ADDAR DAN ZIGI

"Addar, aku ingin berbicara bersamamu!"

Addar mengalihkan perhatiannya. Ia menatap Zigi yang berdiri di sampingnya dengan raut wajah seperti ... cemas. Ada apa dengan dia?

"Bicara saja," jawab Addar mempersilahkan agar Zigi langsung membicarakan apa yang ingin dia sampaikan.

Kedua tangan Zigi saling bertaut. "Jangan di sini, kita bicara di taman belakang," titahnya.

"Kenapa? Seberapa penting sesuatu yang ingin kamu katakan kepadaku?" Addar malah bertanya seperti itu, ia masih berduduk santai seraya memainkan laptopnya yang menampilkan sebuah data-data perusahaan.

"Seribu persen sangat penting," jawab Zigi terkesan menyentak. Di saat genting seperti ini bisa-bisanya Addar malah bersikap santai tanpa menghiraukan dirinya yang berkalut. Sepertinya Addar memang menguji kesabaran dirinya. Entahlah, sekarang Addar sudah menjadi pria yang mengesalkan ... bagi dirinya.