webnovel

46. Red notice!

Mungkin akan sangat mudah jika Rumi mengatakan bahwa pemiliknya tinggal di sebuah rumah mewah dengan nama sarang temporer Black Wolf. Nama pria itu adalah Mr. Tonny Ayres. Dia akan terselamatkan. Dia tak akan pernah dibawa ke Las Vegas dan dinikahi secara paksa. Namun, dia hanya bisa bungkam sekarang. Rumi bertengkar dengan dirinya sendiri dalam diam.

"Di mana pria ini, Nak?" tanyanya lagi. Kali ini dengan menyerahkan foto seorang pria mendekat pada Rumi.

Gadis yang tadinya diam sembari menatap permukaan kopi arabika di depannya mulai tertarik, pandangan matanya tertuju pada foto yang diberikan padanya.

"Di mana pria ini? Kamu pasti memberikan pistolnya pada pria ini. Aku berjanji bahwa aku tidak akan melibatkan dirimu sebab pistolnya ada di rumahmu. Aku akan menganggap bahwa dia sempat bersembunyi di sana. Untung saja kau tidak terluka atau mati. Kamu adalah informan berharga di sini, Nak. Jadi jangan takut."

Rumi terus menatap foto yang berikan padanya. Aneh, itu bukan wajah Mr. Tonny Ayres. Melainkan wajah seorang pria yang terkesan sedikit lebih muda dari Mr. Tonny. Entah, Rumi tidak mengenalnya. Selama dia bertemu dengan banyak pengawal dari Black Wolf, tak ada satupun yang wajahnya mirip dengan pria di dalam foto.

"Aku tidak melihat wajahnya. Aku juga tidak bertemu dengan orangnya langsung," tutur gadis itu berdusta. Dia tak mau terlibat dalam hal bodoh lagi. "Aku serius." Sekarang pandangan mata Rumi tertuju padanya. Membuat pria itu menatapnya dengan aneh.b

"Jika tidak bertemu dengannya, bagaimana kamu memberikan ini padanya, Nak? Aku bilang jangan ...."

"Dia meninggalkan pesan." Rumi menyahut. Mantap nada bicaranya. "Katanya suruh meletakkan di taman kota dekat tong sampah ...." Gadis itu melirih. Entah sejak kapan dia belajar berbohong begini. Rumi salah dari awal. Seharusnya dia tidak datang ke sini sebab rasa penasaran dengan jejak yang pernah ditinggalkan oleh Mr. Tonny.

"Taman dekat tong sampah?"

Rumi mengangguk. Mencoba menyakinkan dengan pandangannya. "Aku serius, aku tidak tahu siapa pria itu. Aku tidak berbohong. Lagian, aku tidak tahu tentang ini sebelumnya. Jadi aku langsung pergi dan menyerahkan itu. Katanya, dia akan melukaiku jika tidak segera melakukannya. Aku masih ingin hidup ...." Rumi memelas. "Jadi aku datang dan meletakkan itu lalu pergi begitu saja. Aku punya urusan yang lebih penting."

Darius mengangguk. Kembali mengambil foto di atas meja. Namun, Rumi mencegahnya. Menarik itu kembali. "Boleh aku menyimpan ini?"

"Untuk apa?" tanya Darius. "Kamu sendiri yang bilang barusan, kalau masih ingin hidup. Jadi jangan ikut campur, Nak. Tugasmu hanya memberi kesaksian saja."

"Mungkin prianya akan kembali lagi." Rumi mengada-ada. Tentu saja, dia akan kembali, Mr. Tonny berjanji akan datang menjemputnya. "Mungkin prianya akan memastikan bahwa aku tidak melaporkan ke manapun. Jadi saat dia kembali aku akan—"

"Jangan mengada-ada, Nak. Percakapan kita sampai di sini. Genta akan menghantarkan dirinya pulang." Darius bangkit dari tempat duduknya. "Aku tidak ingin melibatkan gadis kecil dalam misi internasional. Jadi lupakan semua yang terjadi di sini dan aku meminta maaf juga berterima kasih padamu sebab kamu mau berkerja sama. Lain kali, berhati-hati lah."

Darius ingin pergi meninggalkan Rumi di sana. Namun, gadis itu mencegah. Bangkit dengan kasar. Membuat kursi yang dia duduki berbunyi dengan nyaring. "Siapa namanya dan siapa dia?" tanya Rumi pada akhirnya. Dia penasaran bukan main.

Darius memberikan tatapan mata yang serius. "Untuk apa kamu ...."

"Aku hanya bertanya saja. Memangnya tidak boleh? Aku hanya berjaga-jaga jika bertemu dengan pria itu. Mungkin saja dia masih mengenaliku." Gadis itu tersenyum tipis. Jelas-jelas meminta belas kasih darinya. Hanya ini cara Rumi untuk menggali informasi.

Pria itu menghela nafasnya pada akhirnya. Menyerah. Rumi mirip putrinya, pandai merayu dengan tahapan mata. Hatinya mudah luluh begitu saja.

"Halwart Jastino Berd. Pemilik organsiasi J.B. Sebuah organisasi genster yang melindungi berbagi macam kejahatan salah satunya adalah perbudakan dan perdagangan manusia. Namun, belakangan ini mereka sedikit meresahkan sebab mereka mulai mendalanginya sendiri. Beberapa anak buahnya sudah mati dalam baku tembak di timur tengah. Selebihnya, masih dalam buronan. Pistol ini adalah miliknya, pasti." Darius mengenal nafasnya. "Dia pasti datang ke rumahmu sebab ingin menjualnya juga, Nak. Jadi berhati-hatilah. Dia bukan manusia. Dia adalah iblis."

... To be continued ...

下一章