webnovel

Bertemu Itachi

'Dia itu, bukankah Jinchuriki Kyuubi —Uzumaki Elena—. Apa yang sedang dia lakukan di dalam komplek Uchiha?' Itachi bertanya-tanya bersamaan sambil memperhatikan Elena.

Itachi menatap Elena dengan waspada. Elena memang terlihat seperti gadis kecil tidak bersalah dan tidak berdaya, namun tetap saja cukup aneh seseorang mengikuti orang yang dianggap misterius.

"Oh, ayolah. Tidak perlu setengang itu, 'kan? Aku ini hanya lewat sini karena sedang gabut setelah pulang dari berbelanja, lho" Elena tersenyum ramah menunjukkan wajah dan sikap yang santai serta tidak berbahaya.

'Bohong.' Itachi menambahkan kewaspadaannya terhadap Elena.

Bagaimana tidak, jawaban yang diberikan Elena terdengar sangat-sangat aneh dan tidak jelas. Bahkan walaupun itu bukan ninja elite seperti Itachi, maka dia akan menyadari jika Elena pasti bohong. Penampilan Elena saat ini masih menggunakan piyama dan tidak memakai alas kaki sama sekali. Sekarang, manusia dari planet mana yang menggunakan baju tidurnya saat sedang berbelanja di luar rumah?

---

Sementara itu, di suatu dimensi yang lain. Patrick star sedang berbelanja di dalam krusty krab hanya menggunakan baju tidurnya dan tanpamu alas kaki.

"Patrick, harus berapa kali kukatakan padamu, jangan memakai baju tidurmu saat sedang berbelanja," Squidward tampak kesal pada Patrick star dihadapannya.

"E … Maaf," jawab Patrick dengan wajah bodohnya.

---

'Wah, Anda sungguh bodoh sekali. Mana ada orang yang keluar malam-malam pakai baju tidur!' komentar Kurama sambil berteriak karena alasan yang disebutkan Elena terlalu aneh.

'Aku hanya bercanda! Lagipula aku tidak harus mengatakan yang sejujurnya mengapa aku berada di sini, 'kan?' jawab Elena.

Tidak ingin membuang waktunya lebih banyak lagi, Itachi menggunakan Genjutsu-nya kepada Elena. Dia tidak mengaktifkan Sharingan-nya, karena dia meremehkan Elena yang hanya merupakan gadis kecil.

"Hmm, Genjutsu, ya? Aku tidak akan semudah itu jatuh ke dalam Genjutsu tingkat rendah seperti ini." Elena dengan mudahnya menghalau Genjutsu.

Namanya juga Cenayang. Akan menyedihkan jika dia kalah bermain hal-hal dalam bidang mental yang mana itu merupakan keahliannya sendiri. Namun Itachi juga tidak bisa diremehkan karena merupakan ninja dengan keahlian Genjutsu.

'Apa! Tidak mempan!' Itachi sempat terkejut karena Elena baik-baik saja, bahkan tidak tampak kesulitan menghalau Genjutsu-nya.

Itachi masih belum menggunakan Sharingan, tetapi kemampuannya tidak bisa dianggap remeh. Jika dia lemah, maka dia tidak mungkin bisa mendapatkan peran untuk memusnahkan klannya sendiri.

"Jadi, bisakah kamu mengatakan mengapa kamu melakukan semua ini?" Elena membuat senyuman ramah ketika bertanya.

Bukan bertujuan untuk mendekatkan hubungan diantara mereka, namun untuk membuktikan jika dia cukup kuat dan percaya diri karena bisa menghalau Genjutsu.

*Zing…

Itachi menggunakan usaha yang lebih tinggi. Dia mengaktifkan Sharingan-nya dan sekali lagi memberikan Genjutsu kepada Elena. Kali ini Genjutsu yang diberikannya lebih kuat dari sebelumnya.

'Kali ini lebih kuat. Tapi jika hanya sampai tahap ini, masih belum cukup untuk membuatku masuk ke dalam ilusi ini,' dalam benak Elena.

"Oh, ayolah. Aku akan menangis jika kamu memberikan tanggapan dingin seperti itu, lho," walau Elena mengatakan seperti itu, ekspresi wajah Elena menunjukkan yang sebaliknya. Dia justru tersenyum menunjukkan kemampuan hebatnya yang bisa menangkal ilusi dari Sharingan.

"Apa yang kamu inginkan?" Menyadari usahanya tidak membuahkan hasil, Itachi menonaktifkan Sharingan-nya dan memutuskan mencari tahu tujuan kedatangan Elena.

Lagipula yang ada di hadapannya hanya seorang gadis kecil yang tidak sengaja ada di sini. Dia tidak perlu repot-repot menggunakan Genjutsu Tsukuyomi pada Elena. Kerugian yang didapatkan Itachi lebih besar karena akan berdampak dalam jangka waktu yang lama jika dia sampai menggunakan Tsukuyomi.

"Pertanyaanku masih sama, mengapa kamu melakukan semua ini?" Elena mengulangi kembali pertanyaannya sebelumnya.

"Untuk membuatku lebih kuat," jawab Itachi singkat.

"Fumu. Jadi kami disuruh oleh seseorang, ya. Sekarang katakan siapa yang menyuruhmu!" minta Elena lebih lanjut.

Sejak awal Elena sudah mengaktifkan Telepati miliknya. Kemampuan ini merupakan salah satu kemampuan paling cocok saat untuk digunakan saat menginterogasi seseorang. Menggunakan kemampuan ini, Elena mengetahui apa yang sebenarnya dipikirkan seseorang sekalipun targetnya mengatakan kebohongan.

'Bagaimana dia bisa mengetahui yang sebenarnya! Apa dia bisa membaca pikiranku?' Itachi heran atas Elena yang mengetahui jika dia berbohong.

Sebagai seorang ninja profesional, Itachi telah melatih dirinya untuk tidak menunjukkan ekspresinya yang sebenarnya. Elena yang bisa menebak kebenaran dari perkataannya membuat Itachi terkejut karena dia cukup yakin atas kemampuannya sendiri.

"Danzo." Itachi memutuskan untuk mengatakan yang sesungguhnya karena merasa tidak ada gunanya menyembunyikan apapun lagi. "Apa ada yang lain lagi?"

"Tidak ada." Elena menggelengkan kepalanya dan melanjutkan, "Silahkan pergi jika kamu mau. Aku tidak akan melaporkan kejadian ini pada siapapun, dan melupakan semua yang sudah terjadi. Yah, lagipula sekarang adalah jam tidurku, dan tidak akan ada yang percaya saat seorang anak kecil mengatakan ada seorang misterius melakukan pembantaian pada sebuah klan."

*Tap…

Itachi menghilang dari tempatnya berdiri setelah percakapan singkat itu.

Suasana menjadi senyap tanpa adanya orang lain di sekitar Elena. Langit malam menunjukkan bulan terang dengan awan yang bergerak menutupinya.

"Bahkan jika kamu membantai semua anggota klanmu sendiri, tampaknya kamu tidak bisa membunuh adikmu sendiri, ya." Elena memandang ke langit, pada bulan yang telah tertutup oleh awan.

Kemampuan merasakan emosi Elena masih tetap aktif berkat chakra dari Kurama. Dia dapat merasakan emosi negatif dari Sasuke yang lokasinya masih berada di dalam komplek Uchiha.

*Cring…

Elena melakukan Teleportasi menuju ke tempat Sasuke berada.

Di sana terlihat Sasuke yang tersungkur di lantai sambil memegangi salah satu bahunya menggunakan tangan lainnya. Di bahunya terdapat bekas luka darah hasil serangan Itachi yang melumpuhkannya.

"Kamu tidak apa-apa?" Elena berjalan mendekat ke Sasuke.

Dia menutupi ekspresi aslinya dengan senyuman senang yang mana ini sangat ngeri ketika dia melakukannya di tengah-tengah kompleks Uchiha yang berisikan banyak mayat. Entah apa tujuannya, yang pasti dia melakukannya ini bukan untuk menertawakan nasib Sasuke.

"Hiks … hiks … hiks …," Sasuke tidak menjawab. Dia hanya menangis sambil memegangi salah satu bahunya.

Melihat semua teman, keluarga, dan tetangganya telah meninggal dalam satu malam memberikan pukulan yang sangat menyeramkan untuknya. Dia hanya bisa menangis sedih dan memendam dendam pada kakaknya yang merupakan pelaku semua ini.

"Halo, halo, aku sedang bertanya, lho. Apa kau baik-baik saja?" suara Elena terdengar riang walau sudah tahu jika Sasuke sedang bersedih.

Sejak awal, dia hanya merupakan teman sekelas Sasuke saat berada di akademi. Bahkan di dalam akademi, mereka berdua cukup jarang berbicara dan lebih mementingkan melakukan kegiatan masing-masing. Dia kurang mengurus soal keberadaan Sasuke karena baginya hubungan di antara mereka cukup asing.

"Halo, halo," Elena masih mencoba mengambil perhatian Sasuke.

"Hiks … hiks …," Sasuke masih belum dapat menjawab Elena.

下一章