webnovel

Sebelum Pulang dari Villa

Minggu pagi hari yang cerah ini sebuah penginapan vila di daerah Puncak sedang diramaikan oleh beberapa penghuninya yang kali ini akan check out dari sana karena waktu mereka berlibur sudah selesai. Keluarga Natawijaya telah memesan tempat penginapan ini selama tiga hari dua malam dan hari Minggu ini adalah jatuh hari di mana mereka semua akan kembali ke rumah masing-masing.

Pada pagi ini di mana jam menunjukkan pukul tujuh pagi, kebanyakan semua anggota keluarga sudah bersiap-siap keluar dari pagoda di mana tiap-tiap pagoda dihuni oleh setiap kelompok anggota keluarga yang adalah para anggota berumur, sepupu tua dan sepupu muda. Kebanyakan dari mereka saling janjian ke pendopo utama agar mereka bisa berkumpul dengan hari liburan terakhir dalam rangka liburan awal tahun baru 2008. Dan sekarang keadaan di pendopo utama sedang ramai dengan para anggota keluarga.

Sebelum Keluarga Natawijaya akan check out dari penginapan ini. Dengan menunggu kedatangan pemilik asli penginapan vila Puncak untuk mengembalikan kunci vila ini kepada pemilik vila, mereka semua masih punya waktu beberapa menit lagi sampai semua anggota keluarga ini saling berpisah dan melewati sisa liburan awal tahun baru dengan masing-masing keluarga inti saja di rumah mereka.

Karena ruang pendopo tampak penuh, maka Vanka sebagai salah satu anggota keluarga besar yang sedang berlibur ini memilih untuk berada di luar pendopo utama. Lebih tepatnya Vanka berada di sebuah bangku yang ada di dekat kolam ikan diantara perbatasan pintu keluar penginapan vila dengan pendopo utama yang ada di dalamnya. Vanka merasakan suasana pagi hari yang cerah saat ini. Tapi tidak begitu dengan suasana hatinya sekarang.

Yang ada di pikirannya sekarang adalah apakah yang akan terjadi untuk kehidupannya mendatang jika Kak Lisya sudah mengatakan ke dia secara langsung jika dia tidak kerasan dengan keberadaan Vanka di sekitarnya itu. Apalagi setelah ucapan terakhir yang mengatakan 'jangan banyak berharap'.

Menurut Vanka perkataan Kakaknya itu menyimpulkan jika dia memang selalu saja menggangu Kak Lisya dengan kedekatannya oleh banyak anggota keluarga lainnya. Memang Vanka tidak berharap, tapi setidaknya apabila Vanka masih saja punya kedekatan dengan beberapa anggota keluarga ini. Kakaknya beranggapan jika dia masih berharap banyak dengan kedudukannya.

Memang Vanka mengiyakan jika dia masih belum bisa tidak berpisah dari keluarga intinya saja, dia merasa tertekan karena dia tau keadaannya yang katanya hanya sebatas urusan politik saja. Berarti kemungkinan dia akan berakhir menjadi anggota yang dikeluarkan karena dia punya masalah sudah menggangu Kak Lisya.

Tapi pertanyaan demi pertanyaan yang Vanka pikirkan itu membuatnya tidak yakin apakah dia bisa mengambil tindakan pasti antara dia mau mengajak bicara ke Mama mengenai apa yang sudah dia sengaja dengar saat malam sebelum natal tiba. Vanka belum terima dengan keputusan bersama nantinya. Apalagi mengetahui tentang masalahnya antara Kak Lisya yang sebenarnya.

Selama dia masih duduk dengan melihat kolam berisi ikan koi itu, dia mengetahui jika dia masih berada di sini dia tidak akan tenang. Maka dia pun beranjak menuju ke pelataran parkir di mana dia ingin mengetahui apakah Mama atau Papa ada di sana sekalian dia memasukan koper mini miliknya ke dalam mobil. Tapi, saat dia akan beranjak menuju ke luar pintu depan penginapan vila itu.

Sekali lagi dia melihat dua orang terdekatnya kali ini tanpa Mama sedang berada di luar dekat mobil punya Papa Haikal. Rupanya kedua Kakak perempuannya. Yaitu Syika dan Lisya sedang berada di belakang mobil, mereka rupanya sedang saling berbicara satu sama lainnya. Tanpa disadarinya jika Vanka juga ingin sekali menaruh barang bawaannya itu ke dalam mobil, dan kedua Kakak perempuannya itu sudah mendahuluinya.

Dan dirinya pun mendengar keduanya berbicara. Suara kedua Kakaknya memang tidak mudah didengarnya karena bunyi percikan air. Maka dari itu Vanka sengaja meninggalkan kopernya di daerah dekat pintu masuk dengan dirinya yang bersembunyi di arah menghadap ke mobil paling dekat dengan posisi di mana mobil milik Papa berada. Vanka tidak ingin ketinggalan satu pun berita baru yang mungkin akan dia dengar setelah ini. Walaupun dia takut dengan setiap kabar yang akan didengarnya itu, tapi dia memberanikan diri.

"Iya, dek. Kakak kemarin malem nggak bisa tidur. Kakak lagi mikirin banyak hal yang buat Kakak susah tidur. Tapi Kakak sudah bilang ke Mama kalau aku mau bicara lagi ke Mama nanti sore kalau kita sudah sampai di rumah. Kamu tau aja sih kalau Kakak nggak bisa tidur?" kata Kak Lisya yang didengar Vanka itu. Dia mengira jika kedua Kakaknya itu memang baru saja memulai percakapan mereka yang berarti mereka baru saja ada di sana tidak lama dari kedatangannya.

"Apa yang buat Kakak nggak bisa tidur kak? Aku nggak mau deh kak lihat kamu kayak gini terus. Hmm,, kan sebelum kita pergi liburan Syika sudah bilang ke Kakak. Kalau semua anggota keluarga belum bisa ambil suara buat bicara langsung ke Vanka sama masalah ini, berarti Kak Lisya juga punya waktu lebih banyak buat bisa meluangkan waktu luang lainnya. Apa Kak Lisya susah lihat keadaannya?" tanya Syika berbicara ke Kak Lisya. Percakapan kali ini didengar oleh Vanka yang masih merasa bertanya-tanya apakah memang semua anggota keluarganya belum ada yang bisa mengajaknya bicara tentang dia dan Kak Lisya.

"Memang susah, Syika. Kak Lisya mau keluarga tau kalau Kakak memang tidak ingin diganggu Vanka. Tapi keluarga masih susah mau bicara secara lengkap ke Vanka. Jadi, pas lusa kemarin sore itu semuanya sudah memutuskan mau bicara ke Vanka setelah Vanka sudah cukup umur. Nyatanya mereka semua bisa ngertiin keadaan Vanka. Tapi memang sih, menurut Kakak kalau Vanka sudah harus terima kenyataan masalahnya kayak gimana menurutku itu juga terlalu sulit buat dia. Tapi setidaknya keluarga juga lagi sulit juga buat bisa bicara ke Vanka. Mana ada sih yang mau bilang ke Vanka kalau selama ini mereka selalu menilai Vanka yang selama ini salah? Nggak akan ada, Syika," ujar Kak Lisya ke Syika. Dan membuat Vanka masih belum beranjak dari tempat menguping sementaranya. Dia masih belum habis pikir dengan apa sebenarnya pihak keluarga, sudah menilai dia selama ini yang salah.

"Aku sudah tau juga dari lusa kemarin malam pas Kakak cerita ke Syika gimana hasil obrolan Kak Lisya sama semua anggota keluarga berumur. Kak Lisya sudah bilang itu. Dan yang sekarang Syika pikirin adalah gimana nasib Kak Lisya kedepannya. Kalau nggak ada pihak keluarga yang memang masih belum mau ambil tindakan buat kasih tau Vanka secara langsung, berarti cara lainnya yang tersisa adalah dengan kasih tau ke Vanka apa saja salahnya selama ini ke kamu kak," kata Syika yang mengatakan jika tidak ada jalan lainnya selain memberitau apa kesalahan Vanka selama ini. Saat itu juga Vanka mengernyit tidak mengerti. Dia bingung apa kesalahannya selama ini, tapi perasaannya itu belum habis ketika kedua Kakaknya itu masih belum selesai berbicara.

"Nggak segampang itu, Syika. Apa kamu nggak tau kalau selama ini semua pihak keluarga hanya merasa jika aku yang selama ini benar, tapi kenyataannya memang Kak Lisya benci dengan keberadaan Vanka. Mereka mengecap Vanka yang benci dengan Kak Lisya, tapi nyatanya aku yang benci dengan Vanka. Dan masih banyak hal lainnya yang kakak nggak mau Vanka tau, Syika," jawab Kak Lisya yang mengatakan jika tidak semudah itu dia bisa memberi kabar ke Vanka. Sedangkan Vanka mulai mengerti jika Kak Lisya tidak bisa memberitau ke dia kalau Kakaknya itu yang tidak disalahkan oleh pihak keluarga. Tanpa Vanka tidak tau mengapa alasan pasti sebenarnya.

"Yah, Kak. Aku juga sebagai salah satu anggota keluarga ini dan adek perempuan kamu. Aku ngerasain juga apa yang Kakak rasain. Tapi aku mau Vanka tau kak kenapa sih kok aku sama anggota lainnya selalu anggap kamu yang baik, Kak. Kehadiran Vanka di keluarga ini hanya sebatas karena memang kita mau kasih dia tau gimana tentang kehidupan real yang Kak Lisya idamkan dari dulu. Dan tugas Vanka hanya sebatas dia tau Kak," kata Syika memberikan harapan kepada Kak Lisya. Dia berharap Kakaknya tidak akan mudah merana dengan keputusan banyak keluarga lainnya, yang belum bisa mengajak Vanka bicara baik-baik demi kebaikan Lisya.

Tapi saat itu Vanka pun malah merasa terpukul saat itu juga. Dia mendengar dari Kak Syika yang berbicara ke Kak Lisya. Kalau ternyata keberadaan Vanka hanya sebatas untuk mengetahui kehidupan yang Kak Lisya mau. Mendengar itu, Vanka masih saja menata semua hal yang didengarnya baru-baru saja ini.

Dia ada di keluarga bersama dengan Kak Lisya karena pihak keluarganya ingin dia tau apa yang diinginkan Kakaknya. Dan pihak keluarganya malah belum bisa mengajaknya berbicara, karena hal yang dia tau mereka menyalahkan Vanka dari Lisya. Sesaat Vanka ingin masih menerima beberapa informasi lainnya, dimana dia mungkin saja bisa mendengar hal lain yang pasti. Seperti apa sebenarnya kesalahannya itu? Tapi keadaan malah hening sesaat bersamaan Vanka berpikir saat itu. Dan kemudian Kak Lisya kembali mengatakan sesuatu hal lainnya ke Kak Syika.

"Aku nggak bisa meminta lebih dari apa yang sudah kamu pahami dari masalah Kak Lisya sama Vanka, Syika. Kakak nggak berharap minta lebih tentang gimana kamu sama banyak keluarga lain punya komitmen kayak gitu tentang masalahku sama Vanka. Iya, Kakak senang banget kamu nilai Vanka sebagai salah satu keluarga kita yang ganggu, Kak Lisya. Apalagi kamu bilang juga kalau sewaktu-waktu Vanka akan tau tentang keberadaannya juga. Jadi, Kakak mau bilang makasi ya, Syika," kata Kak Lisya yang saat itu mengatakan rasa terimakasihnya ke Syika.

"Iya, Kakak. Aku nggak mau Kak Lisya yang sudah tau kalau masih ada Vanka jadi ngerasa nggak bahagia. Kak Lisya punya segudang kebahagiaan lainnya. Dari keluarga yang sebenarnya nilai Kak Lisya yang baik. Juga apa yang Kak Lisya punya selain itu semua. Masa depan Kakak masih panjang, Kak. Dan itu lebih penting dari gimana Kakak harus ngerasain sulit kalau ada Vanka di sekitar Kakak. Dia memang ganggu, tapi Kak Lisya yang selama ini diharapin sama semuanya," saat itu Kak Syika mengajak Lisya menjadi lebih ringan daripada apa yang kemarinnya dia rasakan sebelumnya.

Saat itu Vanka tau jika keduanya sudah saling selesai berbicara. Lebih tepatnya karena Vanka sedang menguping dia pun kembali beranjak secepatnya menuju ke arah pintu masuk di mana ada kopernya yang ditaruh di sisi samping pintu masuk di sana. Selanjutnya dia pun menggeret kopernya lebih masuk ke dalam pendopo utama. Saat itu dilihatnya Bude Wuni sedang memberikan kunci penginapan vila itu ke pemiliknya. Dan semuanya yang ada di pendopo utama itu mulai keluar secara bersamaan dengan membawa koper mereka masing-masing.

Disaat mereka semuanya saling bersalaman satu sama lainnya. Di saat itu juga secara bersamaan kedua Kakaknya kemudian datang ke dekatnya. Mereka tidak tau jika Vanka memdengar percakapan keduanya sebelumnya. Tapi, keduanya pun sesibuk dengan semua anggota keluarga lainnya yang saling bersalaman dalam rangka perpisahan di sesi liburan awal tahun baru 2008 saat ini.

Tidak terasa jika ternyata saat itu semuanya sedang menatap Lisya yang saat itu juga masih bersalaman dengan banyak pihak keluarga lainnya. Dia pun tersenyum penuh dengan perasaan yang tidak bisa ditebak Vanka sebelumnya juga. Entah mengapa dia merasakan jika Lisya itu sedang melakukan perpisahan dengan banyak anggota keluarga yang menyayangkan keputusan mereka pula. Vanka mengerti itu adanya, karena dia bisa melihat dari air muka semua keluarga yang ada di sana.

Tapi saat dia ingin mencoba bertanya lagi atas apa yang sudah didengarnya beberapa waktu yang lalu itu, jika semua keluarga menyalahkan dia dari Lisya. Vanka tidak bisa lagi memfokuskan dirinya untuk menebak apa yang sebenarnya dirasakan oleh seluruh keluarganya. Dan lainnya dia pun juga merasa semua pemikirannya memudar saat itu juga. Vanka seperti halnya orang yang bodoh saat itu.

Entah mengapa saat itu dia tidak bisa menggunakan kecerdasannya untuk memutar balik keadaan agar semuanya mau mengajaknya bicara saat itu. Tentu Vanka berpikir saat itu dengan pemikiran pendeknya. Dia tidak tau jika tidak mungkin semuanya akan mengajak dia bicara dengan leluasa atas masalahnya dengan Kak Lisya.

Setelah semuanya sudah saling bersalaman untuk berpisah, kemudian keadaan kembali lagi ke keadaan semula. Saat itu Vanka hanya bisa mengekor dari belakang. Dan dia pun merasa dengan kecewanya dia hanya bisa melihat dia yang tidak diharapkan hanya bisa mengikut dengan keluarganya yang juga sebenarnya tidak menyukai dia.

下一章