webnovel

Bersama Keluarga

"Mana-mana ...." seru Sandi sambil berlari menyambut Tantenya yang membawa bingkisan pesanannya.

"Eit, ada syaratnya kalau mau ini ...." ucap Novi menggoda ponakannya itu.

"Pijitin Tante dulu ...." pinta Novi menggoda.

"Itunya dulu, nanti tak pijitin," balas Sandi.

"Bener lho ya? Nggak boleh bohong, awas kalau bohong!" ancam Novi pada Sandi.

"Iya ... mana to ...." pinta Sandi merengek.

"Nih." Novi pun memberikan bingkisan kentucky tersebut.

"Hore, aku gak mau mijitin Tante," teriak Sandi sambil berlari menyusul Mamanya ke kamar.

Sementara itu setelah menggoda ponakannya itu Novi langsung menemani Ibunya yang sedang nonton televisi, dan langsung rebahan di sampingnya.

"Tadi Teman mu yang nyari kamu apa jadi nyusul ke Salon?" tanya Ibu Novi.

"Temen yang mana to Bu?" ujar Novi balik tanya, seolah berlagak tidak tahu.

"Cowok yang bawa mobil Honda jazz itu lho," balas Ibu Novi.

"O ... itu, iya datang tapi langsung aku usir pergi," sahut Novi.

"Lho kok di usir, emang kenapa?" tanya Ibu keheranan dengan sikap putrinya itu.

"Dia itu cowok brengsek yang aku omongin kemaren Bu ...." terang Novi.

"O ... jadi itu orangnya, tau gitu Ibu omelin tadi," balas Ibu Novi terlihat geram.

"Tapi ngomong-ngomong dia itu kayaknya cowok berduit juga?" lanjut Ibu Novi bertanya.

"Berduit apaan, berduitan juga si Fajar," kilah Novi pada Ibunya.

"Ya tapi kan Fajar sulit untuk bisa kamu dapetin," lanjut Ibu.

"Lagian kalo Fajar terlihat masih ABG, belum pantes untuk kawin," imbuhnya.

Mendengar penuturan Ibunya tersebut Novi cuma terlihat diam, dan tiba-tiba saja HPnya berdering, begitu dilihat tidak ada nama pemanggil.

"Siapa sih ini? Nomor gak ada namanya," keluh Novi terlihat tidak mengangkat telponnya.

Karena berkali-kali tetap diulang memanggilnya maka Novi pun memberi kan HPnya ke Ibu.

"Nih Bu, Ibu aja yang angkat," pinta Novi sambil memberikan HP ke Ibunya.

"Halo selamat malam, ini siapa ya?" tanya Ibu Novi.

"Maaf ini benar Mbak Novi ya?" jawab penelpon balik tanya.

"Saya Ibunya, ini dengan siapa ya? timpal Ibu.

"Saya Bagus adiknya Mas Haris," balas penelpon.

Haris adalah mantan suami Novi yang digugat cerai dulu.

"O ... kamu Gus, ada apa?" tanya Ibu.

"Gini Bu, ini tadi saya cuma mau kasih kabar ke Mbak Novi kalau Ayahnya Azka telah meninggal dunia," jawab Bagus.

"Apa Haris meninggal?" tanya Ibu Novi terlihat kaget.

Novi yang masih duduk disamping Ibu nya itu tiba-tiba langsung meminta HPnya dan langsung ngomong menanyakan keadaan Azka Putranya.

"Halo, terus Azka sekarang dimana?" tanya Novi yang keliatan khawatir dengan keadaan Puteranya tersebut.

"Azka sekarang lagi nangis digendong oleh Ibu," balas Bagus.

"Oiya besok saya kesana, trimakasih ya Ris?" ucap Novi.

"Iya Mbak sama-sama," balas Haris sambil menutup telponnya.

Selanjutnya terlihat Novi dan Ibuknya nampak sedang berbincang tentang rencana mau ke Mojokerto melayat ke mantan Suaminya itu.

"Apa kita berangkat sekarang aja ya Bu?" Tanya Novi.

"Heh, ada-ada aja kamu, sekarang ini udah jam berapa? lagian Kakakmu kan juga ikut," balas Ibu yang terlihat tidak setuju dengan permintaan Novi itu.

"Mending sekarang kamu bilang ke Kakakmu, kasih tau dulu terus ajak dia sekalian," terang Ibu ke Novi.

"Kak Vega ... Kak ...." panggil Novi.

"Iya ... ada apa?" Balas Vega dari dalam kamarnya.

"Sini Ga ... Ibu mau ngomong ke kamu," ucap Ibu.

"Ada apa...?" ucap Vega sambil keluar dari kamar.

"Sini duduk," pinta Ibu sambil menepuk kursi disebelahnya. Vega pun segera duduk disamping Ibu nya itu.

"Gini Ga ... barusan Bagus adiknya Haris menelpon, dia bilang kalau Haris telah meninggal dunia.

"Oiya kalau gitu kita besok kesana," timpal Vega.

"Kamu nyetir sendiri apa minta tolong Pak Gunawan (Sopir Keluarga Vega)?" tanya Ibu.

"Minta anter Pak Gunawan aja lah Bu," balas Vega.

"Ya udah sana telpon Pak Gunawan sekarang biar dia bisa persiapan," pinta Ibu.

Vega pun memanggil Sandi Putranya.

"Sandi ... ambilin HP Mama ... bawa kesini," seru Vega memanggil anaknya.

Tidak lama kemudian Sandi nampak keluar dari kamar sambil bawa HP Mamanya.

"Nih Ma," Sandi memberikan HP ke Mamanya.

Tidak lama kemudian Vega pun langsung menelpon Pak Gunawan sopirnya.

"Halo Pak Gun, malam?" Sapa Vega.

"Malam Mbak Vega, ada apa?" Tanya Pak Gunawan.

"Besok anterin kita ke Mojokerto ya? Mau ngelayat," terang Vega.

"Oiya Mbak, berangkat jam berapa?" tanya Pak Gunawan.

"Jam enam," jawab Vega.

"Oiya dah siap," balas Pak Gunawan.

"Yaudah sampai besok Pak ... makasih ...." ucap Vega sambil menutup telponnya.

"Yaudah sekarang kita lekas tidur biar besok tidak kesiangan," ucap Ibu pada semuanya.

Keesokannya pagi-pagi buta mereka semua sudah bangun tak terkecuali si Sandi, dan ketika pukul setengah enam pagi semua juga nampak sudah selesai berkemas, sambil menunggu datangnya Pak Gunawan terlihat Vega dan Ibu sedang sarapan, sedangkan Novi dan Sandi tidak ikut.

Dan tepat pukul enam kurang sepuluh menit Pak Gunawan pun datang.

"Kita udah siap Pak, tadi mobilnya juga udah aku panasin mesinnya," ucap Novi.

"Yaudah ayo kita berangkat," balas Pak Gunawan.

Akhirnya mereka pun berangkat, nampak duduk di kursi depan Pak Gunawan, Ibu dan Sandi, sedang Novi dan Vega duduk di kursi belakang.

Novi terlihat sangat antusias untuk segera sampai ke Mojokerto, terlihat selama perjalanan ia ingin segera bisa bertemu dengan Putranya itu.

Maklum setelah pisah dengan Haris mantan suaminya satu tahun yang lalu ia tidak pernah bertemu.

"Pokoknya nanti Azka langsung kita bawa pulang Bu," ucap Novi pada Ibunya.

"Ya ... Mudah-mudahan nanti keluarga sana juga setuju dengan rencana kita," terang Ibu pada Novi.

"Kamu setelah cerai dulu pernah ketemu pernah ketemu dengan Azka Nov?" tanya Ibu.

"Enggak, cuman aku selalu dapat kiriman foto dan video nya dari Bagus," jawab Novi.

"Bagus ternyata masih baik ya dengan kamu enggak kaya saudara-saudaranya yang lain," ucap Ibu.

"Iya Bu, Bagus lah yang bisa mengerti dengan perasaan ku kenapa aku memilih meninggalkan Mas Haris waktu itu," balas Novi.

"Dan sebenarnya Mas Haris sendiri juga mempersilahkan aku kok, bahkan dia sendiri memang yang minta aku untuk menggugat cerai, karena dia juga menyadari kalau setelah sakit dia merasa sudah gak sanggup lagi untuk bisa menafkahi aku," ucap Novi yang merasa seperti tidak bersalah karena telah menggugat cerai mantan Suaminya itu.

"Jadi sebenarnya Aku dan Mas Haris itu gak papa, cuma keluarga nya aja yang sangat egois, emang mereka kalau berposisi seperti aku mau betah bersabar?" Lanjut Novi membela diri.

Bersambung.

下一章