webnovel

MENJADI ISTRI

Hans menatap Gadis tak percaya dengan jawaban yang keluar dari mulut putrinya itu.

"Kau yakin?" tanya Hans.

"Yakin, aku mau menjadi istri Mas Biru."

Xabiru menoleh dan menatap Gadis kemudian tersenyum penuh cinta.

"Terima kasih,"ujar Xabiru.

"Sama-sama, Mas."

"Jadi, sudah jelas kan, Pak Hans. Saya akan melamar Gadis secara resmi minggu depan. Dan, mulai hari ini saya yang akan memperhatikan segala kebutuhan Gadis. Karena usia saya akhir bulan nanti tepat 30 tahun, saya ingin menikah tepat di hari ulang tahun saya nanti."

"Bagaimana baiknya saja, Nak Biru. Saya setuju saja, bila Gadis juga setuju," jawab Hans.

Xabiru tersenyum, ia menoleh ke arah Gadis kemudian perlahan meraih tangan gadis cantik yang sebentar lagi akan menjadi istrinya itu.

"Mulai sekarang, karena kau adalah calon istriku, kau tidak perlu khawatir soal apapun juga. Aku akan selalu menjaga dan melindungi dirimu."

"Terima kasih, Mas," jawab Gadis. Namun, tiba-tiba Gadis membekap mulutnya karena ia merasakan mual. Karina yang melihat hal itu dengan sigap mengambil baskom bekas menampung air hujan yang ada di dekatnya dan memberikan pada Gadis sehingga anaknya itu muntah tanpa mengotori pakaiannya.

Suasana yang sempat mengharu itu berubah menjadi kepanikan.

"Kita bawa Gadis ke rumah sakit. Sejak subuh tadi dia sudah muntah-muntah," kata Xabiru dan dengan sigap ia langsung menggendong tubuh Gadis dan langsung membawanya ke dalam mobil.

Karina pun tak mau menunggu, ia segera berlari kecil mengikuti langkah Xabiru. Xabiru mengemudikan mobilnya dengan cepat, ia merasa khawatir dengan kondisi Gadis. Begitu tiba di rumah sakit, Gadis pun segera di periksa.

"Apa yang terjadi dengan anak saya, dokter?" tanya Kirana cemas.

"Pasien mengalami gegar otak, Bu. Apakah pasien mengalami benturan keras? Terkena pukulan atau kekerasan fisik atau kecelakaan?"

"Semalam pasien tidak sengaja terserempet mobil saya. Tapi, tidak sampai terbentur karena, sebelum jatuh pingsan pasien masih sempat berdiri di depan mobil saya. Dan, sebelumnya pasien memang sudah mengalami luka-luka."

Hans tampak pucat dan menelan salivanya. Ia tidak menyangka bahwa akibat pukulannya semalam akibatnya akan sangat fatal.

"Tapi, semalam tidak tampak gejala gegar otak, dok. Saya sempat memanggil dokter ke rumah. Dan, Gadis juga tidak mengeluh pusing atau apapun," kata Xabiru.

"Gejala gegar otak bisa berlangsung lama, bisa juga hanya beberapa detik saja, dan kadang gejala gegar otak tidak langsung muncul setelah cedera, jadi bisa terjadi berselang setelah kejadian. Kapan Gadis mulai muntah-muntah?"

"Subuh tadi, dokter."

"Artinya, memang agak lama gejalanya baru terlihat dan terasa."

"Jadi, bagaimana sekarang, dokter?" tanya Xabiru.

"Dirawat saja ya selama beberapa hari sambil terus kita pantau. Ini hanya gegar otak ringan, tapi tetap harus mendapatkan perawatan. Jadi, dirawat di sini saja dulu, ya."

"Baiklah kalau begitu, dokter. Terima kasih banyak," kata Xabiru.

Setelah dokter berlaku, Xabiru pun segera mengurus kamar dan biaya administrasi untuk Gadis. Sementara itu Karina menatap Hans penuh kemarahan.

"Kau apakan putriku, Hans?!" hardik Karina. Merasa bersalah, Hans hanya terdiam.

"Jawab! Kau ini keterlaluan sekali! Pernahkah kau berlaku adil pada kami berdua, Hans? Apa kau pernah memukuli kedua putrimu yang lain sama seperti kau memukuli Gadis?! Hanya karena dia meminta uang kepadamu kau menyiksanya! Tidak waras!" maki Kirana emosi.

"Maafkan aku, Kiran. Aku hanya terbawa emosi, juga terbawa ucapan Melinda yang mengatakan bahwa Gadis itu boros dan sering pulang malam."

"Asal kau tau, Hans. Gadis pulang malam karena dia mengajar anak-anak kecil yang ingin belajar matematika dan bahasa Inggris. Uangnya untuk apa? Untuk kebutuhan kuliahnya yang selalu kurang! Kau lihat bagaimana kau memperlakukan anak-anakmu dari Melinda ,kau membelikan mereka kemewahan! Lalu apa yang kau berikan pada kami? Penderitaaan!"

Hans terdiam, seumur pernikahannya dengan Karina, baru kali ini wanita cantik itu membentak dan berteriak kepadanya. Hans sadar bahwa semalam ia memang sudah melewati batas.

"Maafkan aku, Karin."

"Tidak akan pernah jika sampai terjadi sesuatu pada Gadis."

Ocehan Karina pun berhenti saat dua orang perawat datang untuk memindahkan Gadis ke kamar perawatan. Karina terkejut saat Gadis dibawa ke kamar VVIP.

"Kenapa kamar ini, Nak?" ujar Karina pada Xabiru.

"Tidak masalah, Bu.Apapun yang terbaik untuk calon istriku," jawab Xabiru.

Gadis tampak tertidur dengan pulas setelah dipindahkan ke kamar perawatan. Karina duduk di kursi di dekat ranjang Gadis sambil membelai rambut putri tunggalnya itu.

"Dia akan baik-baik saja, Bu," kata Xabiru berusaha menenangkan Karina.

"Iya, Nak."

"Bu, maaf jika aku lancang. Jika nanti aku dan Gadis sudah menikah Ibu tinggal bersama kami, ya."

"Tapi, Nak. Bagaimana pendapat orang nanti jika Ibu tinggal bersama kalian?"

"Aku anak tunggal, Bu. Di rumah aku hanya tinggal bersama para asisten rumah tangga, tukang kebun dan supir. Kedua orangtuaku sudah meninggal dua tahun yang lalu. Dan, selama dua tahun ini aku hidup sendiri."

"Baiklah, kalau begitu Ibu bersedia."

**

"Apa?! Xabiru akan menikah dengan Gadis? Apa tidak salah, Mas? Bukankah dia kekasih Dara?!" pekik Melinda kesal. Pupus sudah harapannya untuk bermantukan seorang pengusaha muda yang kaya raya.

"Tidak aneh lah, Bu. Gadis kan memang gatal, tidak bisa melihat pemuda yang tampan dia langsung saja menyerahkan diri," celetuk Tania.

"Jaga mulutmu Tania!" bentak Hans.

"Mas! Seumur hidup kau belum pernah membentak anak-anak! Tapi, lihat apa yang kau lakukan?! Kau baru saja membentak Tania!"

"Aku membentaknya supaya dia menjaga mulutnya. Gara-gara ucapannya semalam aku sampai memukul dan menendang Gadis bahkan mencambuknya!"

"Apa yang salah dengan ucapan Tania? Gadis memang sering pulang malam!"

"Tapi bukan untuk bersenang-senang dengan om-om seperti yang Tania ucapkan. Dia pulang terlambat karena memberikan les privat kepada anak-anak sekolah yang mau belajar!"

"Lalu kau percaya?!"

"Aku percaya karena aku sudah mencari tau sendiri. Sepertinya selama ini aku dibutakan oleh keluargaku sendiri sehingga aku jadi bertindak tidak adil. Ingat Melinda, kau ini hanya istri siri. Jika memang ada yang lebih berhak itu adalah Kirana dan Gadia."

Melinda terdiam, ia mengepalkan tangannya sambil memicingkan mata. Selama ini hal itulah yang selalu mengganggunya. Status nya yang hanya istri siri.

"Jadi, minggu depan Gadis akan bertunangan dengan Xabiru dan seminggu kemudian mereka akan menikah. Itu tidak bisa dibantah lagi, dan kau tidak boleh lagi terlalu dekat jika Xabiru mampir kemari," kata Hans kepada Dara yang duduk termangu di samping Melinda.

Hati Dara terasa begitu sakit saat ayahnya pulang membawa kabar yang membuatnya patah hati. 'Hanya adik, dia menganggapku adiknya,' gumam Dara dalam hati.

下一章