Sophia sudah selesai membersihkan kamar mandi dan membersihkan diri. Gadis itu perlahan memasuki kamarnya untuk berganti pakaian dan melihat seorang gadis tengah duduk menghadap meja belajar. Sophia tersentak dan mencoba menenangkan dirinya. Perlahan gadis itu menghampiri Sophia.
"Hei, apakah kamu yang bernama Sophia Adam?" sapa gadis berambut ikal sambil mengulurkan tangan pada Sophia. Keduanya saling berpandangan sejenak sebelum Sophia membalas uluran tangan dari gadis itu.
"Namaku Rosie Hendrik," lanjut gadis itu.
"Sophia Adam, aku yang menempati kamar ini. Apakah kamu juga berada disini?" tanya Sophia penasaran.
"Ehm aku minta maaf sebelumnya. Sebenarnya aku berada sekamar dengan Helen White tetapi dia tidak mau bersamaku. Dia memintaku pindah ke ruangan lain dan kulihat disini hanya ada dirimu sendirian. Bolehkah aku berada di kamar ini bersamamu?" pinta Rosie kepada Sophia. Gadis itu terlihat baik dan Sophia tidak ragu untuk menerima permintaannya.
"Tentu saja aku bersedia. Akan menyenangkan bila memiliki teman sekamar yang bisa diajak berbagi cerita," balas Sophia dengan penuh semangat.
Sophia dan Rosie bersiap untuk makan malam. Mereka sudah memiliki jadwal kegiatan yang harus dipatuhi bersama. Sekarang Sophia tidak lagi sendirian di dalam asrama karena ada Rosie yang akan bersamanya. Keduanya berjalan sambil bercanda.
"Sophia!" sapa Bianca ketika bertemu dengan Sophia dan Rosie.
Sophia tersenyum menatap ke arah Bianca yang sedang berjalan menghampirinya. Mereka saling berjabat tangan dan Sophia memperkenalkan Rosie kepada sahabatnya. Mereka nampak akbrab satu sama lainnya.
"Bagaimana asramamu?" tanya Sophia pada Bianca. Bianca berada di asrama SWEET BLOOD dan berpisah dengannya.
"Semuanya tampak menyenangkan. Aku memiliki teman sekamar yang gemuk, dia membawa banyak makanan di dalam kopernya. Seluruh kamarku sudah dipenuhi makanannya. Sungguh gadis yang menggemaskan," sahut Bianca sembari memamerkan senyum manisnya. Sophia sangat antusias mendengarkan cerita Bianca dan teman barunya. Mereka saling berbagi cerita hingga tidak menyadari telah berada di aula. Seluruh siswa sudah berada disana untuk persiapan makan malam.
Kepala Sekolah beserta guru sudah berada di meja panjang yang berada di depan. Seluruh siswa bisa melihat mereka dalam jarak jauh sekalipun.
"Kira-kira apakah menu makan malam mereka sama dengan kita?" canda Rosie.
"Kupikir pasti sama karena di Werewolf Academy menunya lebih banyak mengandung daging. Bukankah kita memang menyukai daging dibandingkan makanan lainnya?" celetuk Bianca.
Pandangan Sophia terarah pada Mr Anthony yang di hadapannya tidak nampak adanya piring makan. Lelaki itu tersenyum dan membalas tatapan Sophia kepadanya.
"Apakah Mr Anthony tidak makan? Tidak ada piring di mejanya?" tanya Sophia pada kedua rekannya.
"Kamu sangat lucu, Sophia. Bukankah kamu sudah mengetahui bahwa seorang vampir tidak makan apapun kecuali meminum darah segar," jelas Bianca yang membuat Sophia terkekeh. Dia sudah lupa mengenai identitas dari guru sejarahnya.
"Maaf, aku lupa," ujar Sophia sambil menggaruk rambutnya.
Suasana makan yang diadakan di aula sangat meriah. Seluruh siswa yang merupakan keturunan werewolf berada disana. susunan meja makan yang melingkari ruangan menjadikan siswa bisa melihat seluruh rekannya disana. Ada tiga deret lingkaran yang mengelilingi aula. Deret teratas adalah siswa yang berada di tingkatan ketiga. Deret di bawahnya adalah yang berada pada tingkatan kedua sedangkan deret terbawah merupakan siswa baru.
Sophia mengamati wajah-wajah yang selama tiga tahun akan dilihatnya disana. Lamanya bersekolah di werewolf academy adalah tiga tahun, setelah itu bisa melanjutkan pada pendidikan kejuruan yang menyesuaikan dengan keinginan masing-masing.
Sophia tidak dapat memalingkan pandangannya dari sosok pemuda tampan yang sedang tersenyum kepada teman-temannya. Andrew Davidson memang sangat mempesona. Diantara pemuda yang berada di aula, dia yang menjadi pusat perhatian.
"Ehm, kamu sedang memandang siapa?" goda Bianca sambil mencubit lengan Sophia dengan gemas. Sophia merona ketika sahabatnya mengetahui apa yang dilakukannya.
"Jangan menggodaku! Aku hanya melihat rekan-rekan yang ada disini. Bukankah nanti malam kita sudah mulai pelajaran pertama kita," ujar Sophia untuk mengalihkan pembicaraan. Dia tidak mau Bianca mengetahui apa yang sedang dirasakannya.
"Iya, kita akan belajar mengenai sejarah Werewolf, kita akan bertemu dengan Mr Anthony. Menurutmu apakah dia akan menghisap darah kita," tanggap Bianca yang membuat Sophia tergelak. Mereka bertiga menikmati suasana makan malam yang menyenangkan.
"Jangan melakukan ini padaku! Aku tidak bersalah," sebuah suara membuat Sophia menghentikan tawanya. Gadis itu memang memiliki kelebihan bisa mendengarkan suara meski dalam jarak yang cukup jauh. Sophia berusaha menyapu sekeliling ruangan untuk menemukan seseorang yang sudah mengganggu ketenangannya.
Pandangan mata Sophia beradu dengan Mr Anthony yang juga mencari sumber suara. Mereka saling berpandangan meski tanpa berkata. Sophia bisa menduga bahwa Mr Anthony juga mendengar apa yang didengar olehnya.
"Tolong aku! Jangan menyakitiku!" suara asing itu kembali terdengar oleh Sophia. Kali ini dipenuhi oleh ketakutan dari nada suaranya. Sepertinya orang tersebut sedang dalam keadaan terdesak. Sophia semakin gelisah karena tidak kunjung menemukan petunjuk darimana suara tersebut berasal.
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaarrrrrrrrrrrrggggggggg," seorang laki-laki berteriak sambil berlari menuju meja para guru. Tampak seorang penjaga gerbang sedang tergesa-gesa dengan pakaian yang dipenuhi darah. Aroma darah manusai yang membuat Sophia menutup hidungnya supaya tidak tergoda.
Seluruh siswa langsung terdiam dan mengamati pemandangan asing di hadapannya. Rupanya seorang penjaga gerbang telah diserang oleh makhluk buas dari hutan yang hendak memasuki asrama. Kepala Sekolah meminta para guru menenangkan siswa dan melanjutkan makan malam selagi dirinya mengecek keadaan. Tidak lupa Mr Anthony mengikuti di belakang kepala sekolah untuk membantu.
"Kira-kira makhluk apa yang menyerang penjaga gerbang ya?" tanya Rosie dengan ketakutan. Gadis itu terlihat ragu untuk melanjutkan makan malamnya.
"Entahlah, tetapi aku yakin kepala sekolah akan mengatasinya secepatnya," tanggap Bianca. Gadis itu bersikap tenang seperti biasanya. Dia memang pantas menjadi putri seorang tetua suku karena ketenangan dan kebijaksanaan yang dimilikinya.
Sophia kembali menatap makanan di atas piring kendati pikirannya masih berusaha mencerna suara yang didengarnya. Entah mengapa suara itu terdengar nyaris bersamaan dengan penyerangan yang dialami penjaga gerbang. Mungkinkah suara yang didengarnya merupakan permintaan tolong dari penjaga gerbang. Sophia begitu penasaran hingga tidak menyadari sepuluh menit lagi waktu makan akan segera berakhir. Gadis itu secepatnya menyantap makan malamnya sebelum memulai pelajaran pertama malam ini.
Sophia berjalan menyusuri lorong menuju kelas pertamanya. Dia tidak akan bersama Rosie karena jadwal mereka berbeda. Sophia melangkah sendirian dengan penuh semangat.
Ruang kelas Mr Anthony sudah diketahui oleh Sophia. Gadis itu sudah pernah berbicara empat mata dengan guru sejarah yang merupakan seorang vampir itu. Dia tidak perlu takut tersesat karena sudah menghapal jalannya.
"Selamat malam," sapa Mr Anthony kepada siswa yang hadir di dalam kelasnya. Malam ini mereka akan menghadapi kelas pertamanya. Beruntung Sophia berada di jadwal yang sama dengan Bianca sehingga keduanya bisa duduk bersama dalam satu bangku. Andrew Davidson juga berada di kelas yang sama sehingga Sophia merasa semakin bersemangat.
"Selamat malam!" balas seluruh siswa yang membuat ruangan menjadi semarak. Meskipun sudah malam ternyata seluruh siswa tampak bersemangat mengikuti pelajaran.
Mr Anthony menunjukkans sebuah gambar werewolf dan vampir di depan kelas. Semuanya mengarahkan pandangan pada gambar yang terpasang di hadapan mereka.