webnovel

Chapter 6. APAKAH ITU DIA?

Sea dengan gugup melepas ciuman dan dekapan dari bosnya itu. Sedang Banin sendiri salah tingkah untuk beberapa saat. Entah apa yang sekarang dirasakan dalam hatinya.

Deburan kebahagiaan itu memguar hebat dalam dadanya. Ciuman panas itu tidak membuat kulitnya tersengat alergi mengejang dengan perasaan hebatnya terhadap Sea.

"Masuk!" suaranya keras. Dari arah pintu datang Cori sekretaris cantiknya.

"Siang ini, Bapak ada pertemuan." Banin mengerjab sesaat kemudian sudut matanya mengekor ke arah tubuh Sea yang sudah menghilang di balik pintu.

"Apa aku perginya dengan kamu, Cori?" tanya Banin sambil menghela napas pelan.

"Kebetulan siang ini saya ada jadwal interview bagian HRD, Pak. Apakah saya boleh mewakilkan Sea yang menemani Bapak?

Yup! Banin bersorak dalam hati. Memang itu yang ia inginkan.

"Oh iya, Cori. Nggak apa-apa. Kalau begitu saya langsung berangkat sekarang saja." Dengan antusias dan semangat tinggi bos tampan itu berlalu dari hadapan Cori.

"Tapi, Pak___

Cori hanya menggelengkan kepalanya. Merasa heran dengan kelakuan bosnya. Semenjak kedatangan Sea di kantornya suasana hati Bosnya itu berubah drastis menjadi seorang periang. Dan itu sangat membahagiakan buat Cori.

Setidaknya dia tidak harus berhadapan dengan wajah bosnya yang suram dan dingin setiap hari. Wajah yang menakutkan.

Siang itu juga pertemuan antara bos ketemu bos berlangsung di salah satu restoran terkenal di Jakarta.

"Pak Banin, apa ini sekretaris Anda? Cantik sekali. Boleh dong lain waktu saya ajak makan bersama lagi." Pria tampan dengan pakaiian parlente itu memandang Sea dengan mata buasnya. Seolah Sea adalah makanan terlezat siang ini.

Melihat kebrengsekam mata Kliennya itu Banim menghela napas sebentar lalu tersenyum tipis mesti keliatan terpaksa.

"Sayang sekali Pak Leornard. Keinginan Anda kali ini harus saya yolak. Fan pastinya itu sangat mengecewakan. Karena perempuan uang Anda ingin kencani ini adalah calon tunangan saya.:

"Uhuk uhuk uhuk!" Tiba-tiba terdengar batuk-batuk dari mulut Sea. Gadis itu mendadak tersedak padahal dia cuma menyedot jus mangganya.

"Kamu nggak apa-apa?" tanya Banin pada Sea lalu mengelus dan sedikit memberi tepukan di tengkuk gadis itu. Sea hanya menggeleng pelan lalu meneguk air putih yang diberikan Banim padanya.

Sedangkan laki-laki bernama Leonard itu agak salah tingkah mendengar apa yang barusan diucapkan oleh Banin. Klien barunya. Dengan malu pria itu meminta maaf lalu undur diri. Namun ada yang membuat dadanya seperti terbakar ketika mendengar ucapan Banin yang sok baik dan dok suci itu.

"Pak Leonard

Tolong lain kali Anda lebih menghormati wanita

Karena kita semua tahu, kita tidak akan ada di dunia ini tanpa wanita. Saya berharap Anda akan lebih peduli dengan ultimatim ini karena kerja sama kita tergantung sikap Anda."

Leonard sempat mengepalkan tangan dengan rahang yang mengetat pertanda ada kemarahan di dadanya. Dalam hati Leonard berjanji akan membalas penghinaan Banin yang dilakukan pada dirinya.

"Sea, kamu nggak apa-apakan?" Banin memperhatikan Sea yang masih merasa kurang nyaman dengan kondisi tadi. Dia berusaha setenang mungkin untuk bisa menguasai dirinya.

"Saya baik, Pak. Cuma kaget saja. Kok Bapak bisa berkata seperti itu?" jawab Sea sambil menarik napas pendek agar sesak yang tiba-tiba muncul di dadanya hilang.

"Hanya memberi pertolongan pertama buat kamu, Sea. Biar orang seperti Leonard itu tahu diri dan bisa menghormati perempuan."

Entah kenapa Sea merasa sangat tertusuk dengan ucapan Banin.

"Terlalu jauh ternyata aku berpikir. Aku pikir dia melakukan itu dari hatinya.

****

"Pak, itu ada apa ya? Kok pada berlarian?" tanya Sea yang sedikit heran melihat orang-orang pada berhamburan keluar. Sedang Banin sudah merapatkan tubuhmya di dinding restoran. Napasnya turun naik nggak beraturan.

"Pak Banin nggak apa-apa? Bapak kenapa?" tanya Sea sambil mendekati Banin tang tiba-tiba terpuruk jatuh ke lantai. Dengan kondisi menelungkupkan wajahnnya.

Orang-orang yang berhamburan itu semakin banyak. Mereka adalah pendemo yang siang ini terjadi di daerah pusat. Banin semakin pucat Wajahnya. Keringat mulai bercucuran di dahinya. Napasnya mulai tersengal.

"Se-a," suaranya lemah bersamaan badannya luruh ke tanah tergeletak di lantai dengan mata terpejam rapat.

"Pak Banin! Pak! Bapak Kenapa? Tolong! Tolong!" teriak Sea seketika mana kala melihat bosnya jatuh tak sadarkan diri dengan kondisi mengkhawatirkan.

Dalam beberapa waktu tubuh Banin sudah ada di ruang VVIP dengan kondisi belum sadarkan diri. Sea menarik napas sedikit lega karena yang menangani bosnya adalah dokter pribadi Banin sendiri.

Dokter Zoe bilang Banin menderita GAD ini sudah dari kecil. Selalu merasa takut di kerumunan orang nanyak. Pasalnya dulu ia pernah kehilangan orang yang sangat ia sayangi sewaktu ada kecelakaan

Banyak orang-orang berhamburan dan saling injak hingga menyebabkan dirinya kehilangan gadis kecil di masa lalunya.

Sampai sejauh ini, entah gadis itu madih hidup atau sudah meninggal. Dari hari itu pun tak henti-hentinya Banin meminta pada keluarganya agar mencarikan kabar tentang Telle, gadis kesanyangannya di masa kecil.

"Nona, kalau kamu mau pulang, silakan. Tinggalkan Banin di sini. Nanti biar saya yang ngasih kabar kepada keluarganya." Suara bariton Dokter Zoe terdengar dari arah belakang di mana Sea berdiri yermangu memandangi Banin yang belum sadarkam diri.

Gadis itu kemudian menoleh lantas tersenyum ramah.

"Tidak apa-apa kok, Dok. Kebetulan saya asisten pribadinya yang tinggal satu rumah dengan Pak Banin. Jadi sudah menjadi tanggung jawab saya."

Dokter Zoe terpana tak percaya. Dipikirnya gadis muda ini adalah sekretaris kantornya tapi ternyata Sea adalah asisten pribadi Banin.

"Sudah berapa lama kamu jadi asisten pribadi Banin?" tanya dokter tampan itu sambil memandang wajah Sea yang terlihat biasa saja namun ternyata kalau sudah berhadapan begitu dekat, gadis itu berubahjadi cantik sekali.

"Belum lama, Pak. Baru seminggu," jawab Sea sambil membalas senyum Dokter Zoe.

"Kamu hebat, Sea. Bisa bertahan sampai seminggu. Biasanya Banin kalau ambil asisten pribadi tidak lebih dari semalam paginya sudah minta risaign."

Agak terkejut Sea mendengar penjelasan dari Dokter Zoe. Itu artinya dia termasuk orang yang beruntung.

Obrolan mereka sudah sampai sore hari ketika waktunya dokter memeriksa kondisi Namun yang belum sadarkan diri juga.

Alih-alih menunggu Banin sadar, Sea masuk je kamar mandi berniat untuk membersihkan diri karena badannya terasa lengket setelah seharian menjaga Banin.

Berpikir Banin belum sadarkan diri, Sea memberanikan dirinya keluar hanya dengan melilitkan handuk di dadanya setelah terlebih dahulu mengunci pintu ruang VVIP itu.

Ketika dia tengah asyik memakai salah satu baju dalamnya tak diduga dari atas pemnaringan mata Banin mengerjab dan terbuka perlahan.

Agak terkejut ketika menyaksikan Sea berani setengah bugil di ruangan yang hanya ada dia dan dirinya. Sepasang anak manusia berlainan jenis.

Tapi bukan itu yang membuat Banin merasakan dadanya berdegub kencang. Dia melihat ada tanda sayatan di belakang punggung bagian kanan Sea.

Ada yang menguat di hatinya dengan tiba. Rasa berdebar, rasa penasaran dan yang pasti rada yang dia tidak tahu. Menhgemuruh dengan hebatnya.

"Sea!"

Deg! Suara itu sudah tepat berada di belakangnya memakai baju.

****

BERSAMBUNG

下一章