webnovel

Damai

Pagi hari tiba dua hari setelah mereka pindah. Suasana mereka berdua masih cukup damai di dalam kontrakan baru mereka, dan mereka sudah beradaptasi dengan lingkungan baru termasuk membeli peralatan makan. ini merupakan pukulan telak untuk Danzo karena rencananya tidak berhasil.

Walau belum dijelaskan secara keseluruhan, tapi sudah dapat ditebak jika Danzo berencana membuat keduanya menderita dengan mengusir mereka berdua dari panti asuhan. Dan ditambahkan dengan para penduduk desa yang membenci keduanya, maka sudah dipastikan keduanya akan menjadi putus asa. Rencana Danzo ini memang akan berhasil jika saja mereka merupakan orang normal, tetap sayangnya Elena memiliki banyak pengalaman tentang kehidupan masa lalunya membuat rencana Danzo gagal.

*Bam… bam…

"Woy! Bangun, woy! Sekarang sudah pagi!" Pukulan demi pukulan dilayangkan Elena pada pintu kamar Naruto. Hal ini tentunya bukan cara damai untuk membangun seseorang, melainkan sebuah cara yang meminta tawuran pada orang yang dia bangunkan.

"Ugh …, Nee-san berisik!" suara keras Naruto dapat didengarkan dari dalam kamarnya.

Di dalam kamar, Naruto menggunakan bantal untuk menutupi telinga dan menutupi seluruh tubuhnya menggunakan selimut. Ia berusaha agar selamat dari ke barbaran Elena yang membangunkannya dengan kekerasan, dan bukan hal-hal lembut seperti menggoyangkan tubuh Naruto.

"Oh, baguslah jika kamu sudah bangun. Aku sudah menyiapkan sarapan di atas dapur. Jika kamu ingin makan, lakukan kamu bisa mengambilnya di sana. Dan untuk sementara waktu, ada beberapa hal yang perlu kulakukan di luar rumah," suara Elena terdengar ramah saat dia memberitahu Naruto dari depan pintu yang masih tertutup.

"...." Naruto tidak memberikan jawaban apapun ke pada Nee-sannya itu.

"Oke, akan aku anggap diammu itu sebagai konfirmasi." Tanpa menunggu lagi, Elena pergi meninggalkan rumah kontrakan miliknya bersama Naruto.

. . . .

Kesunyian menerpa Naruto selama beberapa saat karena Elena sudah pergi. Sekarang dia hanya satu-satunya orang di dalam rumah ini tanpa ditemani siapapun. Yah, sebenarnya Kyuubi yang di dalam dirinya menemaninya, sih, tapi itu tidak dihitung karena dia masih belum pernah menemui Kyuubi atau berteman baik dengannya. Jika Naruto bertemu Kyuubi saat ini, yang ada hanyalah Kyuubi marah dan memberikan beberapa pukulan brutal pada Naruto. Untung saja segel Minato masih kuat di tubuh Naruto, jadi peristiwa seperti itu tidak akan terjadi.

"Apakah Nee-san sudah pergi?" Perlahan-lahan Naruto keluar dari selimutnya.

"Jika ada Nee-san terkadang memang berisik, tapi jika dia tidak ada suasana menjadi sangat sepi seketika itu juga." Naruto beranjak dari tempat tidurnya, keluar dari kamar, dan menuju dapur untuk mengambil sarapan yang telah diberitakan Elena.

"Apakah aku berlebihan berteriak padanya? Aku memang sedikit keras padanya, tapi dia sendiri yang mulai dengan berteriak keras seperti itu," gumam Naruto saat mengambil sebuah piring di dapur dan membawanya ke satu ruangan yang merupakan ruang keluarga.

Di rumah ini memang hanya ada ruangan itu yang bagus untuk makan. Akan menyebabkan masalah jika Naruto makan di kamarnya sampai berceceran, tidak mungkin di dapur karena banyak alat makan, dan tidak mungkin juga di kamar mandi karena itu aneh.

"Hari ini adalah nasi goreng, ya? Aku bertanya-tanya dari mana Nee-san mempelajari cara memasak? Seingatku, kami tidak boleh mendekati dapur saat berada di panti asuhan? Yah, sudahlah, aku tidak akan terlalu memikirkan hal itu." Naruto mulai mengambil sendok.

Bukan tanpa alasan mengapa dia memakai sendok daripada sumpit. Hal itu dikarenakan Elena sudah terbiasa menggunakan sendok sejak di kehidupannya sebelumnya, membuat Elena tidak terbiasa menggunakan sumpit. Jadi karena hal ini juga Elena lebih banyak membeli sendok daripada sumpit.

"Itadakimasu!" Naruto bersiap untuk menyantap makanannya.

Secara harfiah, "itadakimasu" berarti "saya menerimanya (dengan senang hati)". Dalam kebudayaan Jepang, kata ini biasa digunakan sebagai ungkapan terima kasih ketika menerima sesuatu dan umum digunakan ketika akan memulai makan. Biasanya diartikan "selamat makan" atau "terima kasih atas makanannya".

.

.

.

Selesainya makan, Naruto menempatkan semua peralatan makan ke bak cucian piring dan sekalian juga mencucinya. Akan menjadi merepotkan jika cuciannya sampai menumpuk dan dalam jumlah banyak.

*Pat…

"Yo, Naruto. Ternyata kamu cukup rajin sampai mencuci piring, ya." Elena tiba-tiba muncul di belakang Naruto dan menepuk bahu Naruto.

"Uwah!" Naruto yang terkejut sampai melemparkan salah satu gelas yang sedang di cucinya ke atas.

"Hap!" Elena dengan mudah menangkap gelas itu.

"Lain kali, tolong jangan membuat aku terkejut, Nee-san," Naruto terlihat tidak senang dengan perilaku Elena sampai memberikan peringatan pada Elena.

"Maaf, maaf, lain kali aku akan melihat dulu apa yang sedang kamu lakukan sebelum membuat kamu terkejut." Elena dengan santainya mengembalikan gelas ke pada Naruto. Hal ini menunjukkan jika Elena masih belum bersungguh-sungguh dalam meminta maaf.

"Dan yang lebih penting lagi, bagaimana cara Nee-san bisa muncul ke belakangku tanpa memperdengarkan suara pintu?" Naruto menerima gelas saat dia merasa keheranan karena pertanyaannya.

"Mudah saja. Seorang shinobi tentunya memiliki teknik untuk menyembunyikan keberadaannya," Elena terlihat percaya diri saat dia memberikan penjelasan.

Jawaban sebenarnya sangat sederhana, Elena menggunakan kemampuan Teleportasi untuk muncul tepat di belakang Naruto. Memang kemampuan Teleportasi Elena akan memperdengarkan suara "cring" dan menghasilkan cahaya putih, namun suaranya cukup pelan dan cahayanya tidak akan membuat orang yang sedang tidak fokus mendengarnya.

"Sigh, baiklah jika Nee-san mengatakan seperti itu." Naruto membawa gelas dan peralatan makan lainnya ke rak setelah selesai mencuci mereka semua.

Memang peralatan itu masih sedikit basah karena selesai dicuci, tetapi Naruto mengabaikannya dan tetap menyuruhnya ke rak. Lagi pula peralatan itu terbuat dari kaca dan tidak akan berkarat seperti logam.

"By the way, aku menemukan sebuah cara untuk melatih chakra, lho. Jika kamu mau, Nee-san mu ini akan memberitahu cara melatih chakra dan menjadi shinobi hebat!" Elena berusaha menggoda Naruto yang kesal karena menjadi korban kenakalan Elena sebelumnya.

"Benarkah? Ajari aku, Nee-san!" Naruto segera berubah menjadi bersemangat dengan mata berbinar, dan benar-benar telah melupakan kejadian beberapa detik lalu tentang Elena yang menjahilinya.

"Fufufu ..., ikuti aku!" ajak Elena.

"Baik, Nee-san!" jawab Naruto bersemangat.

Elena mengajak Naruto ke ruang keluarga karena itu satu-satunya ruangan yang dapat mereka gunakan. Pokoknya, ruangan itu dipakai sebagai ruang tamu, ruang keluarga, dan ruang makan.

Du di atas sebuah meja, seonggok tanah liat diletakkan. Itu hanya merupakan tanah liat biasa tanpa adanya efek tambahan atau kemampuan magis, apa yang kamu harapkan?

"ke sini, Naruto." Elena duduk di salah satu kursi di dekat meja.

"Baik, Nee-san!" Naruto mengikuti Elena dan duduk di sampingnya.

"Latihan chakra ini sangat sederhana, kamu hanya perlu mengalirkan chakra ke dalam tanah liat dan berusaha mengubah bentuknya. Semakin detail hasilnya, maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian chakramu!" Elena dengan semangat memberikan contoh ke pada Naruto.

下一章