Hari ini adalah hari yang melelahkan bagi Ardhan. Bagaimana tidak, tugas Bahasa inggris perintahnya cuma satu kalimat. Tapi ternyata tugasnya adalah harus mengerjakan dengan semua anak-anak sekelas.
Perintah untuk menerjemahkan cerita ke dalam bahasa inggris. Oh my god! Kepala Ardhan terasa mau pecah. Dia tak bisa fokus mengerjakan tugasnya sendiri karena semua anak-anak riuh menanyakannya pada Ardhan. Bukannya mau pelit. Tapi setidaknya mereka bisa mengerjakannya lebih dulu. mungkin bisa liat kamus, atau menanyakan nanti saat benar-benar tak bisa mengerjakannya. Nyatanya semua anak-anak malas untuk berusaha menerjemahkan sendiri.
Akhirnya Ardhan menyerah. Dia maju ke depan kelas dan memberi arahan kepada semua teman sekelasnya.
"Teman-teman mohon perhatiannya sebentar! Daripada kita ribut terus. Sebaiknya kita mengerjakannya bersama. Saya disini yang akan memimpin. Gimana?" Seisi kelas bersorak girang dengan pernyataan Ardhan.
Semua segera kembali ke bangku masing-masing. Lalu mulai menerjemahkan bersama dengan tanya jawab dengan semua teman-temannya. Beberapa anak yang merupakan satu geng diantara mereka ada yang kurang suka dengan Ardhan. Sehingga mereka meninggalkan kelas tanpa mengerjakan tugas. Mereka berpikir Ardhan sok pintar, sok cari perhatian pada teman-temannya dan para guru. Ardhan hanya mendengus tak menghiraukan tatapan yang tak enak yang diberikan oleh geng nya Aris itu.
"Udah lah, Dhan! Gak usah dipikirin. Lo gak rugi kok. Mereka nanti yang gak dapat nilai. Kalau kita kan anak baik yang pintar, rajin menabung dan penyayang cewek! Iya gak guys!!! ucap Zaki sok imut yang membuat semua teman-temannya bersorak.
"Hahahahaha." Semua temannya tertawa. Ardhan hanya tersenyum menanggapinya.
Sekolah telah usai, semua anak-anak bergegas meninggalkan sekolah. Ardhan yang akan melangkahkan kaki keluar kelas tiba-tiba berhenti saat temannya merangkul dari samping.
"Dhan Gue nebeng lu dong? Motor gue lagi di service nih. Tadi pagi aja gue ngojek, Dhan," pinta Doni dengan wajah sok memelas. Ardhan hanya memutar bola mata malas. Enggan menanggapi Doni. Karena meski dia menolak, Doni pasti akan ikut juga.
Saat Motor Ardhan melaju dengan santai, tiba-tiba Ardhan melihat seorang siswi jatuh dari sepeda motornya. Doni yang dibelakang Ardhan pun segera menepuk-nepuk pundak Ardhan.
"Dhan, ada cewek jatuh tuh! Cepet Dhan tolongin!" seru Doni tiba-tiba.
"Gue juga liat kali, Don!" jawab Ardhan dan segera melaju kearah cewek yang jatuh itu.
Ardhan segera menepikan motornya, melepas helm dan membantu gadis yang terjatuh. Sedangkan Doni membantu menepikan motor gadis itu yang sebelumnya tergeletak di tengah jalan.
"Hey lo gak apa-apa kan?" tanya Ardhan pada cewek tersebut. Seraya melepas helmnya cewek itu meringis dan menjawab Ardhan. "Gue gak papa kok. Makasih ya mau nolongin gue," jawab cewek tersebut. Ardhan seketika terpaku ditempatnya. Dia melihat dengan jelas paras cantik gadis itu dengan kedua matanya, di depan matanya. Seolah dunia telah mengalihkan dunianya pada gadis cantik yang baru saja ia tolong.
" Lo... Lo sekolah disini juga?!" tanya Ardhan bingung dan sedikit terbata.
" Kok... gue... gak pernah liat lo di sekolah ini ya sebelumnya?" sambung Ardhan lagi
"Aww..!!!" teriak Ardhan karena tiba-tiba Doni memukul lengannya.
" Makanya bro lo jangan belajar mulu! Gak nyadar kan lo kalo di sekolah kita punya aset cewek cantik kaya dia?" ujar Doni membuat malu Ardhan. Tiba- tiba cewek itu tersenyum, maniisss sekali. Yang mungkin malah mengalahkan manisnya madu, gula atau sirup sekalipun. Membuat Ardhan tertegun kesekian kalinya. Oh God! Apa ini yang namanya jatuh cinta pada pandangan pertama? Kenapa senyumnya manis sekali. Membuat Ardhan memperhatikan cewek itu tanpa berkedip.
"Kenalin. Gue Anaya, " Anaya mengulurkan tangannya pada Ardhan, namun sepertinya lamunan Ardhan masih terpaku pada gadis didepannya. Doni mendorong badan Ardhan hingga bahunya menempel pada Anaya.
"Oh! Ha.. Hai... Aku... Eh Gue Ardhan!" jawab Ardhan terbata-bata. Doni cekikikan melihat tingkah sahabatnya. Anaya tersenyum hangat saat Ardhan menerima uluran tangan Ardhan. Lagi-lagi Anaya bingung karena tangannya tak bisa dilepas dari genggaman tangan Ardhan.
" Sorry bisa lepasin tangan gue gak?" pinta Anaya.
"Hah?? Oh iya... So ... Sorry. Iam very sory." Ardhan salting dibuatnya.
" Gue juga mau kenalan dong. Gue Doni. Doni Prasetya. Bukan Doni kusuma," sela Doni. Anaya tersenyum menanggapi kelucuan Doni.
" Gue emang gak sekolah sebulan ini. Soalnya ada kepentingan yang gak bisa ditinggalin. Makanya lo gak pernah liat gue kali," Anaya mencairkan kecanggungan Ardhan.
" Oh gitu. Oh ya. Kok bisa jatuh si tadi?" tanya Ardhan.
"Mmm gak tau juga si. Mungkin karena udah lama gak pernah naik motor kali ya. Jadi kaku. Tadi gak seimbang terus kesenggol motor lain. Oleng deh gue," papar anaya. Ardhan dan Doni mengangguk mendengar cerita Anaya.
"Ya udah gue lanjut jalan lagi ya? Makasih udah bantuin gue. Salam kenal juga buat kalian." Anaya bangkit dari duduknya. Namun tiba-tiba dia terduduk kembali, seperti merasakan sakit. Gadis itu melihat kakinya. Ternyata Betisnya sedikit berdarah dan sekitarnya mulai membiru. Pantas saja dia kesakitan. Ardhan dan Doni sedikit terkejut melihatnyA. Membuat Ardhan menjadi khawatir.
" Kaki lo luka. Lo gak mungkin bisa pulang sendiri kalo begini. Gue anterin yah?" Ardhan menawarkan bantuan.
"Oh gak usah kok. Gue bisa. Gue gak mau repotin kalian berdua," tolak Anaya lembut. "Udah deh Nay. Kalo Ardhan bilang gitu jangan nolak. Ardhan serem loh kalo marah. Dia gak suka penolakan," cerocos Doni sambil mengalihkan pandangan dari Ardhan. Ardhan mendengus kesal seraya melirik Doni yang sotoy.
" Gak papa kok Nay. Masa gue biarin anak gadis lagi luka gini pulang bawa motor sendirian?" sambung Ardhan. Anaya mengangguk tersenyum.
" Makasih ya?" ucap Anaya.
"Don. Lo bawa motor Anaya yah? Biar Anaya bonceng gue," perintah Ardhan pada Doni membuat temannya itu melongo jadinya.
" Enak banget lu, Dhan. Kenapa Naya gak bonceng gue aja si? Modus banget deh?" Ardhan menatap dingin ke arah Doni.
" Iya iya pak ketua serem amat deh," sahut Doni. Lalu mengambil alih motor Anaya dimana kunci motornya masih menempel di sana. Ardhan segera memakai helm dan mengambil posisi naik motornya.
" Yuk Nay?" ajak Ardhan. Anaya mengangguk serta menaiki motor Ardhan dengan posisi duduk menyamping.
" Rumah gue Di perempatan jalan sana belok kanan Dhan?" ucap Anaya.
"ALAMAT LENGKAP!!!" tanya Ardhan dengan menekankan kata tersebut.
"Emm, jalan mawar gang tujuh," ucap Anaya. Tapi Ardhan belum melajukan motornya. Seperti masih menunggu kata selanjutnya dari Anaya.
" Nomer dua satu," sambung Anaya seolah tahu maksud Ardhan dan benar saja setelah itu Ardhan mulai melajukan motornya.
Dengan tersenyum Ardhan mengendarai roda duanya mengantarkan gadis bernama Anaya yang entah kenapa membuatnya merasakan aneh di dalam hatinya.