Kini Cenora sedang berdiri menghadap guru barunya di kantor Ichigo karena sebelumnya…
'Cenora, apa kau sudah sadar? Jika sudah, guru baru kita, Tuan Kris, memanggilmu karena ingin bertanya sesuatu. Kukira itu tentang bea siswa yang kau dapatkan,' ucap teman Cenora yang memberitahukan kabar tersebut setelah Cenora membuka mata dari pingsannya tadi.
Dan di sinilah Cenora berada. Ia tidak menyangka jika sosok pria dewasa yang tampan dan bersahaja yang ada di hadapannya itu adalah seorang siluman.
'Kenapa aku masih berharap jika hal yang terjadi padaku sebelumnya adalah mimpi? Sekalipun aku sudah pingsan, tapi semua itu memanglah kenyataan,'
'Kenapa pria tampan sepertimu haruslah seorang siluman? Jika tidak, mungkin aku tidak akan mempermasalahkan semua ini, Ichigo…'
Cenora berguman sendiri dalam hati saat melihat ketenangan Ichigo yang tengah memperhatikan catatan pendidikannya selama bersekolah.
"Kau akan jatuh cinta jika terus memandangiku seperti itu!" celetuk Ichigo tanpa menoleh pada Cenora, "Duduklah atau kau akan pingsan lagi!" sambungnya memerintah.
"Apa kau harus melakukan ini?" tanya Cenora sembari duduk di hadapan Ichigo, tepatnya di seberang meja kerjanya.
"Apa yang kulakukan?" Ichigo balik bertanya seakan tidak mengetahui apapun, "Ah, tunggu. Saat ini kau bertanya sebagai apa? Calon istriku atau sebagai muridku?" sambungnya mengalihkan pembicaraan.
Cenora menaikkan sebelah alisnya karena bingung.
"Jika kau bertanya dengan posisimu sebagai murid, maka panggil-lah aku dengan sopan, seperti Tuan Kris! Tapi…" ucapan Ichigo terhenti dan ia-pun beranjak dari kursinya untuk mendekat dan kini sudah berada di belakang Cenora.
"Tapi jika bertanya padaku dengan posisimu sebagai pengantinku, jangan segan memanggilku dengan sebutan 'Sayang'!" sambung Ichigo sembari mendekatkan wajahnya untuk menghirup aroma tubuh Cenora di tengkuk lehernya.
Tentu saja bulu halus di sekujur tubh Cenora berdiri seketika. Tapi Cenora hanya diam tidak bergeming dan malah membalas perlakuan mesum Ichigo padanya dengan ucapan pedas.
"Hal yang sama yang akan kukatakan padamu, Tuan Kris! Tolong bersikaplah dengan sopan selayaknya seorang guru pada siswanya!" ucap Cenora pedas, "Tapi aku tidak heran dengan sikapmu yang kurang ajar ini, karena kau memang bukanlah manusia yang beradab. Kau itu siluman yang dapat dengan mudah melakukan apapun sesuai keinginanmu!" sambung Cenora sembari bangkit dari duduknya dan berdiri.
"Sekarang katakan padaku untuk apa kau datang ke lingkunganku dan kini datang ke sekolahku sebagai guruku? Segila itukah para siluman ingin berebutan mencariku?!" Cenora sudah tidak dapat menahan amarahnya lagi untuk terus berucap kasar pada Ichigo, meski yang dikasari sama sekali tidak tersinggung.
"Apa aku perlu menjawab pertanyaan konyolmu itu, huh? Apa penjelasan dariku kemarin belum jelas untukmu, Sayang? Apa perlu kuulangi lagi padamu jika kau itu sangatlah berharga bagiku?" bukannya menjawab, Ichigo malah balik bertanya. Tapi pertanyaan Ichigo kali ini membuat Cenora memiliki jawabannya sendiri.
"Tentu saja aku di sini untuk melindungimu, Cenora. Kau adalah pengantinku, jadi tidak mungkin aku membiarkanmu diganggu ataupun didekati oleh siluman lain! Kenapa hal seperti ini kau tanyakan lagi? Membuatku bosan saja!" Ichigo akhirnya mengatakan alasannya.
"Jawabanmu ini sudah tepat sesuai pemikiranku, dan aku mengucapkan banyak terima kasih padamu! Berkatmu, hari ini hariku terasa ringan karena tidak ada satu ekor siluman pun beterbangan di sekelilingku. Tapi…" Cenora menggantung kalimatnya dan mendekatkan wajahnya ke depan wajah Ichigo.
"Tapi, apakah bantuanmu ini harus membuatku bersyukur, padahal kenyataannya aku hanya seonggok tubuh yang kau jaga untuk kau santap suatu hari nanti?"
Ichigo terlihat diam setelah mendengar ucapan pedas Cenora kali ini.
"Kenapa kau diam? Kenapa raut wajahmu tidak sesantai tadi, hah? Apa aku mengatakan hal yang benar, kalau kehadiranmu di sekelilingku saat ini hanya karena aku adalah calon istri tuan siluman sepertimu? Ah, tidak. Yang tepat adalah aku hanyalah makanan yang kau simpan dan akan kau santap jika waktunya sudah tiba nanti!"
Ichigo menatap wajah Cenora tanpa berkedip. Ia dapat merasakan kalau Cenora benar-benar marah padanya.
"Apa aku serendah itu di matamu?" tanya Ichigo dengan perasaan yang terluka, "Tidak masalah jika memang serendah itu aku bagimu, tapi tolong jangan kau rendahkan juga dirimu, Cenora!" sambungnya sembari mengambil satu tangan Cenora dan menempelkannya tepat di dada Ichigo.
"Kau tidak merasakan detak jantungku saat ini, bukan? Ya, itu karena aku memang siluman seperti yang kau katakan tadi. Tubuh ini tidak hidup seperti manusia. Tapi apa kau tahu seberapa sakit yang kurasakan selama ini karena merindukanmu?"
"Entah mengapa sakit yang menusuk itu kurasakan di sekitar sini. Sepuluh tahun sudah sakit itu kurasakan di sini dan itu hilang saat aku akhirnya dapat melihatmu lagi, Cenora!"
Meski Cenora tidak melihat mata Ichigo berkaca-kaca, tapi Cenora dapat merasakan jika yang dikatakan Ichigo itu adalah kebenaran.
Rasanya sangat sulit menangkis rasa terharu setelah mendengar ucapan Ichigo. Tapi kenyataan yang Cenora percaya memang Ichigo adalah siluman yang tidak mungkin memiliki perasaan seperti itu.
Tok Tok Tok
Suara ketukan pintu yang berulang membuyarkan lamunan Cenora pada Ichigo dan seketika menarik tangannya dari dada Ichigo.
"Masuklah!" ucap Ichigo yang kini kembali memasuki perannya sebagai seorang guru.
Seorang murid perempuan yang cantik membuka pintu ruang kantor Ichigo.
"Ada apa?" tanya Ichigo pada murid wanita itu dan sesaat mengabaikan Cenora di belakangnya.
'Andai kau manusia, mungkin aku akan dengan rela menerima apa yang kau katakan tadi. Tapi sayangnya kau memang siluman dan aku hanyalah sebuah makanan untuk bangsamu, Ichigo.'
'Apa itu titisan Peri Bulan? Mengapa bangsa kalian menggunakan perumpamaan aku adalah titisan Peri Bulan jika sebenarnya aku hanya mainan dan makanan bagi kalian? Itu omong kosong!'
Air mata Cenora mengalir dan jika tidak ditahan maka tangisan itu akan membuatnya mengeluarkan suara tangisan pilu. Cenora memutuskan pergi dari ruangan itu. Tapi sebelum pergi, masih ia sempatkan untuk berpamitan pada Ichigo.
"Aku permisi dulu, Tuan Kris. Aku ada di kelas jika kau membutuhkan hal lainnya lagi, tapi sepertinya semua tentangku sudah cukup untuk kau pertimbangkan!" ucap Cenora ketus dan pergi dari sana.
Tanpa Cenora tahu, siswa perempuan yang baru saja tiba itu berseringai penuh makna saat melihat Cenora pergi dari sana.
"Apa yang kau pikirkan? Kuharap kau tidak menyakiti ataupun menyentuhnya jika kau tidak ingin klan-mu kehilangan pemimpin mereka!" Ichigo langsung berucap pedas pada siswa perempuan yang kini tersenyum menggoda padanya.
"Maafkan aku, Tuan Hybrid. Aku tidak memiliki maksud apapun pada gadis itu. Kedatangaku ke sini hanya untuk menyapamu dan menawarkan hal menarik yang mungkin akan kau sukai!" jawab siswa perempuan itu dengan nada manja pada Ichigo.