webnovel

Chapter 11 : Petualangan Kaori dan Shoko (1/2)

(POV Shoko)

Setelah aku mengirimkan sebuah pesan kepada Seiji-kun yang berisi, jika aku akan segera login ke dalam game, aku kemudian langsung menyiapkan alat VR ku sesuai buku panduan yang sebelumnya aku terima pada saat istirahat dari Seiji-kun.

Pada saat Seiji-kun memberikan ku hal ini, dia bilang, dia takut jika aku dan kaori-chan akan kesusahan untuk memasang alat VR kami. Jadi, dia memutuskan untuk membuat buku panduan yang mudah di mengerti untuk kami berdua.

Jujur saja, aku yang mendengar hal itu langsung menjadi sangat tidak enak dengan Seiji-kun. Karena, dari saat kami berdua pertama kali bertemu di kelas empat sekolah dasar, Seiji-kun selalu membantu ku dalam melakukan berbagai macam hal dan aku sama sekali belum membayarnya sedikit pun. Bahkan, dia juga adalah orang yang membantuku untuk menyembuhkan masalah pendengaran ku yang sangat buruk ini.

Jadi, menerima bantuannya lagi seperti ini, rasanya itu benar-benar tidak mengenakkan sekali untuk ku. Mungkin, aku bisa membuat beberapa manisan untuknya besok sebagai rasa terima kasih ku.

Sambil memikirkan hal-hal itu, aku kemudian mulai berbaring di tempat tidur ku dan memulai induksi hipnosis. Hal yang aku rasakan setelah induksi hipnosis dimulai adalah, tubuhku tertidur dan kepala ku menjadi lebih jernih.

Lalu, bidang pandangan ku mulai menyebar, dan terlihat sepertinya aku sudah berada di dalam game. Atau lebih tepatnya lagi adalah, aku yang sedang berada di tempat pembuatan karakter ku.

Melihat semua hal ini, aku mau tidak mau langsung memiliki mata yang berbinar dan langsung melihat-lihat sekeliling dengan penuh semangat. Karena, ini benar-benar pengalaman yang sangat menakjubkan.

『"Pilih Nama."』

Sementara aku memeriksa sekeliling dengan takjub, aku di dorong oleh suara wanita yang terdengar anorganik. Itu pasti tidak terdengar seperti manusia sama sekali.

"Nama ya? Hmm ... Apakah aku harus menggunakan nama asli ku? Tidak, Seiji-kun bilang jangan menggunakan nama asli ku di dalam game ini. Kalau begitu, aku harus menggunakan apa ... " Ucap ku kepada diri ku sendiri, sambil mulai memegangi dagu ku, selagi aku mulai berpikir.

Beberapa saat berpikir, aku akhirnya menemukan nama yang akan aku gunakan. Meskipun aku tidak tahu apakah ini bagus atau tidak. Tapi tetap saja, aku tidak bisa memikirkan nama lain selain yang ini.

"Baiklah, aku akan menggunakan yang ini saja ... "

Aku kemudian mengetik nama di keyboard semi-transparan yang muncul di depan ku ini. Aku mengetik nama ku sendiri – [Temlast] dan mengkonfirmasinya.

Sejujurnya, aku mendapatkan nama ini dari gabungan antara nama ku dan nama keluarga ku.

Namaku itu adalah 'Shoko' yang bisa menjadi cara lain untuk mengucapkan 'Garasu'. Lalu, kata 'Nishi' dalam nama keluarga ku itu berarti 'Barat', sedangkan 'Miya' berarti 'Kuil' atau pun 'Istana'.

Jadi, aku mengubah mereka ke dalam bahasa inggris dan menyatukannya. 'Kuil' berarti 'Temple' di tambah dengan 'Garasu' yang tidak lain adalah penyebutan untuk 'Glass' dan yang terakhir adalah 'West' yang berarti 'Barat'. Jika semua hal itu digabungkan menjadi satu, maka terciptalah 'Temlast'.

Yahh... aku tahu sih nama ini tidak terlalu bagus. Tapi, ini masih baik-baik saja dari pada tidak sama sekali.

Setelah pemilihan nama, layar semi-transparan ini berubah menjadi tab modifikasi karakter.

Di sini, aku sedikit memberikan strip berwarna putih platinum di rambut ku dan sedikit mengubah warna pupil mata ku ini menjadi violet.

"Kurasa begini saja sudah cukup bukan? Karena, aku benar-benar tidak berniat untuk terlalu jauh merubah penampilan ku."

Jujur saja, tadinya aku ingin mengubah warna rambut dan mata ku agar terlihat sama dengan Seiji-kun. Akan tetapi, aku segera mengurungkan niat ku itu. Karena, aku tahu, jika Seiji-kun benar-benar benci disamakan dengan orang lain dan benci melihat ada seseorang yang meniru penampilannya. Oleh sebab itu, aku hanya menambahkan beberapa strip saja dan sedikit mengubah warna dari pupil mata ku.

Setelah aku selesai dengan modifikasi avatar ku ini, layar semi-transparan ini beralih lagi dan kali ini, pilihan senjata pemula muncul. Dan, karena aku sudah memikirkan ingin menggunakan apa. Jadi, tanpa ragu sedikit pun aku langsung menekan salah satu senjata yang ada di depan ku ini, yaitu [Staves].

Alasan sebenarnya aku memilih senjata ini adalah, karena Seiji-kun sebelumnya pernah bilang, jika dia akan menggunakan sebuah busur sebagai senjatanya, sedangkan Kaori-chan, dia bilang, jika dia akan menggunakan pedang sebagai senjata miliknya. Jadi, aku memutuskan untuk menggunakan tongkat dan menjadi penyihir, agar bisa membantu keduanya.

Aku secara tidak sadar mulai menganggukkan kepala ku dengan ringan, ketika aku mulai memikirkan hal itu.

Selesai dengan pemilihan senjata, layar semi-transparan ini beralih kembali dan kali ini, layar status ku muncul, atau lebih tepatnya lagi adalah opsi poin status.

Melihat hal itu, aku kemudian mulai memikirkannya dengan hati-hati. Sebab, aku jarang sekali bermain game dan saat ini aku memilih untuk menggunakan Staves sebagai senjata. Jadi, aku harus memikirkan hal ini dengan matang.

"Selanjutnya, poin statusku ya ... aku lebih baik meletakkan delapan puluh poin pada Intelligence dan sisanya akan ku taruh di bagian Mana saja"

Jujur saja, karena aku ini adalah seorang pemula dalam hal video game semacam ini. Jadi, aku tidak tahu, apakah Build ini benar atau tidak.

Akan tetapi, dari apa yang aku baca di internet. Hal yang paling penting untuk menjadi seorang Mage adalah memiliki Intelligence yang cukup tinggi. Sebab, dari apa yang aku baca sebelumnya, Intelligence ini sepertinya berkaitan dengan damage skill aktif dari sebuah karakter. Serta, aku juga tidak boleh melupakan di bagian mana, karena hal ini sangat diperlukan untuk menggunakan skill aktif.

Jadi, karena hampir semua kemampuan dari seorang Mage itu adalah sebuah skill aktif dan bukan pasif. Di tambah lagi, aku juga memerlukan cukup banyak mana. Oleh sebab itu, aku memutuskan untuk menaruh delapan puluh poin status ku ini di bagian Intelligence, sementara sisanya aku taruh di bagian Mana.

Selesai dengan bagian itu, aku kemudian mulai menganggukkan kepala ku dengan ringan dan berkata; "Oke. Kurasa ini sudah cukup. Ayo kita lakukan ini ... "

Setelah aku mengatakan hal itu, tubuh ku kemudian diselimuti oleh cahaya.

Ketika aku membuka mata ku lagi, aku mendapati diri ku sedang berdiri di tengah desa yang ramai.

Aku melihat sekeliling sebentar untuk melihat pemandangan yang sepertinya merupakan kota pertama dari game ini. Aku sepertinya sedang berdiri di tengah alun-alun.

Di sini, ada air mancur dan beberapa bangku. Alu-alun ini terhubung ke jalan utama, yang di aspal dengan batu dan diapit dengan bangunan bata.

Ada banyak sekali pemain yang berjalan disekitar. Mungkin saja, itu karena saat ini adalah perilisan resmi dari game ini, atau mungkin juga karena hal yang lain? Lagi pula, aku juga jarang sekali bermain video game. Jadi, aku benar-benar kurang tahu tentang hal-hal seperti ini.

Kemudian, langit di atas berwarna biru cerah dan jernih, dan sinar matahari membuat air pancuran terlihat sedikit bersinar.

"Woww pemandangan dari tempat ini benar-benar membuatku merasa seperti pergi ke abad pertengahan eropa itu sendiri ... " Tanpa sadar aku menggumamkan hal itu, selagi aku terus melihat-lihat sekeliling dengan takjub.

Akan tetapi, ketika aku sedang melihat sekitar ku dengan mata yang berbinar, tiba-tiba saja aku mendengar ada seseorang yang menanggapi gumaman ku itu dari arah belakang ku.

"Itu benar sekali. Tempat ini benar-benar sangat keren. Rasanya seperti kita diangkut ke Dunia fantasi itu sendiri."

Mendengar suara itu, aku langsung terkejut, karena aku benar-benar mengenali siapa pemilik dari suara tersebut.

Lalu, aku buru-buru berbalik ke arah samping untuk melihat siapa orang yang barusan berbicara.

Ketika aku berbalik, hal pertama yang aku lihat adalah seorang pemuda cantik yang sedang berjalan menuju ke arah ku. Pemuda ini memiliki rambut panjang yang terlihat sedikit bergelombang dan di ikat dengan gaya ponytail, dengan rambut dari pemuda ini juga berwarna putih platinum dan terdapat warna scarlet, azure dan violet di setiap ujung rambutnya. Serta, dia juga memiliki mata berwarna violet yang terlihat sangat indah, dan pemuda ini juga terlihat membawa sebuah busur di tangannya.

Dan, jika di lihat dengan baik-baik, pemuda ini sepertinya tidak sendirian, itu karena aku bisa melihat ada seseorang yang mulai muncul dari arah belakang pemuda ini dan berjalan di sampingnya.

Orang tersebut adalah seorang gadis yang terlihat memiliki tinggi sekitar 167cm, dengan rambut pirang platinum bergelombang dengan panjang yang mencapai pinggangnya dan dibiarkan tergerai begitu saja. Serta, gadis itu juga terlihat memiliki mata yang berwarna Nila pucat-violet, di mana dia juga terlihat membawa sebuah pedang satu tangan di pinggangnya.

Melihat kedua orang ini, aku langsung tersenyum dan melambai ke arah mereka. Kedua orang itu sendiri hanya balik melambai ke arah ku, selagi mereka berdua juga tersenyum balik ke arahku, di mana mereka berdua kemudian berhenti di depan ku.

=-----=-----=-----=-----=-----=

(POV Seiji)

Aku saat ini sedang berjalan menuju ke pintu keluar dari kota ini bersama dengan Mika dan Niko.

Di dalam game ini, Mika sepertinya menggunakan nama 'Fraleden', yang katanya sih di ambil dari gabungan namanya dalam bahasa inggris, sedangkan Niko, dia menggunakan nama 'Temlast', yang juga katanya di ambil dari gabungan namanya dalam bahasa inggris.

Lalu, penampilan dari kedua orang ini tidak banyak berubah. Mika masih terlihat sama, hanya saja warna rambutnya itu berubah menjadi berwarna pirang platinum dan warna matanya ini pun berubah menjadi campuran dari warna nila pucat dengan violet.

Di sisi lain, Niko juga sepertinya sama dengan Mika. Yaitu, dia yang sepertinya hanya menambahkan strip berwarna putih platinum saja di dalam warna rambutnya dan mencampurkan warna mata miliknya dengan warna violet.

Jujur saja, ketika aku melihat hal itu, aku tidak bisa menahan diriku untuk tidak menghela nafas ku dengan lelah. Sebab, entah kenapa aku merasa jika kedua gadis ini sepertinya ingin terlihat sama seperti ku dan hal ini entah kenapa benar-benar membuat kepala ku menjadi pusing.

Meski begitu, Mika sepertinya memutuskan untuk menggunakan pedang satu tangan. Sedangkan Niko, dia memutuskan untuk menjadi seorang Mage. Jadi, sudah dipastikan jika senjatanya itu adalah tongkat.

Selain itu, Niko sepertinya menaruh delapan puluh poin statusnya itu di bagian Intelligence dan dua puluh poin status di bagian Mana, sedangkan Mika berbeda, dia menambahkan delapan puluh poin di bagian Strenght dan dua puluh poin di bagian Agilitynya.

Aku sejujurnya tidak terlalu mengomentari tentang cara peletakan yang keduanya lakukan sih. Karena, aku ingin agar mereka sendirilah yang memutuskan ke arah mana mereka akan berjalan.

Jadi, aku hanya menganggukkan kepala ku dengan ringan saja dan menjawab dengan 'Oke' atau 'Iya' saja, ketika mereka berdua menanyakan tentang hal-hal seperti itu.

Ohh! Dan aku juga tidak lupa untuk mengajak kedua gadis ini untuk pergi ke toko NPC untuk membeli senjata yang terlihat cocok atau pun menarik bagi mereka.

Mika memilih sebuah Greatsword, yang secara resmi menjadikannya pemain dengan DPS tertinggi di party kami saat ini, sementara Niko sepertinya hanya membeli beberapa potion pemulihan Mana dan HP saja. Serta, aku juga tidak lupa untuk menyuruh kedua gadis ini untuk membeli senjata cadangan.

Ngomong-ngomong, kami memerlukan waktu sekitar lima belas menit lebih hanya untuk mencapai pintu keluar kota saja. Dimama, kami bertiga hanya terus berjalan, hingga akhirnya kami mencapai lapangan yang ada di pinggiran luar kota.

Pinggiran kota ini benar-benar terlihat sangat ramai, ada banyak sekali orang yang terlihat sedang bertarung melawan monster di sini. Jika aku memutuskan bertarung di sini, itu berarti seseorang pasti akan melihat apa yang akan kita lakukan.

Jadi, kami memutuskan untuk pindah ke tempat yang lebih terpencil. Kami terus berlari sampai kami berada jauh di dalam hutan terdekat. Dan terlihat juga, kalau sepertinya tidak ada tanda-tanda orang lain di daerah ini.

Pada saat kami tiba, aku langsung menunjukkan bagaimana kami akan berburu monster kepada Mika dan Niko.

Jadi, saatnya pertarungan pertama ku di [New World Online] ini dimulai.

"Baiklah. Mika, karena kamu adalah pengguna pedang yang sama seperti ku. Jadi, aku akan menunjukkan cara melakukannya terlebih dahulu kepada mu. Kemudian, kamu dapat mengadopsi metode ku dan mencobanya sendiri. Namun, ingat untuk melakukannya dengan cara mu sendiri, oke? Cobalah untuk bergerak dengan cara yang membuat mu merasa nyaman dan tidak tegang." Ucap ku kepada Mika.

"Oke" Mika hanya menjawabnya saja dengan singkat, sambil menatap ku dengan mata penuh tekad.

Aku mengabaikan tekad yang ada di matanya itu dan mulai mengalihkan pandanganku ke arah Niko, sebelum aku mulai membuka mulut ku dan berkata; "Sedangkan kamu, Niko. Setelah aku mengajarkan tentang apa yang harus dilakukan oleh Mika. Selanjutnya, aku akan mengajari mu beberapa hal juga." Ucap ku kepada Niko, yang hanya mendapatkan anggukkan kepala saja darinya.

Pada saat aku sedang sibuk menjelaskan sesuatu kepada mereka, seekor kelinci dengan beberapa tanduk tajam berlari keluar dari rerumputan. Itu menyerang ku dengan kecepatan yang cukup tinggi.

Meski begitu, dengan kecepatan superiorku ini, aku dapat dengan mudah menghindari serangan kelinci tersebut. Dimana, aku kemudian langsung menggunakan salah satu dari dua [Arts] pertama dalam penguasaan pedang ku ini, aku langsung menyerang bagian belakang dari kelinci yang tak berdaya itu dari samping.

"<<Slash!!>>"

Dengan perkataanku tadi, pedang ku mulai bersinar sedikit, saat aku menebas tulang punggung dari kelinci tersebut.

"Pukya!"

Jelas terluka oleh serangan ku, kelinci itu mencoba melakukan serangan baliknya sendiri, tapi sayangnya tidak berhasil. Itu karena, sayangnya aku lebih cepat darinya.

Aku dapat dengan mudah pindah ke titik buta kelinci yang tak berdaya itu, yaitu di punggungnya, dan tanpa ampun aku segera menyerangnya dari belakang di bagian vitalnya.

Menusuk kepalanya, tulang punggungnya, dadanya, aku melakukan semua itu sambil menghindari beberapa serangan sesekali dari kelinci bertanduk ini.

Mungkin butuh waktu sekitar tiga puluh detik sebelum kelinci akhirnya menendang ember. Setelah selesai, aku langsung mengarahkan pandanganku ke arah kedua gadis yang menemaniku sebelum nya ini dan berkata;

"Sekarang, setelah kamu melihat bagaimana caraku memburu kelinci itu, sekarang aku akan memberitahu mu pemikiran di balik serangan dan gerakanku itu. Apakah kalian berdua siap?" Tanya ku kepada dua gadis ini.

""Oke!"" Jawab Mika dan Niko secara bersamaan dengan nada bersemangat.

◆ ◇ ◆ ◇ ◆ ◇ ◆ ◇ ◆

~Bersambung~※

Promosi Tak Tahu Malu:

Jika Anda menyukai cerita nya hingga sejauh ini, pertimbangkan untuk mendukung saya!! Bantu saya di https://trakteer.id/aster_souji_pendragon!! Hanya dengan 5k saja, Anda sudah sangat membantu saya!!

Anda juga bisa memfollow akun Instagram saya di @panagakos_void!! Untuk mengetahui novel-novel baru yang mungkin akan saya buat!!

Catatan Penulis:

Sama seperti di versi sebelumnya, yang ini pun hanya mengalami perubahan kecil saja, dan itu mungkin akan berlangsung selama dua bab lagi, karena author berniat untuk memanjangkan arc realitas virtual ini, yang di versi sebelumnya terlalu singkat, plus di dalam arc ini pun, author ingin sedikit memperjelas tentang hubungan dari setiap karakter yang ada di Dunia MC ini dengan si MC nya.

Itu aja sih yang author ingin sampaikan, sampai jumpa lagi di bab selanjutnya! Adios~!

下一章