webnovel

Quinquaginta Novem

Lidah mereka saling beradu dan sama-sama bermain dengan lincah mengikuti naluri masing-masing. Menimbulkan bunyi kecipak yang sangat menggugah membuat junior Calvin mengeras dan menjadi turn on sekarang.

Calvin memelintir nipel Niko sembari menekan-nekannya dengan ibu jari Calvin. Niko dapat merasakan sesuatu yang geli bercampur dengan nikmat. Membut Niko mengeluarkan suara erangan eksotis. Meski dirinya sudah menahan untuk tidak bersuara tapi tetap saja Niko ingin mengeluarkan sensasi yang lebih menggoda.

Di setiap permainan yang Calvin berikan benar-benar membuat Niko merasakan Nikmat lagi dan lagi. Calvin semakin membuat Niko tak berdaya.

"Umhhh hppt ahh humptt ahh"

Calvin semakin liar dan mengganas saat mendengar suara Niko yang mendesah pelan. Ia kembali mengecup bibir Niko dan menjilatnya bahkan sampai memasukanya lagi ke dalam mulut.

Calvin memperlambat tempo ciumanya dan bergilir menatap Niko dengan wajahnya yang bersemu merah. Tatapanya seolah ingin Calvin melanjutkan permainanya.

Calvin tersenyum seakan tau permintaan Niko itu sangat di tunggunya

Calvin memasukan lidahnya lebih dalam sementara Niko membiarkan lidah Calvin bertamu lebih dalam. Niko semakin menikmati permainan Calvin, ia tak ingin berhenti dan terus bercumbu dan membalas setiap kecupan demi kecupan dari titik biasa bertemu dengan titik sensitifnya.

"Ahh enak banget sayang… hi..sap ahh hisap… te...rus sayang huumpt ahh enak banget ahh…"

Niko meracau hebat saat Calvin mulai menghisap nipelnya yang berwarna pink. Mendengar desahan Niko memanggil kata

"Sayang" malah semakin membuat Calvin gencar menghisap dan menjadi sangat nafsu bawaanya.

"Ke...kenapa berhenti umh? Lag...i sayang lag...i umh," ucap Niko tampak memohon di sela desahanya yang tak terbendung dan sudah di ujung ubun-ubun ingin segera di tuntaskan

Sesekali Niko menatap Calvin memintanya untuk melanjutkan permainan mereka yang berlangsung panas beberapa saat. Tetapi permintaan Niko itu hanya di balas dengan senyuman saja.

Calvin mengecup bibir Niko dengan lembut kemudian beralih mengecup kening Niko penuh sayang.

"Nanti lagi yah," bisik Calvin di telinga Niko.

Niko menggeleng kepalanya. Tangannya menarik lengan Calvin menatapnya dengan penuh harap.

"Hiks… mau lagi," Niko terisak di hadapan Calvin meminta Calvin untuk meneruskanya.

Calvin terkejut saat melihat Niko yang tiba-tiba saja menangis bahkan sampai tersedu-sedu. Calvin mulai panik sementara Niko, laki-laki itu berubah mood dan menjadi marah sama Calvin.

Niko langsung menghentak-hentakkan kakinya di atas lantai dengan suara keras untung saja tidak membuat dasar lantai itu retak. Niko mencembikkan bibirnya dan tak lupa dengan derain air mata mengucur turut membasahi kedua pipinya yang mengembung bulat.

"Utuutu jangan nangis sayang. Jadi sayangnya aku mau lagi, hum?" tanya Calvin dan langsung mendapat anggukan kecil dari Niko.

Calvin tersenyum lalu kembali melanjutkan ciumanya yang sempat terhenti.

Di sisi lain Mikel sibuk menunggu Calvin dan juga Niko yang sedari tadi belum keluar dari dalam toilet. Mikel beranjak dari duduknya lalu kembali terduduk lagi di kursi Cafe. Begitu saja terus sampai Galang yang melihatnya menjadi bosan. Mikel tampak gelisah seperti ada sesuatu yang menggangu pikiranya.

Mikel sangat penasaran sekaligus curiga terhadap kedua cowok yang sejak awal mengaku sebagai sepupu. Mikel bangkit berdiri kemudian mondar-mandir di hadapan Galang sesekali menengok ke belakang di mana tempat toilet itu berada.

"Lu kenapa sih? Dari tadi mondar-mandir gajelas!" kata Galang merasa jengah gara-gara Mikel.

Mikel berdecak sembari bekacak pinggang. Mikel tampak memikirkan sesuatu sebelum mempertanyakan itu semua pada Galang.

"Gue tuh curiga gal," kata Mikel kemudian beralih menarik kursi dan duduk di hadapan Galang.

"Curiga?" Mikel mengangguk kemudian mendekatkan wajahnya dan membisikkan sesuatu di telinga Galang.

"Emangnya lu gak penasaran? Udah 5 menit loh Calvin sama Niko belum balik juga dari kamar mandi. Emangnya lu gak curiga? kalau mereka tuh udah pasti lagi ehem-ehem," ucap Mikel memberikan kode sesuatu yang pastinya otak Galang langsung paham kalau membicarakan soal tersebut.

Niko kembali mentolehkan kepalanya ke belakang. Rasa curiganya semakin dalam dan ingin memastikan.

Galang membeliak ketika Mikel membicarakan hal itu secara spontan dan ntan dan mterang-terangan di depan umum.

"Mikel," panggil Galang dengan suara lembut dan terdengar tenang.

"Humm?" sahut Mikel.

Mikel berbalik menatap Galang kemudian ia sedikit memajukan wajahnya ke depan saat Galang menyuruhnya mendekat.

"Kenpa—,"

Galang menimpuk kepala Mikel menggunakan pipa buku. Membuat Mikel meringis kemudian mengelusnya pelan.

"Ih kok gue di pukul sih?!" Mikel masih mengelus kepalanya karena Galang kalau memukul Mikel tidak pernah tanggung-tanggung.

"Ya karena lu salah. Udah tau tempat umum juga masih bicarain soal begituan," kata Galang tidak suka.

"Ya tapi gak usah mukul juga lah juga la. Lu hobby banget si mukul gue. Emangnya gak sakit apa?! Hah!" Kedua mata Mikel berkaca. Tak bisa membohongi hatinya kalau rasanya Mikel ingin menangis.

Mikel beranjak dari duduknya kemudian berpindah di samping Galang tanpa mau membuka suara dan masih setia membisu. Bahkan Mikel sampai tak mau menoleh ke arah Galang.

Galang melirik Mikel yang mungkin saja dia ngambek dan juga kesal karena dirinya. Sudahlah galang sendiri juga tidak mau memikirkan lebih baik di biarkan saja nanti juga balik seperti semula.

***

Tit tit tit tit

Alaram berjenis portable itu terus saja berbunyi beberapa kali. Mengusik mereka yang masih saja ingin berada di dalam selimut tebal. Waktu pun terus berputar dan sekarang jam sudah menunjukkan pukul 10:00 pagi. Namun kedua insan tersebut masih belum mau berjejak.

"Umhh," lenguh Niko sembari menyipitkan kedua matanya. Matanya terbuka sempurna ketika melihat Calvin masih dalam posisi memeluknya.

Niko dapat merasakan kalau mereka masih sama-sama tak memakai busana. Tertutup dengan selimut tebal membenamkan tubuh mereka di dalam.

Tangan kecilnya terulur mengelus wajah Calvin. Jari telunjuknya menyusuri wajahnya yang putih dan mulus meski terdapat bulu-bulu halus tapi tak membuat ke tampanan Calvin berkurang.

Tangannya berhenti di sebuah tanda kissmark yang ia buat untuk Calvin.

Mengingatnya kembali malah membuat Niko jadi senyum-senyum sendiri dan juga merasa malu. Walaupun sebenarnya dia senang. Ah, Sial! Bagaimana bisa Niko meminta ronde ke tiga di saat Calvin sudah tak bereaksi lagi.

Lagi pula ini semua kesalahan Calvin. Niko tidak akan sampai meminum obat Pil cinta itu kalau saja Calvin tidak mencampurnya dengan obat Niko di dalam laci.

Niko melirik Calvin saat mulai merasakan ada sesuatu yang bergerak dan menariknya ke dalam selimut.

"Umh sayang," gumam Calvin dan semakin mengeratkan pelukanya. Niko membalas pelukan Calvin ia mencium pipi Calvin lalu membisikkan sesuatu di telinga Calvin.

"Good morning ganteng."

Sudut bibir Calvin tersenyum kala mendengar suara Niko. Tanpa membuka kedua matanya ia mendekat dan membalas sapaan pagi dari kekasihnya.

"Good morning cantikku,"balas Calvin berbisik di telinga Niko.

Niko tersenyum lalu mengusap kepala Calvin sebelum ia beranjak dari tidurnya.

"Hari ini aku gak kuliah. Aku, capek banget. Kalau kamu kuliah jangan lupa bangunin aku, ya. Biar nanti aku antar kamu," ucap Calvin masih memejamkan kedua matanya.

Niko tersenyum kemudian mengecup kening Calvin.

"Iya, Calvin. Selamat istirahat," balas Niko.

Niko membuka selimut dan lekas beranjak dari atas kasur. Ia menutup kembali tubuh Calvin dengan selimut tebal lalu beralih mengambil handuk dan masuk ke dalam kamar mandi.

***

Calvin mengantarkan Niko menggunakan Motor maticnya. Motor matic itu baru saja berhenti di depan gerbang kampus FE. Niko turun dari atas motor kemudian Calvin membantu Niko melepaskan Rachert helmnya.

Lingkungan Kampus FE tidak terlalu banyak orang jadi tak masalah Jika Calvin bersikap manis sekarang.

"Pulang jam berapa?" tanya Calvin sambil membenarkan anak rambut Niko yang sedikit berantakan.

Niko tersenyum dan merasa suka jika Calvin perhatian.

"Kayak biasanya," jawab Niko.

Calvin mengelus wajah Niko lalu mencubitnya pelan.

"Pulang naik grab gak papa? Kayaknya nanti sore aku agak sibuk," ucap Calvin masih menatap Niko.

"Gak papa aku udah biasa," Calvin tersenyum dan kembali mengusap kepala Niko.

Calvin masih menatap Niko dengan lekat. Ia mulai memperhatikan ke sekelilingnya. Di rasa cukup aman Calvin menarik Niko dan mulai mengecup keningnya lalu beralih ke bibir dan di akhiri dengan senyum nakal dan juga jahil.

Niko sedikit terkejut karena tiba-tiba Calvin menempelkan bibirnya itu di bibir Niko.

"Daahh"

Niko belum sempat protes Calvin sudah pergi lebih dulu dan membiarkan Niko misuh-misuh sendiri.

"Akh! Calvin… ngeselin banget ih humm!" pekik Niko sambil memuncukkan bibirnya. Namun jauh dari kata itu sebenarnya Niko senang dan tak bisa menahan senyum bahagianya.

"Ilove you Calvin," batin Niko sambil senyum-senyum sendiri.

Motor yang di kendarai Calvin semakin jauh dari pandangan matanya. Kemudian setelah itu Niko melangkahkan kakinya pergi dari sana ia berbalik badan dan tidak sengaja bertemu dengan Keyla yang sudah berdiri di sana.

Niko mematung di tempat saat mendapati Keyla yang mungkin saja sudah sejak tadi memperhatikan mereka berdua. Niko harus bagaimana? Apa yang harus Niko jelaskan ke Keyla. Ataupun jika memberi alasan lain itu akan percuma karena Keyla sudah melihat semuanya.

"K-keyla," batin Niko gugup.

Namun gadis itu malah memberi senyumnya membuat Niko juga ikut membalas senyum Keyla walaupun terlihat kikuk.

"Niko??" Keyla membulat matanya lebar dan langsung berlari mendekati Niko yang masih saja berdiri mematung dan tak bergerak sama sekali di sana.

"Gilaa gue kangen banget sama lo!!" pekiknya histeris dan langsung memeluk Niko erat.

Niko tersenyum lega kemudian membalas pelukan Keyla. Keyla merenggangkan pelukanya dan mulai menatap Niko penuh tanda tanya.

"Semingguan ini lo kemana aja sih? Lo gak ada ngabarin gue. Chat gue pun gak lo balas cuma lo read! Lo beneran gak papa kan? Lo gak sakit kan? " tanya Keyla khawatir sambil memeriksa keadaan Niko.

"Gue gak papa key. Gue sehat dan gue gak sakit. Minggu kemaren Gue ada urusan keluarga di bandung dan gak sempet cerita sama lo. Sorry ya," balas Niko jadi merasa bersalah pada sahabatnya itu.

"Huff syukur deh. Gue kira alergi lo makin parah makanya lo gak masuk kuliah. Tapi lo beneran gak papa kan?" tanya Keyla masih belum percaya dan ingin memastikan.

Niko tersenyum dan mengangguk lagi.

"Gue gak papa key. Udah ah yuk masuk ntar ke buru dosen datang," ajak Niko sembari merangkul Keyla dan menuntunya masuk ke dalam gerbang kampus.

下一章