauh malah mengantarkan dia juga memberanikan diri untuk membersihkan keringat. Tapi disamping itu ia malah melihat mimisan yang keluar pada Gerry.

Kekhawatiran telah terjadi bahkan juga sempat melihat ada kedai sederhana bisa menjadikan mereka istirahat. Eleora pun mencoba memesan air hangat untuk teman laki-lakinya itu dan selebihnya ia kembali terdiam.

"Sudah, aku sama sekali tidak apa-apa. Terima kasih kamu perhatian sama aku, oh ya sebentar."

Eleora hanya diam tanpa melakukan apa-apa, tetapi tiba saja Gerry memberikan ponselnya lalu meminta akan sebuah nomer ponsel. Tentu dia sama sekali tak mau gegabah dan sembarangan memberikan data pribadi.

"Maaf, El sama sekali belum berani memberikan nomer ke orang baru. Maaf bukannya lancang atau bagaimana, tapi sekali lagi maaf kak Geryy."

"Baiklah, maaf jika begitu. Sekarang kita lanjut lagi saja jalannya."

Kembali melanjutkan perjalanan membuat Eleora canggung dan yang ada dia pun meminta berhenti lagi. Dengan menghubungi orang biasanya membantu orang tuanya telah diminta datang.

Mengambilkan ini sangat lama malah mengantarkan semakin tidak enak. Eleora berusaha mencari cara agar tak bosan dan Gerry pun juga menghubungi orang kepercayaannya untuk membawa motor.

"Sepertinya akan lama, tapi aku coba hubungi orang kepercayaan dulu biar mengambil motor."

"Terus kita gimana, kak Gerry?"

"Kita naik taxi saja."

Mereka yang sudah begitu akrab kini hubunganya jauh lebih dekat lagi. Eleora belum pernah merasakan kesenangan seperti itu. Bahkan sekarang sudah diantarkan ke rumah membuatnya lebih tenang ada yang melindungi.

"Terima kasih, kak Gerry."

"Iya, sama-sama. Besok kalau kamu mau aku jemput chat aja, ya aku pasti datang kok."

"Terima kasih."

Sebelum masuk ke dalam pekarangan rumah dia memastikan apakah papanya benar sudah pulang atau belum. Niatan mengendap-endap berjalan malah tiba di depan dan sontak membuatkan terkejut.

Kali ini papanya tidak membahas mengenai Eleora harus ikut dengan siapa, tetapi dia diminta untuk diajak ke mall. Jauh dari kejadian sebelumnya telah membuatnya bertanya-tanya namun karena hari ini dirasa sangat melelahkan tentu ditolak.

"Hari ini papa mau ajak kamu ke mall, kamu bisakan?"

"Maaf, pa. Hari ini aku lelah dan aku sama sekali tidak bisa."

"Kenapa sih kamu ini? Semenjak papa sama mama berpisah sikap kamu itu berubah, apa kamu sudah bosan hidup sama papa? Papa itu kerja keras buat kamu, buat masa depan kamu dan papa minta waktu sebentar malah seperti ini balasannya. Sekarang dengan cara begitu terserah kamu, papa sama sekali tidak mau ikut campur lagi!"

Menghadapi sikap papanya yang sering sekali egois membuatkan Eleora hanya masuk ke dalam kamar. Suara demi suara itu kian memburuk dan bahkan mengumpat kasar.

Eleora berpedoman untuk sementara waktu berdiam saja di kamar dengan mendengarkan lagu di earphone.

"Aku benar-benar pusing, kenapa sih harus menjadi dewasa? Orang dewasa itu selalu saja ingin menang sendiri, sedangkan ada hati seorang anak harus dijaga dan jika terus ditekan akan fatal."

Masih mengenakan seragam sekolah ia berbaring di ranjang. Mendengarkan lagu di earphone malah membuatkan papanya tiba-tiba saja masuk ke dalam kamar tanpa basa-basi menarik tangan Eleora.

Eleora memberontak karena ia benar-benar enggan ke mall, tetapi papanya justru melakukan hal kasar dengan menampar keras wajah anaknya. "Sekarang kamu ganti baju dan ikut papa."

"Tidak, pa. Aku itu capek baru pulang sekolah, ya papa seharusnya mengerti akan hal ini. Eleora berangkat sekolah jalan kaki dan pulang jalan kaki, Eleora capek."

'Plak.' Tampran keras mendarat di pipi Eleora. "Papa sama sekali tidak peduli, sekarang ganti baju kamu. Sekarang Eleora, sekarang!"

Kali ini kekerasan dari sang papa berhasil membuatkan Eleora mengikutinya. Sepasang bola matanya telah berkaca-kaca dan bahkan sempat sesenggukan kembali ditahan hingga usai mandi.

Dia telah bersiap namun yang ada semua masih dibuatkan kurang oleh papanya, Eleora bingung kenapa harus mengenakan baju milik mamanya. Sedangkan sesuai dengan tren anak muda bajunya lebih cocok dibandingkan harus ganti.

Rasa penasaran telah ada tapi tak bisa menutup pikirannya lama-lama membuat papanya menyegerakan Eleora segera berganti. Keluar dengan penampilan seperti orang dewasa yang mengenakan gaun merah di atas lutut dan sepatu hak tinggi semakin mempercantik wajahnya yang natural.

"Nah begitu cantik, sekarang kita ke mall."

"Biasa saja kok, pa."

"Udah sekarang papa bantu ke mobil, mobil sudah papa siapkan."

Masuk ke dalam mobil membuatkan Eleora ingin sekali bertanya. Keterbatasan berbicara sudah membuat dia begitu takut memulai lebih awal, tetapi dirinya belum pernah satu mobil dan bahkan memiliki acara ke mall seperti ini.

Dalam perjalanan Eleora yang duduk di depan berdekatan dengan papanya ia merasa sama sekali tidak suka. Parfum itu membuatnya sangat mual, tetapi pemikiran lain justru keluar dari papanya.

"Kenapa kamu mual-mual?"

"Enggak ada apa-apa kok, pa."

"Benar tidak apa-apa, jangan-jangan kamu hamil? Sekarang ngomong sama papa, siapa yang menghamili kamu? Biar papa cari dan meminta pertanggung jawaban. Enak saja menghamili anak orang."

"Sudahlah, pa. Aku sama sekali tidak berhubungan dengan siapa saja, aku tahu kalau papa itu sayang sama aku. Tapi aku mohon jangan berlebihan seperti ini, aku sama sekali tidak seperti itu."

"Oke, oke. Sekarang kita pastikan dulu ke rumah sakit, ya untuk memastikan saja apa benar kamu katakan itu?"

Eleora semakin kesal dengan orang tuanya. Dia yang dituduh bukan-bukan semakin membuatkan tak mengerti harus membuktikannya.

Pasrah akan apa yang membuatkan orang tuanya lakukan dia pun keluar dari mobil. Di sana ia seperti bukan anak kecil lagi dan bahkan orang-orang menganggapnya sudah cukup dewasa.

"Selamat sore pak, bu. Ada yang bisa saya bantu?"

"Maaf saya-."

"Jadi begini, saya minta dokter pastikan apakah istri saya sedang hamil atau tidak? Tolong cepat, karena saya sama sekali tidak bisa menunggu sangat lama."

"Baik, pak. Mari bu, kita ke ruangan USG agar bisa memastikan apa yang terjadi."

Bingung dengan apa yang dikatakan oleh papanya hanya menjadikan Eleora menahan pertanyaan terlebih dahulu. Terlepas akan hal itu dia diminta untuk segera berbaring dan pemeriksaan akan dilakukan sesegera mungkin.

"(Kenapa ya aku disuruh dandan begini dan kenapa papa tadi bilang kalau aku ini bukan anaknya malah istrinya? Mencurigakan.)"

下一章