webnovel

Kecewalah Orang Tua

Perasaan marah namun harus tenang dari Haji Somad.

"O ... jadi Bapak dan Ibu ini orang tuanya?" Jawab Polisi balik tanya.

"Ya benar ada, silahkan tunggu sebentar disini," Lanjut Polisi.

Tidak lama kemudian Polisi tersebut memanggil salah satu temannya untuk membawa Haji Somad dan Ibu Eni menemui Anaknya yang sedang terkurung diruang sel tahanan.

Dan begitu melihat Fajar berada didalam Sel Ibu Eni pun langsung menangis histeris.

"Apa yang telah terjadi Nak ...?" Ucap Bu Eni sambil menangis dibalik jeruji.

Melihat sang Ibu menangis Fajar pun langsung mendekat, dengan tidak menjawab sepatah katapun.

Hanya matanya sedikit terlihat berkaca-kaca.

Sedangkan Haji Somad hanya terlihat diam tanpa berkata sepatah pun, Beliau hanya menatap Anaknya tersebut dengan tatapan yang mendalam, sebuah tatapan seorang Ayah yang telah merasa cukup tersakiti oleh perbuatan Anaknya.

Yang telah merasa sudah kehabisan cara untuk bisa merubah Anaknya untuk menjadi yang lebih baik.

Namun meskipun semua itu telah Beliau upayakan, namun pada hakikatnya seorang Anak pun hanyalah milik Allah.

Orang tua hanyalah menerima titipan, manakala orang tua telah berusaha maksimal untuk menjaganya dengan baik, dan ternyata sang Anak tidak bisa berubah menjadi seperti yang diharapkan, maka disitulah nampak dengan jelas kekuasaan sang Pencipta dan lemahnya seorang hamba.

Setelah kira-kira lima belas menit berlalu Polisi yang menghantarkan tadi meminta Haji Somad dan Ibu Eni untuk keruang penerimaan tamu.

Dan akhirnya beliau berdua pun bergegas meninggalkan Fajar sendiri dan segera bergegas menuju ruang tamu yang ditunjukkan.

Begitu berada disitu Polisi penyidik pun menunjukkan salinan perkara dan putusan kasus yang telah dihadapi oleh Anaknya tersebut.

Dengan seksama Haji Somad pun mulai membaca berkas salinan tersebut.

Begitu mengetahui duduk perkara yang sesungguhnya Haji Somad yang sudah berpasrah diri kepada Allah, terlihat tenang tanpa menunjukkan reaksi yang berlebihan.

"Apa kasusnya Yah?" tanya Bu Eni yang duduk disebelahnya.

Tanpa berkata sedikit pun, lalu Haji Somad menyodorkan kertas salinan perkara dan putusan itu kepada istrinya.

Karena kertas lumayan banyak lantas Haji Somad pun langsung menunjukkan poin-poin perkara dan putusannya.

Berbeda dengan Suaminya, begitu mengetahui semua perkara yang dilakukan oleh Anaknya Bu Eni yang biasanya bisa bersikap lebih tenang kini malah terlihat marah dan langsung ngomong.

"Anak kurang ajar, bikin malu orang tua saja," kata Bu Eni dengan suara keras.

Sebenarnya Bu Eni langsung ingin kembali menemui Fajar dan akan memarahinya tapi langsung dicegah oleh Suaminya.

Haji Somad tidak ingin terjadi keributan di kantor Polisi.

Sambil merangkul pundak istrinya tersebut, Haji Somad mencoba untuk menenangkannya.

"Sabar Bu, sabar ... biar Ayah yang urus," ujar Haji Somad kepada Bu Eni.

"Oiya Pak terus sekarang anak perempuannya mana?" ucap Haji Somad menanyakan Novi.

"Ada disel tahanan khusus wanita pak, kalau Bapak ingin menemui silahkan kami antar," jawab Polisi.

"Ah, enggak kok cuma tanya aja," balas Haji Somad.

"Gini aja Pak, ini denda akan saya bayar semua, dan ini saya nitip surat untuk mereka berdua, tolong nanti kasihkan setelah saya pergi dari sini.

Dan setelah Haji Somad membayar denda sebesar delapan juta rupiah tersebut Polisi pun langsung menyerahkan kunci dan surat mobil Pajero Sport miliknya.

"Ibu bawa avanza nya ya?" Pinta Haji Somad pada istrinya.

"Iya wes," jawab Ibu Eni.

Dan setelah Haji Somad dan Ibu Eni pergi meninggalkan kantor Polisi, Polisi pun langsung memanggil Fajar dan Novi.

"Saudara Fajar dan saudari Novi Anda berdua telah bebas, denda kalian telah dibayar semua oleh Bapak Haji Somad, jadi Anda berdua sekarang boleh keluar dari kantor Polisi," terang Pak Polisi.

"Mobil Pajero sport juga telah dibawa pulang oleh Pak Haji, dan tadi sebelum pergi, Haji Somad menitipkan surat untuk kalian berdua," Ucap Pak Polisi sambil menyodorkan dua pucuk surat kepada Novi dan Fajar.

"Silahkan kalau kalian mau membaca,"

ucap Polisi sambil pergi meninggalkan mereka berdua di ruang pemeriksaan tersebut.

Perasaan Novi dan Fajar pun mulai tidak enak, terlebih setelah tau kalau mobil Pajero sport yang mereka tunggangi semalam telah diambil oleh yang punya.

Mereka berdua pun mulai membuka dan membaca surat dari Haji Somad.

Adapun isi surat Haji Somad kepada Fajar itu berbunyi.

"Fajar ... sudah kesekian kali Ayah menasehati kamu, tapi kamu sama sekali tidak pernah mau mendengarkan, kamu selalu dan terus menerus melakukan perbuatan yang membuat Ayah dan Ibumu kecewa dan malu, Sekarang Ayah dan ibumu merasa sudah tidak sanggup dan tidak ingin lagi melihat dan mendengar perbuatan dosa mu, sekarang kamu Ayah bebaskan terserah kamu mau menjalani hidup sesukamu, dan jangan pernah kembali ke rumah sebelum kamu bisa berubah. salam dari Ayah dan Ibumu." demikian bunyi surat Haji Somad kepada Fajar.

Sedangkan surat yang untuk Novi itu berbunyi.

"Dik Novi, saya ikut prihatin dengan kejadian yang Adik alami, tapi kalau boleh menilai, Menurut Saya Dik Novi ini sudah cukup dewasa untuk berfikir dan menentukan setiap sesuatu yang Dik Novi lakukan, termasuk dalam memilih teman dan bagaimana semestinya pertemanan itu dijalani, jadi dengan kejadian ini kalau memang sudah jadi pilihan, ya semoga saja ini bukan pilihan yang salah, tapi andai kan ini merupakan sesuatu yang diluar kemauan Dik Novi ya silakan selesaikan dengan Fajar, tanpa melibatkan saya sebagai orang tuanya, karena apa yang terjadi pada kalian sama sekali tidak ada hubungannya dengan saya. sekian dari saya Haji Somad," bunyi surat Haji Somad untuk Novi.

Sesaat setelah mereka membaca surat baik Novi maupun Fajar saling diam tanpa menoleh apalagi menyapa.

Untuk Fajar sendiri dia merasa kalau surat dari Ayahnya yang baru saja dia baca adalah merupakan puncak kemarahan sang Ayah atas kenakalan yang dilakukannya selama ini.

Fajar beranggapan bahwa Ayahnya sekarang sudah tidak mau menerima dia lagi, dan sudah tidak menginginkan dia pulang.

Sedangkan Novi sendiri setelah membaca surat dari Haji Somad itu dia merasa sangat malu, karena dia tau, kalau semua ini adalah murni sandiwara yang di buat.

Terlebih setelah Novi tau kalau Haji Somad terlihat tidak perduli dengan kasus yang sedang dia alami, bisa dibilang kalau pun toh dia memaksa Fajar untuk bertanggung jawab dengan kehamilannya dia pun tetap tidak akan pernah bisa menjadi bagian dari keluarga Haji Somad.

Kalau memang seperti itu buat apa harus kejar-kejar Fajar dengan kondisinya yang sekarang, yakni Fajar yang masih ABG yang sudah tidak punya apa-apa lagi.

Selain pertimbangan seperti itu, entah kenapa tiba-tiba Novi pun merasa bahwa dirinya seperti tidak ada harganya lagi dengan sikap Haji Somad yang jelas-jelas dengan tegas menolak kehadirannya.

Yah, Novi mulai merasa, bahwa untuk bisa mendapatkan kekayaan tidak lah harus dilakukan dengan mendapatkan sindiran yang sangat menusuk perasaan nya itu.

Bersambung.

下一章