Menumbuhkan Percaya Diri

Mimi terdiam sesaat menatap layar ponselnya setelah membaca pesan dari Ann soal izin menginap yang sudah diberikan oleh pengurus asrama dan penjaga keamanan di asrama kampusnya.

Mimi mengerutkan dahi, merasa heran pada diri sendiri.

Entah kenapa membaca curhatan Ann barusan, Mimi seperti tergerak untuk membantu dan melindunginya. Padahal ia sama sekali belum pernah bertemu Ann. Ngobrol pun biasanya hanya seputar hal-hal yang menarik minat mereka saja, bukannya sesuatu yang pribadi seperti ini.

Yah, meskipun hal pribadi yang barusan Ann curhatkan itu juga mengandung misteri yang menarik bagi Mimi, tapi tetap saja ini aneh.

Mimi merasa belakangan ini ia memiliki keberanian yang cukup besar untuk bertemu dengan orang lain. Setelah bertahun-tahun mengurung diri di rumah saja dan hanya berinteraksi dengan orang lain melalui media sosial karena rasa tidak percaya diri dan trauma masa lalunya, sepertinya ia mulai merasakan perubahan pada dirinya sendiri.