webnovel

Jangan Sebut Namanya!

Perlahan namun pasti seorang Christian Allen menunjukkan sikapnya yang bisa berubah-ubah seperti bunglon.

Ia bisa terlihat begitu baik, begitu peduli, namun tak sampai hitungan detik, ia bisa berubah seperti monster. Tampan, memesona dan digilai kaum hawa, tapi diam-diam sangat menakutkan.

Alessia terperangah.

Bagaimana bisa tuan mudanya berucap demikian?

Akan lebih baik baginya untuk kabur dari ruangan ini secepat yang ia bisa. Namun satu perintah Christian Allen tak bisa ditolak.

'Mudah saja kan, hanya melepaskan celananya lalu mendudukkannya di bath tub? Hanya itu. Ya hanya itu, kan?' hiburnya dalam hati, menguatkan diri sendiri.

"Baiklah, Tuan. Mari saya bantu," ucap Alessia dengan kedua tangan terjulur ke depan. Ia telah berhasil menenangkan detak jantungnya pasca berada di pangkuan Christian.

Perempuan muda itu berdiri dengan sedikit membungkukkan badannya agar Tuan mudanya bisa merengkuhnya menuju bath tub.

Oh ya Tuhan, hampir saja terlupa!

Celana!

Celana tuan mudanya belum terlepas. Ia harus melepaskan kain itu dari sana sebelum si tuan dingin memakinya dan memberikan sumpah serapah padanya.

"Tunggu apa lagi? Satu, dua, ti-...," ujar Christian memberi aba-aba.

"Baik, Tuan," potong Alessia dengan tangan yang bergetar hebat. Ia tidak pernah terjebak pada situasi menyulitkan seperti ini.

Dengan tangan yang bergetar seperti orang tua yang sedang mengalami tremor, perempuan itu memegangi celana milik suaminya dan mencoba melepaskan kancing besar di bagian tengah.

Ah, akhirnya terlepas!

Ya Tuhan….

Alessia memejamkan mata ketika benda keras semacam rudal itu menggantung di depan mata. Pria di hadapannya kini tak mengenakan sehelai benang pun di tubuhnya. Benar-benar, telanjang.

Astaga!

Perasaan gelisah serta gugup masih menggelayut di dalam diri perempuan itu meski ia telah menyelesaikan permintaan tuan mudanya.

"Mari kubantu, Tuan Christian," ucap Alessia pada Christian.

"Kalau kau berniat membantu, buka matamu dan lihat aku!" tegas Christian yang tahu bahwa perempuan muda di hadapannya berulang kali memejamkan mata saat berhadapan dengannya.

Mendengar itu, Alessia malu bukan main. Ternyata tuan mudanya menangkap basah ulahnya.

Alessia menahan dingin di sekujur tubuhnya. Dress yang ia kenakan membuat hawa dingin menyergap seluruh tubuhnya.

Tapi perempuan itu mengingat jelas bahwa tugasnya belum usai. Ia harus segera meletakkan tubuh suaminya di dalam bath tub.

Christian menahan gelora yang memuncak di dalam dirinya ketika di depannya saat ini menyajikan sebuah pemandangan yang tak bisa ditolak untuk ditatap kedua matanya. Ia benar-benar tertarik akan hal itu.

Oh shit!

Christian menggila. Tepatnya adik kecilnya, ia benar-benar diuji keimanannya oleh perempuan muda ini. Saat bersama Isabella, ia tak pernah berminat dengan gadis mana pun. Karena Isabella adalah wanita yang kuat di atas ranjang dan bisa memuaskannya dalam berbagai posisi. Walaupun ia sangat tahu akan ada banyak sekali gadis yang rela mengantre demi menghangatkan ranjangnya. Tapi itu tak berlaku di masa lalu.

Entah kenapa melihat godaan seringan ini saja sudah membuatnya kelabakan. Ia belum menemukan jawaban dari pertanyaan itu.

"Cepat! Aku tidak suka membuang-buang waktu," titahnya begitu mendominasi. Ia sengaja mengalihkan pikirannya dari hal-hal berbau ranjang dari otaknya.

Terbersit rasa kasihan pada istri kecilnya tersebut. Pasti Alessia kedinginan, pikir Christian.

Perempuan itu tampak menggigil walau berkali-kali ia menutupi hal tersebut darinya. Namun, kedua mata ga bisa menangkap jelas hal itu.

Perlahan-lahan Alessia meletakkan tubuh suaminya di dalam bath tub. Ia memperlakukan suaminya dengan sangat hati-hati. Tubuh suaminya amat berharga dan ia sadar diri siapa dirinya saat ini.

"Kau boleh keluar sekarang! Pakai bajumu dan lima belas menit lagi cepat datanglah kemari," titah Christian tak mau dibantah. Ia benar-benar seorang master di sini. Keinginannya tak bisa ditolak. Mengingat dirinya adalah calon pewaris utama Allen Group.

"Baik, Tuan," jawab Alessia sembari menundukkan kepalanya.

"Nanti pakai gaun malam yang ada di lemari tepat di sebelah lemari pakaianku. Waktumu tak lama untuk merias diri. Dan mengenai aku, kau bisa memanggil Raymond untuk menolongku keluar dari bath tub," ujar Christian panjang lebar memberi perintah.

"Saya tidak mempunyai gaun malam, Tuan. Dan bagaimana bisa saya memakai pakaian yang ada di lemari tepat di sebelah lemari Tuan? Saya tidak berani melakukannya, Tuan," ucap Alessia jujur.

Bagaimana pun juga pakaian-pakaian yang ada di sana pasti diperuntukkan untuk nona Isabella. Pengantin wanita yang kabur itu. Ia tak mau mencari masalah.

Bagaimana kalau nanti wanita itu kembali kemari dan memakinya karena mengenakan pakaian yang ada di sana? Ia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi nanti. Lebih baik baginya mengaku pada tuannya mengenai hal itu. Deretan ketakutan bercokol di pikirannya mengenai Isabella.

"Kenapa tidak berani? Apa yang membuatmu tak berani melakukannya, hah?" kejar Christian pada istri kecilnya. Rasa ingin tahunya begitu besar. Ia bertanya sambil merentangkan kedua tangannya di tepian bath tub. "aku sudah memberikan perintah, untuk apa kau takut? Memangnya ada orang yang kau takuti melebihi aku?" lanjutnya dengan seringai menyebalkan di wajahnya.

Alessia geleng-geleng kepala secepat kilat.

"Tidak, Tuan," elak Alessia tanpa berani menatap wajah suaminya yang begitu dingin.

"Lalu, karena apa? Katakan alasanmu," tanya Christian penuh selidik.

"Saya takut saat nona Isabella kembali kemari, beliau akan kecewa dan marah pada saya karena memakai pakaiannya. Bagaimanapun juga pakaian yang ada di sini adalah miliknya. Saya tidak berhak mengenakannya, Tuan," ungkap Alessia jujur.

Cih!

Christian memukul genangan air yang merendam tubuhnya hingga terciprat ke segala arah. Kedua matanya membelalak amat lebar. Entah kenapa mendengar nama wanita itu disebut, amarah kembali menjalar ke seluruh tubuhnya. Sepertinya mendengar nama itu adalah hal menjijikan yang pernah ia temui.

"Jangan sebut nama wanita itu lagi di depanku! Karena apa, karena bagiku dia sudah mati. Jangan pernah menganggap dia akan kembali kemari. Rumah ini tidak akan pernah menerimanya sampai kapan pun. Paham?" bentak Christian meluapkan segala amarah.

Alessia terkesiap. Ia tak menyangka kejujurannya malah memantik kemarahan pria muda nan tampan itu.

Dengan mata masih menatap penuh kemarahan, ia meruncingkan jari telunjuknya ke arah pintu.

"Lemari itu kini menjadi milikmu. Bukan milik wanita itu lagi. Camkan itu!" pekik Christian kemudian dengan mata berkilat penuh emosi. "Sekarang cepat pergi dari sini sebelum aku melakukan hal di luar kehendakku pada dirimu!" lanjutnya penuh penekanan.

Alessia tercekat.

Sesuatu sepertinya mengganjal di tenggorokannya. Ia tak bisa berkata-kata selain mengangguk pelan lalu membungkukkan badan meminta ijin pada Christian untuk keluar dari kamar mandi yang amat elegan tersebut secepat mungkin.

Alessia membuka pintu dan menutupnya cepat-cepat. Dadanya kembang kempis tak karuan.

"Ya Tuhan, kenapa jantungku berdetak secepat ini?" gumam Alessia dengan deru napas memburu.

Langkah Alessia melambat. Ia mengayunkan kedua kakinya menuju lemari besar yang dimaksud oleh tuannya itu berada.

Alangkah terkejutnya Alessia saat ini.

Gaun apa ini?

To be continue…

***

下一章