Makanan yang dihidangkan sangat sedikit untuk harga 40 koin perunggu. Memang Arzlan selama ini sangat jarang makan di tempat yang dipenuhi oleh para manusia.
Arzlan merasa mencari monster di dalam hutan lebih baik daripada harus menghabiskan uang untuk makanan dengan porsi kecil.
"Tidak ada perlu yang aku harus keluhkan! Mungkin ini adalah makanan yang harus aku dapatkan untuk saat ini!" Arzlan membuat tangannya bertelungkup sebagai penghormatan sebelum dirinya menyantap makanan tersebut.
Arzlan pertama mengambil sepotong paha. Bentuknya seperti bagian daging ayam. Langsung Arzlan makan daging tersebut.
"Hei… apakah kau sudah dengar?"
"Apa yang ingin kau bicarakan?"
Dua orang di depan Arzlan sedang membicarakan suatu hal. Arzlan tidak begitu peduli dengan apa yang sedang mereka bicarakan.
"Keempat pahlawan yang dipanggil oleh Kerajaan Scaevola sudah memulai pergerakannya!"
Mendengar itu, Arzlan langsung terganggu, dia melirik ke arah dua orang tersebut.
"Wah… berarti pihak Raja Iblis akan segera dimusnahkan oleh mereka!"
"Tentu saja karena mereka sudah mendapatkan kekuatan dari surgawi. Mana mungkin mereka akan mengalami kekalahan!"
"Hehehe… tidak salah lagi!"
Arzlan menyipitkan matanya. "Hmm…." Dia menjadi kehilangan nafsu untuk melanjutkan makan. "Jadi begitu mereka sekarang sudah mulai bergerak!" Arzlan tidak ingin terus membuang waktu dirinya segera pergi padahal makanan yang dia makan hanya satu paham daging.
Baru beberapa langkah dari tempat makanan itu seorang pria bersama tiga orang temannya hendak masuk ke dalam.
Mereka saling berpapasan, Arlzan menyadari siapa orang itu, dia memakai hoodie demi menutupi identitasnya.
"Uh!" Zuru menoleh ke arah belakang. "Apakah aku mengenal orang itu?" Dia menatap serius terhadap pria berjubah itu.
"Tuan Zuru apakah ada masalah?" tanya gadis di party.
Zuru menoleh ke arah kelompoknya. "Tidak, aku hanya sedikit merasa aneh saja!" Dia memasang senyuman palsu untuk menyembunyikan kecurigaan di wajahnya.
Mereka lalu kembali melangkah.
"Aku rasa itu tidak mungkin dirinya."
***
Arzlan segera ingin keluar dari kota tersebut, namun masih ada hal yang harus dirinya lakukan.
"Aku harus bersiap untuk mengambil resiko! Apapun yang terjadi aku akan menumbangkan kerajaan itu, dan membuat dunia yang lebih aman. Tidak peduli aku harus mengotori tanganku dengan darah!" Arzlan menjadi emosional ketika melihat Zuru yang sudah sangat gagah. Apalagi armor dan senjatanya begitu berkilau.
Arzlan merasa kalau dirinya tidak akan pernah bisa mendapatkan perlengkapan yang berkilau seperti itu. Demi menghilangkan pemikiran yang tidak jelas. Arzlan mencoba mencari Guild, di sana dirinya ingin mendaftar menjadi petualang. Dengan begitu dirinya mampu untuk mendapatkan quest dan memiliki uang untuk melakukan upgrade terhadap perlengkapannya.
"Uh!" Ketika sudah melihat bangunan Guild. Arzlan melihat kereta berukuran cukup besar. Matanya melebar. "Itu…."
Arzlan harus mengurungkan niatnya, dia mengikuti kereta tersebut. Kereta itu terus melaju hingga memasuki wilayah yang jauh dari keramaian. Aura yang terasa di sana benar-benar berbeda.
Arzlan lalu bersembunyi dari balik dinding bangunan. Setelah kereta berhenti, dia mengintip. Dua orang memeriksa keadaan, tidak beberapa lama kemudian gerbang terbuka dan kereta masuk ke dalamnya.
"Hmm…." Arzlan melirik ke arah bangunan yang sangat megah. Dia sangat curiga kalau di balik kemegahan bangunan tersebut ada sesuatu hal yang cukup mencurigakan."
Arzlan mencari cara supaya dirinya bisa masuk ke dalam kawasan bangunan tersebut.
"Siapa kau!"
Tidak ada cara untuk Arzlan bersembunyi. Dirinya langsung menghadapi para penjaga gerbang. Kedua pria yang menjaga sontak memasang posisi bersiaga.
Arzlan datang dengan wajah yang tertutup hoodie. Kemudian dia berhenti dan mulai berkata, "Aku ingin bertemu dengan boss kalian." Sebenarnya itu adalah cara klasik. Memang terlihat sangat bodoh, akan tetapi tidak ada salahnya untuk mencoba trik tersebut.
"Uh? Siapa kau ini? Ada urusan apa kau datang ke sini?"
"Aku datang ke sini untuk membeli barang yang berharga darinya!
Kedua penjaga itu saling menatap. Mereka memang ragu, namun jika orang yang ditemuinya itu adalah orang yang sudah mengetahui apa yang terjadi tentunya dia bukan orang biasa.
"Baiklah! Kami akan memperbolehkan Anda masuk!"
Gerbang lalu terbuka, Arzlan melangkah dengan sangat tenang. Namun, sebenarnya itu hanya pengalihan karena setelah Arzlan berjalan berpapasan dengan mereka. Segera, dia menyerang mereka menggunakan kekuatannya.
"Huh!" Arzlan menoleh ke arah gerbang yang telah terbuka. Lalu kembali dirinya berjalan.
***
"Whoaah… kalian membawakan tangkapan yang sangat bagus!"
Seorang pria gendut dengan baju mewah merasa sangat senang dengan apa yang baru saja dibawa oleh para prajurit suruhannya.
Pria itu memegang dagu perempuan berkulit putih dan mulus itu. Dia menatap pria tersebut dengan tatapan tajam.
"Tenang sayang sebentar lagi kau akan aku bawa ke dalam surga yang sangat indah!" Senyuman menyeringai dia berikan kepada wanita tersebut.
Selain gadis itu ada beberapa perempuan lainnya yang juga sudah tertangkap. Mereka semua adalah makhluk dari ras Elf.
Perempuan Elf memang terkenal akan kecantikan mereka. Terlebih lagi mereka memiliki umur yang cukup panjang. Dulu ketika Kerajaan Scaevola masih mengikat janji dengan Kerajaan Elf. Penjualan Elf dilarang, namun sekarang itu sudah tidak berlaku.
Dengan sangat berani Scaevola menangkap dan menjual belikan ras Elf seperti mainan. Karena mereka sangat cantik harga jual yang ditawarkan sangat tinggi.
Para bangsawan biasanya akan membayar mahal. Apalagi jika perempuan itu masih virgin. Dan, kelima Elf yang baru saja dibawa oleh para prajurit hanya satu yang tidak diperkosa. Karena, dia adalah Elf dengan kecantikan yang luar biasa sehingga pemimpin mereka menginginkannya.
Sedangkan, keempat Elf lainnya dibawa ke dalam ruangan bawah tanah untuk dijual ke para petualang atau ke penjual budak.
***
Malam harinya…
Sekarang wanita itu sudah berada di dalam kamar pria gendut yang berpenampilan seperti babi yang hidup. Gadis Elf itu masih diikat kedua tangan dan kakinya serta satu kain yang mengunci suaranya.
Dia hanya memakai pakaian dalam berwarna putih. Sehingga, seluruh kemolekan tubuhnya terlihat sangat jelas. Putih bersih tanpa cacat memang ada sedikit memar akibat perlawanan yang sempat dia lakukan ketika para prajurit membawanya, namun itu tidak akan mengurangi kecantikan yang dia miliki.
"Aku akan benar-benar puas. Malam ini, wanita ini benar-benar begitu indah seperti perhiasan yang hidup."
Wanita itu, melotot marah ketika tangan pria itu menyentuh kulitnya. Lalu tangan pria tersebut, mulai meraba beberapa bagian, pribadinya seperti belakang tubuh. Ingin dia berteriak, akibat pelecehan yang sedang terjadi, namun semuanya percuma, karena tidak akan ada yang mendengar teriakannya.
"Aku sudah tidak tahan, aku ingin segera menikmatinya!" Dia memaksa perempuan itu, untuk membuka selangkangannya. Lalu, pria gendut hendak mengeluarkan kelaminnya.
Wanita itu, melotot dengan sangat tajam, bukan kegirangan malah dirinya tidak ingin malam itu menjadi akhir bagi dirinya, mendapatkan kesucian.
___To Be Continued___