Konflik yang terjadi di kerajaan Pringsewu bermula ketika Prabu Kamandanu menikahi Dewi Ambiwati melalui sayembara. Dewi Ambiwati dan putrinya mengirimkan santet kutukan ular kepada Putri Sekarwati, hal itu mereka lakukan karena sifat dengki terhadap Putri Sekarwati. Pangeran Arya sebagai kekasih Putri Sekarwati akan memperjuangkan cinta dari jerat kutukan ular itu, walaupun nyawa akan menjadi taruhan di hutan ilusi. Ketika Pangeran hampir terbunuh datanglah seorang penolong, Pendekar sutra ungu. Ternyata pendekar itu memiliki tujuan yang sama dengan Pangeran Arya, yaitu membunuh buto ijo dan dukun gelap yang merampas janinnya. Tetapi ketika Putri Sekarwati dan Pangeran Arya di nobatkan menjadi raja dan ratu, ada saja cobaan yang menimpa mereka. Banyak siluman ilmu hitam yang mengganggu kehidupan mereka.Tapi mereka tetap bisa melewati cobaan itu. Sampai mereka membangun kerajaannya menjadi disegani.
Hiduplah seorang Raja yang bernama Prabu Kamandanu, wajahnya yang tampan dan penuh kumis, tubuhnya tinggi besar. Penampilan fisiknya itu menjadikannya publik figur seorang pemimpin sejati. Prabu Kamandanu selalu mementingkan kepentingan rakyat daripada kepentingan pribadi, serta menjadi idaman kaum wanita. Tidak seperti raja yang lain yang memiliki banyak permaisuri, Prabu memiliki sikap setia terhadap pasangannya. Ia hanya mempunyai satu permaisuri yang bernama Dewi Larasati. Istrinya sangat bersyukur mempunyai suami idaman seperti Prabu Kamandanu. Dewi Larasati memiliki paras yang sangat cantik bagaikan bidadari, bahkan kabar kecantikan Ratu itu sudah terdengar di seluruh penjuru daerah Pringsewu.
Sebagai mana peran seorang Ratu dan istri dari Prabu Kamandanu, Dewi Larasati juga ikut andil terhadap kepemimpinan sang Raja. Karena setiap ada masalah di kerajaan, selain berdiskusi dengan staf kerajaan, sang raja juga mengajak Dewi Larasati untuk ikut berdiskusi dengan memberikan saran terbaik. Sang Ratu memiliki kecerdasan yang luar biasa jika dipadukan dengan kepemimpinan suaminya.
Kerajaan yang dipimpinnya berada di daerah Pringsewu, dan nama kerajaannya adalah Kerajaan Pringsewu. Prabu Kamandanu sangat disegani dan dicintai rakyatnya karena kepemimpinannya. Berkat kepemimpinan sang Prabu kerajaan Pringsewu menjadi makmur dan subur, baik dari segi ekonomi, pertanian, pertahanan dan keuangan semua berjalan dengan baik dan memiliki kemajuan yang pesat. Tidak hanya berbakat menjadi pemimpin, ia juga ahli bela diri, sehingga prajurit istana di bimbing beliau dengan baik untuk menjadi benteng pertahanan istana ketika musuh menyerang. Ditambah letak istana pemerintahannya yang strategis dan tanahnya yang subur, menjadikannya kerajaan yang gemah ripah lohjinawi.
Kebahagiaan Prabu Kamandanu dan Dewi Larasati bertambah saat Dewi Larasati mengandung setelah sepuluh tahun menikah. Penantian panjang yang kini mereka tunggu akhirnya datang juga. Beberapa tabib diundang untuk memeriksa kandungan sang Ratu, rata-rata tabib itu mengatakan anak yang di kandungnya adalah perempuan.
Mendengar kabar kehamilan sang Ratu dan rakyat bersorak bergembira menyambut kelahiran calon putri itu. Dengan senang hati Prabu Kamandanu merayakan kehamilan istrinya dengan makan-makan, semua rakyat dan staf kerajaan istana diajak pesta di Kerajaan Istana Pringsewu.
Ketika kandungan Dewi Larasati sudah sembilan bulan, tibalah saatnya Ratu melahirkan seorang bayi putri yang cantik jelita seperti paras ibunya, tetapi setelah melahirkan, Dewi Larasati meninggal dunia. Prabu Kamandanu sangat sedih dan terpukul. Kesedihan juga menyelimuti Kerajaan Pringsewu karena kepergian sang Ratu.
Ketika sang Prabu berada di kamarnya karena bersedih tiba-tiba muncul cahaya yang terang di kamar sang prabu, dan ternyata cahaya itu berubah wujud menjadi Dewi Larasati. Tubuhnya Dewi Larasati bercahaya dan punggungnya terdapat sayap kupu-kupu yang indah, serta wangi bau kenanga yang semerbak di ruangan kamar sang Prabu.
"Cahaya apa ini, tolong...tolong...?!" teriak sang prabu sambil ketakutan, tetapi pintu kamar sang Prabu sedang terkunci.
"Kanda Kamandanu?" ucap Dewi Larasati.
"Dinda Larasati, bukannya engkau sudah meninggal? Jasadmu di belakang istana akan kami semayamkan," kata Prabu Kamandanu sambil mendekati Dewi Larasati.
"Jangan mendekat, Kanda, jangan menyentuhku lagi, aku sudah suci menjadi bidadari setelah melahirkan anak manusia, maafkan Dinda, karena sudah berbohong kepadamu selama ini," kata Dewi Larasati.
"Apa maksudmu Dinda? Aku tak mengerti kata-katamu, kumohon kembalilah kepadaku, aku, anakmu dan rakyat kita membutuhkan Ratu sepertimu, tegakah Dinda meninggalkan kami?" rengek Prabu Kamandanu sambil terduduk dan tangannya meminta.
"Sebenarnya aku adalah titisan bidadari di telaga Pringsewu. Dulu kita pernah bertemu di telaga Pringsewu ,di sanalah asal-usulku. Kanda pernah bertanya tentang orang tuaku, aku jawab orang tuaku sudah meninggal, tapi sebenarnya orang tuaku masih hidup. Orang tuaku adalah seorang Dewa dan Dewi, kami adalah bangsa dewa, kami hidup abadi," jawab Dewi Larasati sambil menangis tersedu-sedu.
"Lalu apakah Dinda bisa kembali menjadi Ratu lagi di kerajaanku? Dinda belum menjawab pertanyaan Kanda," jawab Prabu Kamandanu yang ingin melanjutkan cerita Sang Bidadari itu.
"Maaf, Kanda. Tidak bisa, aku harus kembali ke orang tuaku, di telaga itu ada kerajaan gaib para dewa dan bidadari. Aku akan menjadi ahli warisnya, aku akan menjadi Ratu di sana, karena hamba anak satu‐satunya, dan sekarang hamba tidak bisa lagi menjadi manusia," kata Dewi Larasati.
"Lalu, ketika Dinda menjadi istriku, bagaimana Dinda bisa berubah menjadi manusia?" kata Prabu Kamandanu.
"Karena aku terlalu mencintaimu Kanda, setiap Kanda berkuda dan melewati telaga Pringsewu, aku selalu takjub melihat Kanda. Hati hamba berdebar‐debar melihat ketampanan dan kegagahan Kanda. Tapi, Kanda tak bisa melihat wujudku karena aku di alam gaib," ujar Dewi Larasati.
"Lalu apakah dengan mencintaiku Dinda bisa berubah menjadi manusia?"
"Demi menjadi manusia, hamba bertapa di Gua Pringsewu, tapi dengan syarat yang sangat berat. Ketika hamba melahirkan anak, hamba akan meninggal dan menjadi bidadari kembali, sedangkan jasad yang di semayamkan adalah jasad pemberian Dewa. Andai saja dahulu Kanda tidak menerima cintaku, wujud manusiaku hanya sia-sia, karena memang tujuanku menjadi manusia hanya untuk mencintaimu Kanda," kata Dewi Larasati sambil menangis tersedu-sedu.
"Jadi itu alasan Dinda menunda kehamilan anak kita hingga sepuluh tahun lamanya," ucap Prabu Kamandanu.
"Iya kanda. Setiap kali Kanda memberikan benih anak terhadapku, aku selalu membuangnya dengan kekuatan bidadariku. Walaupun dahulu aku manusia, kekuatan gaib bidadariku masih tersimpan dalam diriku, hal itu juga yang membuat kecantikanku tak akan pudar oleh waktu. Hal itu aku lakukan agar aku tetap lama hidup bersamamu Kanda, cinta ini yang membuat hamba menjadi seperti itu," jawab Dewi Larasati.
"Sungguh berat Dinda perjuangan cintamu kepadaku, Dinda apakah tidak ada cara lagi, agar kita bisa kembali bersama lagi?" tanya Prabu Kamandanu.
"Ada Kanda, tapi syaratnya cukup berat," kata Dewi Larasati.
"Apa syaratnya Dinda?" kata Prabu Kamandanu.
"Kanda harus menjadi Dewa seutuhnya, Kanda harus bertapa di gua Pringsewu, setelah bertapa Kanda akan mati, dan kanda bisa menjadi Dewa seutuhnya dan tinggal bersamaku di kerajaan Telaga Pringsewu," kata Dewi Larasati.
"Dinda,jika aku mati sekarang, bagaimana dengan kerajaanku? Bagaimana dengan rakyatku? Dan bagaimana dengan anak kita? Mereka semua masih membutuhkanku, tetapi dalam hatiku aku ingin sekali bersamamu Dinda," kata Prabu Kamandanu.
"Kanda memang Raja yang baik, yang selalu mementingkan kepentingan rakyatnya. Aku ada cara lain agar kelak kita bisa bersama selamanya," kata Dewi Larasati.
"Lalu, bagaimana caranya Dinda?"
"Aku akan memberikanmu anugerah. Aku akan memberikanmu susuk kantil bidadari, susuk itu bisa membuat kanda hidup abadi dan kanda bisa memilih hari kematian Kanda sendiri, susuk itu juga membuat Kanda awet muda. Ketampanan Kanda tidak akan pudar oleh waktu. Pimpinlah kerajaanmu dulu, sampai anak kita bisa menjadi penerus tahta kita, setelah itu, kanda bisa tinggal bersamaku untuk menjadi dewa selamanya," jawab Dewi Larasati sambil memberikan susuk bunga kepada Prabu kamandanu di meja.
"Lalu bagaimana cara menggunakan benda ini Dinda?" tanya Prabu Kamandanu.
"Genggamlah susuk itu, sambil tarik nafas yang dalam. Jika berhasil susuk itu akan menghilang karena sudah masuk dalam tubuhmu, dan kekuatan bidadari sudah menyatu denganmu Kanda," jawab Dewi Larasati.
"Baiklah akan kulakukan Dinda," kata Prabu kamandanu.
Prabu Kamandanu kemudian menggenggam susuk itu dan mengambil nafas dalam-dalam sesuai intruksi istrinya. Seketika itu tangan sang prabu bergetar dan seluruh badan sang Prabu terguncang seperti tersetrum aliran petir. Keringat Prabu keluar saat proses penyatuan benda itu ke tubuhnya.
"Aaaaaaaargh...Dinda getaran apa ini?," teriak Prabu Kamandanu.
"Tahan sebentar Kanda, memang begitulah prosesnya, itu hanya beberapa menit saja," jawab Dewi Larasati.
"Aaaaaaah! Huuuuuuu," erang sang Prabu ketika selesai dengan penyatuan susuk itu.
"Kanda, hamba mempunyai dua permintaan kepadamu," kata Dewi Larasati.
"Apa Dinda, semoga aku sanggup untuk melaksanakannya," jawab Prabu Kamandanu.
"Permintaan pertama kuburkan jasadku di dekat telaga Pringsewu dekat gua pringsewu, dan samping kanannya sisihkan untuk mengubur jasadmu ketika engkau meninggal untuk menjadi dewa dan hidup bersamaku," pinta Dewi Larasati.
"Baiklah Dinda. Permintaanmu itu akan kuturuti," jawab Prabu Kamandanu.
"Permintaan kedua, kasih nama putri kita Roro Ayu Sekarwati, atau panggilannya Putri Sekarwati," pinta Dewi Larasati.
"Baiklah dinda, aku juga belum memikirkan untuk memberi nama pada anak kita," jawab Prabu Kamandanu.
"Kanda saat nya Dinda harus pergi, laksanakan permintaanku, sampai ketemu di kerajaan telaga bidadariku, Kanda. Aku akan selalu menunggumu dan selalu mencintaimu kanda. Aku akan selalu rindu padamu," ucap Dewi Larasati.
"Selamat jalan Dinda, aku akan selalu merindukanmu," jawab Prabu Kamandanu. bulir air mata mengalir di pipinya.
Bersambung.