Bab 3 : Bibir Persik Milik Kenzo.
Bel pulang sudah berbunyi 2 hari yang lalu, tidak ada yang menarik selama jam pelajaran dan istirahat. Kenzo masih duduk dibangkunya saat guru dan murid murid yang lain berhamburan pulang, tersisa Aryo yang duduk di kursi sebelahnya sambil membereskan alat alat tulis.
"Kau tidak pulang Kenzo?" tanya Aryo.
"Tidak,"
Aryo berhenti menyentuh ransel, Ia menoleh dan menatap sahabatnya sesaat. "Kenapa?"
Tanpa Kenzo beri tahu, sudah ada seorang gadis yang masuk kekelas mereka sambil berlari gaduh. Dia Febee, Aryo yang peka pun pamit pada Kenzo dengan menepuk bahunya.
Febee menghampiri Kenzo saat Aryo sudah berlalu pergi, sempat mereka berdua bertegur see you.
"Ken.."
Yang dipanggil hanya mendengus pelan dan segera membereskan barang barangnya, Ia tak menatap Febee sedikitpun.
"Cepatlah!" suruh Kenzo berlalu keluar kelas tanpa menggandeng.
Febee diam, Ia menghela napas lelah dengan sikap Kenzo yang selalu dingin padanya. Sebenarnya apa kurangnya Febee? sampai sampai Kenzo sendiri tak mau meliriknya. Dulu Kenzo merupakan orang yang ramah dan murah senyum, tapi semenjak kejadian kecelakaan lelaki tampan itu seakan merubah segalanya.
Febee hanya tidak tahu saja, jika Kenzo yang sekarang bukanlah Kenzo yang dulu. Jiwa Kenzo sendiri sudah mati, sedangkan yang mengisi raga kosong tersebut adalah jiwa reinkarnasi dari Novella, si wanita berhati beku.
Tentu kalian ingat tentang kejadian dimana gedung rumah sakit yang merawat raga Novella asli runtuh dan tersisa keping keping bangunan, raga Novella juga sebenarnya sudah rusak dan sudah koyak. Jasadnya juga sudah di kuburkan, sampai saat ini Kenzo belum sama sekali berani menunjukan diri pada orang tuanya.
Beruntunglah, walaupun dia tidak menunjukan diri pada keluarga kandungnya. Tapi Ia masih bisa menghidupi diri dengan sisa tabungan yang melimpah di rekening bank Novella terdahulu. Buku ATM itu Kenzo ambil dari kamar Novella diam diam, sandinya pun masih sangat Kenzo hapal sampai sekarang.
"Hey.."
Febee mendongak, rupanya dia masih ditempat dan Kenzo memanggil didepan wajahnya dengan suara setengah berbisik.
"Jangan melamun, kau tentu tahu aku tidak suka orang yang lamban," bisik Kenzo.
Febee memalingkan wajahnya malu ditatap sedekat itu, Ia langsung saja pergi lebih dulu didepan Kenzo.
"Dasar wanita tidak sopan.." gumam Kenzo lalu menyusul Febee juga.
Diruang koridor yang sepi, Febee tak henti henti merutuk diri karena membuat kesalahan lagi. Pasti setelah ini Kenzo semakin tak menyukainya, semua ini salahmu Febee. Dia memukul mukul kecil kepalanya dengan tangan, mungkin itu bisa meredakan kemaluannya.
Kenzo memperhatikan, Ia berjalan lebih cepat dan langsung menahan lengan Febee yang sedari tadi memukul kepalanya sendiri.
"Kau itu autis atau memang bodoh? berhenti melukai dirimu sendiri!"
Febee tersentak saat Kenzo setengah membentaknya, Ia antara sakit hati dan bingung sekaligus.
"Ak-aku hanya memukul kepala pelan Ken, bukan berniat bunuh diri.." jawab Febee.
"Sama saja, intinya aku tidak suka kau melakukan ini lagi!" ucap Kenzo melepaskan pegangannya dari lengan gadis itu.
Febee yang entah sengaja atau repleks, Ia malah memukul kepalanya lagi meski terlihat pelan. Sekali lagi Kenzo mencegah perbuatan Febee, gadis didepannya suka sekali membantahnya.
"Sudah ku bilang cukup!" kali ini Kenzo benar benar membentak.
"Ta-tapi aku sering melakukan ini saat emosional," sanggah Febee.
"Sejak Kapan?"
"Kecil.." cicit Febee.
Kenzo menghela napas menagap Febee, dirinya bingung harus dengan cara apa agar Febee tak melakukan hal hal ini lagi. Walaupun terbilang kecil tapi Kenzo cukup merasa risih.
"Jika sekali lagi ku lihat kau melakukannya lagi, akan ku pastikan tanganmu akan kupotong!" ancam Kenzo.
Percuma, Febee bukan anak kecil yang mempan diancam. Apalagi jika tentang berbau hal mustahil, tidak mungkin kan Kenzo memotong tangan kekasihnya? tunggu, kalian lupa siapa yang ada dalam diri Kenzo? ya, dia Novella si gadis psikopat dengan wajah datar serta sikap sedingin es. Melukai seseorang bukanlah hal yang sulit untuknya, sedekat apapun orang itu dia tidak segan segan melukainya dan berakhir kehilangan nyawa.
"Kau tidak sungguh sungguh kan?" tanya Febee.
Kenzo selangkah malu kearah Febee, wajahnya sedikit dicondongkan menatap tajam gadis didepannya. "Kau pikir dari nada bicaraku, aku tidak serius begitu?" ujar Kenzo tersenyum miring.
Febee malah salah pokus melihat ke arah bibir Kenzo, bibir yang sexi dan warna semerah buah persik. Febee baru sadar jika dia punya kekasih dengan fisik sesempurna Kenzo, rasanya Febee ingin menyentuh daging kenyal itu dengan jarinya.
"Apa yang kau lihat?" tanya Kenzo.
"Kamu.. boleh kah aku meminta sesuatu?" Febee tiba tiba.
Kenzo menegakan tubuhnya semula, ditatapnya memicing gadis didepannya. Berpikir keras apa yang akan diminta gadis itu jika Kenzo mengiyakan, apa mobil? tapi tidak mungkin karena Kenzo orang yang tidak memiliki banyak uang.
"Apa?"
"Jawab dulu!"
"Tidak, aku melarangmu meminta apapun padaku. Kau punya banyak uang untuk apa meminta sesuatu padaku? kau tahu sendiri aku bukan orang yang berasal dari keluarga kaya," ujar Kenzo bersedekap dada, antara bohong dan iya.
Febee memberenggut, gadis itu juga ikut ikutan bersedekap dada sambil memanyunkan bibirnya monyong.
"Apa lagi?" tanya Kenzo jengah.
"Jawab ya!" suruh Febee dengan nada merengek.
"Tidak akan, aku tahu kau pasti akan meminta barang barang mewah padaku kan? dari awal aku pernah bilang padamu agar putuskan aku saja, aku bukan pria kaya raya yang bisa memenuhi kebutuhanmu!" Kenzo.
"Ish kau selalu menyebalkan Kenzo! yang aku mau bukan barang, tapi bibirmu!" kesal Febee.
'Deg'
Jiwa Novella didalam diri Kenzo seakan bergetar, antara waspada dan takut. Bibinya? apa Febee menginginkan bibirnya? tapi untuk apa bibir Kenzo? perasaan Kenzo tidak enak.
"Bi-birku?" gagap Kenzo menunjuk dagunya sendiri.
Febee mengangguk. "Boleh tidak kalau aku menciummu? jujur aku belum pernah merasakan dicium seseorang dibibir apalagi laki laki, aku mau kau yang menyentuh bibirku untuk pertama kalinya," ujar Febee menggoyangkan tubuhnya kekanan dan kekiri, menunduk malu sambil memainkan dua telunjuknya.
Kenzo mematung, Ia rasanya ingin buang angin. Apa apaan ini? baru satu tahun dia hidup ditubuh ini sudah ada saja cobaannya, oh Tuhan tolong selamatkan lah Kenzo.
"Tidak!" tolak Kenzo secara tegas.
"Ta-tapi.."
"Tidak! kau pikir aku mau berciuman dengan perempuan? sama sekali aku tidak mau!" sela Kenzo lalu berlari pergi.
Febee menatap kepergian Kenzo yang semakin menjauh, Ia mengernyit heran ada apa dengan kekasihnya. "Maksudnya Kenzo tidak mau berciuman dengan perempuan itu apa ya?" gumam Febee.
Kalimat tersirat yang tidak pernah Febee dengar, intinya Febee kebingungan maksud Kenzo tadi. Bukankah wajar jika laki laki mencium lawan jenisnya? kecuali jika sejenis baru Febee paham dan dirinya juga tidak mau tentu, tapi Ia sedikit heran dengan sikap Kenzo padanya akhir akhir ini.
Febee tampak sudah kebelet ingin merasakan rasanya First kiss dari Kenzo, Ia membayangkannya saja sudah sangat heboh didalam sini. Saking hebohnya Febee sampai menyentuh dada kirinya sendiri, didalam sana sudah ada acara resesi dangdutan yang diadakan setiap pukul waktu dimana dirinya berhadapan dengan Kenzo.
"Ada apa dengan hatiku? hanya dengan melihat bibir persik milik Kenzo saja sudah membuatku menggila, arghh aku harus menciumnya lebih dulu!" batin Febee.
Karena dirasa tempatnya sangat sepi, Febee baru sadar dan tanpa basa basi pergi setelah celingak celinguk dirinya berlari menyusul Kenzo.