webnovel

Rutinitas di Akademi yang Membosankan dan Sebenarnya Sama Sekali Tidak Penting dan Tidak Perlu Dibahas

Elena dan Naruto sampai di akademi. Karena mereka berdua yang dipandang buruk oleh para penduduk desa, maka secara otomatis anak-anak seumuran mereka membenci keduanya. Ini bukan hal yang aneh karena biasanya seorang anak mendapatkan pengaruh dari orang tuanya.

Duduk di tempatnya, Elena segera melipat tangannya di atas meja, menaruh kepalanya di atas tangan, dan sekalian juga memejamkan matanya sama seperti orang tidur. Dia benar-benar sangat tidak peduli apa yang terjadi di akademi. Lagipula salah satu syarat lulus adalah menggunakan Kagebunshin no Jutsu yang mana Elena sudah sejak lama menguasainya. Bahkan jika nilai Elena selalu nol, dia bisa mendobrak pintu kantor Hokage dan menunjukkan teknik latihan chakra ciptaannya. Dengan ini dia akan langsung menjadi orang penting di desa.

"Nee-san, mau sampai kapan kamu tidur? Bukankah kamu sudah lama tidur pagi tadi?" Naruto tidak bisa menahan heran pada Elena yang seenaknya tidur di kelas. Itu pun bukan siang hari, melainkan pagi hari yang merupakan waktu mereka baru saja bangun.

Sebagai dua orang yang sama-sama diperlakukan buruk dengan penduduk desa, mereka berdua duduk di barisan bangku yang sama. Keduanya cukup yakin jika tidak akan ada anak-anak lain yang mau satu bangku dengan keduanya saat ini.

"Tenang saja, tenang saja, lagipula mereka tidak akan mengganggu ataupun mengomel. Jadi santai saja," Elena tetap di tempatnya, bahkan tidak membuka matanya sama sekali. Pertanyaan dari Naruto dianggap sebagai hal yang tidak penting dan sama Sekali tidak perlu untuk diperhatikan.

"Sigh, baiklah jika itu apa yang Nee-san katakan. Aku tidak pernah sekalipun berhasil menyakinkan Nee-san saat sedang melakukan suatu hal." Naruto menghela nafasnya sebelum dia beralih ke papan tulis di depan dan menunggu guru yang akan datang.

Tidak seperti dalam animenya, Naruto menjadi murid teladan dan disiplin karena didikan dari Elena. Selain itu, dia cukup pintar dan terampil dalam menggunakan berbagai sengaja ninja sampai level lebih tinggi dari kebanyakan murid di sini.

Sebenarnya Elena masih jauh lebih lihai dibandingkan Naruto, tetapi dia memutuskan untuk mengalah dan menyembunyikan keterampilannya yang sebenarnya. Tanggapannya tentang akademi adalah, sebuah akuarium di dekat lautan yang luas. Akademi ini hanya memberikan pelatihan yang terlalu minim dan hampir tidak ada gunanya untuk diikuti.

Pintu terbuka, instruktur yang melatih mereka memasuki ruangan. Dia memiliki rambut berwarna abu-abu dan memakai seragam Shinobi Konoha kebanyakan. Namanya adalah, Mizuki dan dia berada di level Chunin.

"Selamat pagi semuanya, aku yakin kalian sedang bersemangat, 'kan?" Mizuki menunjukkan senyuman yang ramah kepada semua murid akademi di dalam ruangan itu termasuk Naruto dan Elena.

'Ugh, aku paling benci instruktur yang satu ini dibandingkan dengan semua instruktur yang ada. Harus aku akui jika sikapnya ramah kepada semua murid, tapi bisakah kamu mengabaikan aku saja dan membiarkan aku tidur?' gerutu Elena dalam benaknya.

Bukan hanya itu saja. Elena yang mampu membaca pikiran dan mengetahui emosi dari seseorang mampu mengetahui apa yang sebenarnya Mizuki pikirkan dan inginkan. Hal ini tentunya membuat Elena menjadi semakin tidak nyaman dan semakin ingin pulang lebih cepat.

Jika kalian lupa, Mizuki pernah menyuruh Naruto untuk mencuri gulungan terlarang saat gagal dari ujian kelulusan. Selain itu, dia bahkan merupakan salah satu pengikut rahasia Orochimaru untuk mendapatkan kekuatan lebih (kalau tidak salah).

"Kamu tidur di kelas lagi Elena." Mizuki terarah pada Elena yang duduk di bangku paling belakang dan melanjutkan, "Ayolah, apa kamu tidak ingin menjadi seorang ninja," wajah Mizuki tersenyum ramah, menunjukkan jika dia sangat peduli pada murid-muridnya, Aslinya tidak.

"Iya, Sensei." Tidak ingin ambil panjang dan melakukan kompromi, Elena lebih memilih mengangkat kepalanya dan mengikuti pelajaran di akademi ini dengan penuh kemalasan.

'Persetan dengan menjadi ninja. Uang yang aku dapatkan sebagai seorang penulis novel cukup untuk memenuhi kehidupanku. Jika pun itu tidak berhasil, aku hanya akan kembali ke dunia asalku dan main ML,' dalam benak Elena.

'Makin ke sini, makin rusak saja ninja generasi sekarang. Aku mulai merasa jika manusia bukanlah makhluk yang terpuji karena tindakan mereka,' Kurama berkomentar atas apa yang Elena ucapkan dalam benaknya.

"Baiklah, kalian semua. Hari ini kita akan melakukan ulangan harian. Jadi, berusahalah sebaik mungkin, ya?" Mizuki tersenyum lembut yang pastinya memberikan tekanan pada semua murid yang ada di sana.

Pasalnya, ulangan harian ini dilakukan secara mendadak. Artinya, mayoritas dari mereka masih belum mempersiapkan dirinya untuk menghadapi ujian, sehingga mendapatkan pukulan besar dari kata-kata yang diucapkan Mizuki.

'Hmm, kutarik kata-kataku. Kurasa dia masih bisa melakukan satu atau dua hal yang cukup menarik di akademi ini. Kupikir dia hanya merupakan seseorang yang terlalu tertuju pada ambisinya menjadi kuat. Yah, ambisinya cukup ampas, sih,' walaupun Elena memuji, namun wajahnya menunjukkan kedataran dan sama sekali tidak tertarik.

'Benarkah? Lalu, pada skala 1 sampai 100 ada di skala berapa kamu tertarik pada apa yang dilakukannya,' tanya Kurama yang sama sekali tidak merasa penasaran.

'Jika kita memakai skala itu, maka aku akan menjawab pada skala 15,' jawab Elena sejujur-jujurnya.

'Cukup rendah,' reaksi Kurama sama sekali tidak terkejut.

Kertas ulangan dibagikan dan murid-murid mengerjakan ujian dengan kesusahan. Hanya ada empat orang yang mengerjakan dengan santai, yaitu Naruto, Sasuke, Shikamaru, dan Elena.

Di antara mereka berempat, Elena tentunya menjadi yang paling santai. Mengapa? Karena dia menggunakan Telepati dan membaca pikiran semua orang di dalam ruangan termasuk Mizuki sendiri yang merupakan instruktur. Namun elena bukanlah orang yang serakah, dia hanya menarget nilai 78 pada setiap ujian dan memberikan murid-murid lainnya kesempatan untuk mendapatkan puncak. Jika Elena mau, maka dua bisa saja mengambil alih posisi puncak dengan sangat mudah.

Kedua adalah Nara Shikamaru. IQ (Intelegent Quality) miliknya tidak perlu diragukan lagi untuk menjawab semua soal ujian bahkan jika dilakukan secara mendadak. Sikapnya juga cukup santai, tidak menganggap dalam ulangan ini.

Selanjutnya adalah Uchiha Sasuke. Dia memang merupakan murid terbaik dan mendapatkan nilai tertinggi saat lulusan akademi ini menurut plot animenya. Dia mengerjakan soal ulangan dan menunjukkan keseriusannya dalam mengerjakan.

Terakhir merupakan Uzumaki Naruto. Walau dia sudah menjadi lebih pintar berkat didikan Elena, bukan berarti dia menjadi yang terhebat di akademi ini. Dia hanya mendapatkan posisi kedua dan bersaing tipis melawan Sasuke. Jika saja dia merupakan karakter yang 100% sama dengan animenya, maka sudah dipastikan dia tidak memiliki peluang sama sekali dan mendapatkan nilai 0 dalam ulangan dadakan seperti ini.

"Yosh, selesai." Elena meletakkan alat tulisnya, melipat tangannya di atas kertas ulangan, menaruh kearah di atasnya dan kembali tidur seperti sebelumnya.

下一章