webnovel

DIPAKSA PUTUS.

Setelah terang-terangan menghina Arman, Bu Antok mengatakan kepada para tetangganya bahwa Bunga akan segera di lamar oleh pengusaha muda. Hal itu terdengar oleh telinga Ida, ibu Arman.

Ida yang mengetahui akan hubungan Bunga dan Arman segera menanyakan pada anaknya saat sampai di rumah.

"Man," panggi Ida

"Ya buk," sahut Arman yang sedang berada di teras.

"Bagaimana hubungan kamu sama Bunga?" tanya Ida

'degh' Arman tersentak saat mendengar pertanyaan tersebut.

"Kami baik-baik saja," jawab Arman..

"Man, apapun yang terjadi itu sudah kehendak Allah, kamu bisa berusaha namun hanya Allah yang akan menentukan hasil akhirnya." Tiba-tiba Ida memberi wejangan yang membuat Arman merasa aneh.

"Ibu kenapa?" tanya Arman

"Ibu tadi dengar Bu kades memberi tahu tetangga akan lamaran Bunga."

Arman hanya diam, ia tidak bisa berkata apapun. Karena ia memang belum tahu akan hubungannya dengan bunga.

"Man, jodoh tidak akan tertukar. Sama halnya dengan rejeki. Jadi jangan pernah dendam atau merasa kesal dengan semua ini. Yakinlah akan ada hidayah di balik semua ini." Lagi-lagi Ida membuat Arman terpaku.

Ida meninggalkan anaknya yang sedang termenung. Ia sangat tahu akan perasaan arman. Arman merasa kesal dan sakit hati akan kejadian yang menimpanya. Namun kata-kata dari ibunya mampu membuatnya sedikit tenang.

***

Danang yang sudah mulai kerja di toko pak Agus, ayahnya Angga. Kabar akan lamaran Bunga juga terdengar oleh Danang dan Angga. Mereka berdua segera datang kerumah Arman saat selesai bekerja.

"Assalamualaikum," Danang dan Angga mengucapakan salam bersamaan.

"Wa'alaikum salam," sahut Ida dari dalam rumah.

"Bu," ucap Danang dan segera mencium punggung telapak tangan Ida dan di ikuti oleh Angga

"Kalian cari Arman?" tanya Ida.

"Iya Bu," jawab Danang dan Angga bersamaan.

"Duduk dulu, ibu panggil kan arman."

Adapun masuk, sedangkan Danang dan Angga duduk di teras. Hingga beberapa saat Arman pun keluar dari dalam rumah.

"Kalian sudah pulang kerja?" tanya Arman pada kedua sahabatnya tersebut.

"Sudah," jawab Danang dan Angga bersahutan.

Danang dan Angga saling beradu pandangan. Mereka bingung untuk memulai pembicaraan. Hingga akhirnya Danang memberanikan diri untuk bertanya tentang bunga kepada Arman.

"Man, gue mau tanya sesuatu sama lo."

"Apa?"

"Tentang bunga!"

Mendengar itu Arman menghela nafas panjang, ia tahu kemana arah pembicaraan Danang. Sehingga sebelum Danang bertanya lebih jauh Arman menjelaskan terlebih dahulu.

"Kalian tahu aku dan bunga baik-baik saja, bahkan kemarin kan kami masih berkomunikasi baik. Tapi orang tua bunga tidak merestui hubungan kami karena aku tidak bekerja."

"Sebenarnya sejak dulu mereka tidak menyetujui hubungan kami, tapi kali ini mereka mempunyai alasan untuk menolak karena aku tidak bekerja."

Danang dan Angga merasa kasihan pada sahabatnya. Mereka mencoba menghibur Arman dengan cara mencari lokasi untuk berjualan.

"Ya udahlah, mending kita cari tempat buat Arman jualan aja," ajak Angga untuk mencairkan suasana.

"Bener itu," sahut danang.

Merekapun setuju dan segera mencari lokasi yang tepat untuk arman. Namun saat baru saja beberapa meter dari rumah Arman, bunga terlihat dari ujung gang.

Danang menepuk-nepuk bahu Angga, mereka saling adu pandangan. .

"Mas Arman," panggil Bunga.

"I-iya," jawab Arman dengan gugup.

"Aku mau ngomong sesuatu," ucap Bunga.

Armanpun mengikuti langkah kaki bunga yang menjauh beberapa langkah dari Angga dan Danang.

"Kira-kira bicarain apa ya?" Bisik Danang pada Angga.

"Kalia aja mereka mau putus," sahut Angga

"Bener tuh," ujar Danang.

Sedangkan bunga yang mencoba memulai pembicaraan dengan gugup.

"Mas Arman, aku mau kamu jangan benci aku. Jangan jauhi aku. Aku nggak mau sama orang pilihan ayah dan ibu," ucap Bunga dengan nada bergetar.

"Bung, bukan aku yang mau menjauh. Tapi keadaan yang menuntut ku. Lagian mau sekuat apapun aku berusaha orang tuamu tetap tidak akan menyetujui. Jika aku yang di sakiti aku tidak peduli. Tapi ini akan berdampak pada ibuku." Arman mencoba tegas di hadapan Bunga.

"I-ini artinya, ka-kamu menyerah?" tanya Bunga dengan mata yang nanar.

"Maafkan aku bunga, jika memang kita berjodoh kita akan bersatu lain waktu." Arman lekas pergi dan mengendarai Motornya. Sedangkan Bunga masih mematung hingga Arman dan teman-temannya menghilang dari pandangannya.

Danang dan Angga melihat kesedihan dari raut wajah Arman. Mereka pun akan membuka pembicaraan saat menemukan waktu dan tempat yang tepat.

"Eh man," panggil Angga tiba-tiba.

"Kenapa, ngga?" tanya Arman yang berhenti di bahu jalan.

"Coba deh lihat mall itu, kalau kamu bisa masuk di salah satu stand itu lumayan kan!" ucap Angga seraya menunjuk sebuah stand event di depan mall.

"Itu hanya sementara ngga, dan mahal sewanya. Bisa-bisa aku nggak bisa jualan kalau sewa di sana."

"Coba aja dulu,", usul Angga dan segera menuju mall tersebut.

"Armanpun mengikuti motor Angga yang berboncengan dengan Danang."

Hingga akhirnya mereka sampai di parkiran dan segera menghampiri panitia yang kebetulan ada di sana.

"Selamat sore," sapa Angga pada pegawai berseragam putih dengan id card yang di kalungkan.

"Sore, ada yang bisa saya bantu dek?" tanya pegawai laki-laki yang berdiri di hadapan Angga.

"Iya, kalau boleh tahu ini acara event apa ya kak?"

"Oh, ini event valentine dan Imlek. Yang mengusung tema mendukung pedagang UMKM." jelas pegawai tersehut.

"Kalau boleh tahu bagaimana cara ikut serta ini?" Angga mewakili teman-temannya, ia cukup percaya diri karena memang ia berpendidikan lebih tinggi daripada Danang dan Arman. Walaupun public speaking Arman dan Danang tidak kalah bagus.

"Acara ini bersifat sementara, yaitu gaya dua bulan. Untuk tempat yang ada di outdoor gratis biaya sewa, hanya membayar administrasi saja. Tapi jika di dalam mall membayar biaya sewa yang bervariasi. Tergantung stand yang di pilih."

"Mulai kapan?"

"Tanggal satu Februari."

"Berarti sebentar lagi, jika saya berminat apa bisa saya memilih tempat?"

"Tempatnya tinggal yang ini dan di ujung sana ada dua." Pegawai itu menunjuk sebuah stand yang berada di ujung barisan.

"Baik, saya akan tanyakan kepada teman saya dulu."

"Silahkan, jika berminat saya sarankan segera menghubungi kami. Karena mereka juga sedang melihat-lihat stand ini. Takutnya sudah habis."

Angga mengangguk paham dan segera menghampiri Danang dan Arman yang berdiri tidak jauh darinya. Angga menceritakan semuanya dan Arman terlihat antusias.

"Berarti lo setuju ya?" tanya angga.

"Tapi aku ragu kalau masakan ku nggak enak," tiba-tiba Arman berubah murung.

"Masih ada waktu, yang penting Lo dapat stand dulu, jarang-jarang ada kesempatan kayak gini."

Armanpun setuju dan segera menghubungi panitia dan melakukan pendaftaran. Angga dan Danang terlihat senang saat Arman berhasil mendapatkan salah satu stand itu.

下一章