Ruang Tengah Keluarga Haikal Prasatya terlihat lebih ramai dari biasanya. Dan di ruangan itu selebihnya ada tiga manusia disana yang kesemuannya berjenis kelamin wanita.
Mereka adalah Mama Rina berserta dua anaknya yaitu Lisya dan Syika. Malam natal memang akan dilewatkan beberapa waktu mendatang. Walaupun sekarang adalah malam natal, akan tetapi keluarga kecil Haikal tanpa kehadiran Papa yang masih sibuk dengan kerjaannya meeting di dalam ruang kerja yang terdapat tidak jauh dari ruang Kamar Tidur Utama di lantai dua.
Yang menjadi sebab mengapa ketiganya menyempatkan untuk berkumpul di ruang santai. Dan menyisakan ketiga sisa anggota keluarga yang sibuk sedang berbicara.
Namun arah obrolan mereka terurai ke perbincangan cukup sensitif. Mengenai Vanka. Anak bungsu dari ketiga bersaudara ini memiliki masalah hubungan dengan keluarga Haikal.
Dia, keberadaannya tidaklah diterima cukup untuk bisa mereka bertiga hargai sama seperti mereka menghargai ketulusan hubungan anggota keluarga kecil Haikal lainnya. Yang sarat dengan adanya persamaan perasaan mereka bertiga kepada Vanka.
Malam natal di tahun ini, adalah malam dimana mereka menginginkan keputusan yang mereka sudah hadapi untuk segera diklarifikasikan ke Vanka. Sepertinya mereka lelah harus berlama-lamaan mengarungi kehidupan dimana mereka sendiri tidak mengharapkan keberadaan Vanka di sisi mereka.
Akibatnya semua anggota keluarga pun memutuskan agar Lisya, sebagai Kakak tertua agar menelefon Vanka agar dirinya bisa cepat pulang dari kegiatan shopping nya. Mereka bertiga merelakan Vanka untuk memakai kartu debit keluarga dan pergi berbelanja hanya karena mereka butuh waktu untuk bisa menyelesaikan masalah ini.
Iya. Mama Rina, Lisya dan Syika sedang merencanakan untuk mematangkan perasaan mereka, mengambil tindakan agar Vanka bisa mendengar apa yang mereka bicarakan di salah satu ruang santai yang ada di dekat ruang tamu.
Sehingga memungkinkan Vanka agar dirinya bisa mendengar perbincangan ketiganya. Pohon natal yang tersedia di ruang tamu, juga bisa digunakan untuk mempermudah agar Vanka bisa mendengar lebih lama selain dirinya langsung menerobos masuk ke ruang santai.
Lisya yang mengetahui jika adiknya, Vanka akan menuju ke rumah keluarga Haikal dalam kurun waktu dua puluh menit lagi itu mengatakan kepada Mama dan adiknya Syika jika dalam percakapan yang Lisya sudah akhiri itu mendapat kepastian jika Vanka akan datang dalam waktu dua puluh menit lagi.
"Ma, Vanka akan datang tepat nanti jam dua siang. Dua puluh menit lagi dia akan pulang. Apa Mama setuju ingin memberitau Vanka di malam natal kali ini. Karena kita sebelumnya belum membicarakan gimana setelah Vanka mendengar percakapan kita nantinya," ujar Lisya, dengan perasaan was-was pula dia memberanikan dirinya agar bagaimanapun hidupnya tidak terjerat oleh pengaruh keberadaan adiknya, Vanka.
"Apa yang kita semua pilih selalu ada resikonya, Lisya. Setidaknya kita sudah berusaha untuk keadaan dan kebaikan kita sendiri. Tidak memungkinkan membiarkan Vanka masih belum tau mengenai keberadaannya. Memikirkan itu saja sudah membuat Mama khawatir dengan nasib kita kedepannya," Kata Mama Rina memberi saran yang menurutnya adalah hal wajar.
"Iya, Syika juga setuju dengan Mama. Gimana kalau kita mulai bercerita mengenai perihal paling kecil. Mungkin membicarakan mengenai kehidupan sekolah Vanka yang sangat tidak bersemangat, ada sedikit peluang kita membahas jika Vanka memang tidak disegani oleh banyak orang. Bilang saja jika Vanka sangat menyombongkan dirinya dengan kedudukannya. Dan kita bisa memberi tanggapan jika kita juga menganggap Vanka sudah sombong sebagai salah satu anggota keluarga Haikal," salah satu anak Mama kedua bernama Syika menerangkan akan hal paling sederhana untuk memulai memberitau Vanka akan keadaan orang disekitarnya yang memang tidak menyukai Vanka, nanti jika waktunya tiba.
"Menurut Mama tidak apa-apa kalau kita menyinggung sedikit rahasia keluarga kita, kalau Vanka dilahirkan tanpa keinginan semua orang yang dia kenal. Dia adalah anak haram yang dilahirkan karena permainan politik keluarga kita. Nanti Mama akan jelaskan saat tiba waktunya Vanka sudah datang," kata Mama benar-benar ingin agar Vanka bisa mengerti apa gerangan yang timbul di keluarga ini dan memiliki hubungan dengan keberadaan Vanka.
"Tapi Ma, apa Mama mau mengatakan dengan yakin jika Lisya adalah penyebab utamanya? Lisya tidak bisa melihat bagaimana nantinya jika harus dihadapi dengan kenyataan kalau Vanka tau apa maksud dari perbincangan kita nanti. Lebih baik Mama iyakan saran Syika, Ma," kali ini Lisya beradu mulut dengan Mama.
Mengerti jika Vanka yang sudah tumbuh besar pasti punya kekuatan berpikir yang lebih dari dia sebelumnya. Apalagi jika ini mengenai hal berbau politik keluarga dimana Lisya lah yang merupakan pemeran utamanya.
"Ma,, Syika yakin Vanka yang mendengar sedikit kata yang menyinggung dirinya, akan segera mengerti semuanya. Dan mungkin ada waktu lain yang bisa menjawab semuanya," kata Syika yang setelahnya beberapa menit kemudian ketika Mama masih belum bisa menentukan.
Tedengar suara derap kaki dari kejauhan dan sudah pasti bahwa Vanka sudah datang dari acara shopping nya tadi. Dan tidak lama kemudian bunyi pintu ruang tamu utama seketika sudah terdengar. Dari sisi lain ruang santai di dekat ruang tamu itu.
Vanka terlihat menenteng tas belanjanya serambi melihat jika pohon natal yang baru disemat sedari dia berada di luar rumahnya itu menjadi daya tariknya untuk menaruh hadiah yang dibelinya tadi di pusat perbelanjaan kota.
Mau tidak mau Mama pun langsung menyepakati dengan spontan apa pilihannya dari segi bahan pembicaraan yang akan dia beritakan. Suara Mama terdengar cukup lantang ketika itu pula Vanka yang masih mencopot sepatunya tersebut dan beranjak menuju ke pohon natal mulai mendengar percakapan tersebut.
"Mama sudah memutuskan, kita tidak bisa membohongi keadaan selamanya. Vanka harus tau keberadaannya di keluarga kita. Karena selama ini dia belum mengetahui apa yang sudah kita sembunyikan dari dia yang kita anggap anggota keluarga kita. Vanka tidak tau jika keberadaan dia di keluarga ini juga politik di dalamnya. Dan ini berhubungan dengan keluarga kita. Kalau Vanka sampai belum tau bisa jadi selamanya dia tidak akan mengetahui rahasia siapa sebenarnya dia dan masalah yang dia hadapi. Bisa-bisa keluarga kita menanggung beban karena dia tidak tau apa hal dibalik keberadaannya," Ucap Mama yang berbicara beberapa kalimat yang dia olah dari pemikirannya.
Mama tidak ingin berkata secara langsung dan tepat sasaran. Karena itu bisa saja membuat Vanka mengambil tindakan. Jika benar kalau dirinya bisa saja tidak terima dengan kenyataan dan akhirnya beralih mencari cara mengenai masalah Vanka sendiri.
Percakapan itu mencuat reaksi dari Vanka sendiri. Pandangannya terpaku saat pertama kali Mama mengatakan kalimat itu dari dia yang mendengarnya secara baik-baik. Vanka masih belum sadar sepenuhnya.
Dirinya belum menentukan apakah akan pergi dan bertanya selanjutnya ke ruang santai di sebelah ruang tamu dari lorong yang ada di pojok dari ruang tamu dan pohon natal yang berada di pojok sudut berlawanan dari lorong menuju ke ruang santai.
Ucapan Mama Rina menurutnya perlu untuk dia klarifikasikan bersama, namun sesaat itu Mama memotong keadaan Vanka yang memutuskan untuk berjalan menuju ke ruang santai.
"Bagaimana menurutmu, Lisya ? Apakah dalam waktu dekat kamu sudah memutuskan ? Apa kamu benar memilih agar semua keluarga menyembunyikan rahasia ini ke Vanka ?" tanya Mama Rina mengoper percakapan ke Kak Lisya.
"Lisya tau ini berat untuk Lisya sendiri. Tapi, sebaiknya Lisya akan menyembunyikan saja, Ma. Lebih baik jika Vanka tidak mengetahuinya," kata Kak Lisya terdengar bijak.
"Kenapa keluarga kita sungguh terlalu baik kepada Vanka, dia tidak mengetahui pasti jika dia tidak diharapkan di keluarga ini. Mama terlalu merasa jika Vanka menjadi beban buat kamu, Lisya. Tapi keluarga akan membantumu agar kamu aman dari keberadaan Vanka," kata Mama Rina.
Sesaat Lisya merasa jika omongan Mama berlebihan, karena sudah membobol Sebagian dari rahasia yang ada.
Jika Vanka tidak diharapkan di keluarga ini, begitu pula dengan ucapan jika keberadaan Vanka yang memberatkan dia. Lisya kembali terdiam, menandakan jika tugas Mama Rina, dirinya dan Syika telah usai.
Namun berbeda dengan Vanka yang mendengar itu, dia merasa jatuh dengan apa yang dikatakan oleh Mamanya juga oleh Kakaknya Lisya.
Dia memutar pikirannya, bagaimana cara dia bisa masuk ke ruang santai. Namun, sepertinya ruang santai kembali sepi saat Mama mengatakan akan memeriksa dapur karena nanti malam akan ada dinner keluarga inti Haikal.
Karena kedua kakaknya juga sudah pergi dari sana akhirnya Vanka memberanikan dirinya menuju ke kamarnya yang ada di lantai tiga tersebut, dimana kamar Vanka dan kedua Kakaknya berada di sana pula.
Dia mengetahui jika kedua kakaknya ada di pantry, sehingga dia pun mengerjab menuju ke kamarnya, melewati tangga. Dengan selamat, akhirnya Vanka sampai di dalam kamar.
Kali ini dengan seluruh badannya yang gemetar parah, serta dia memutuskan agar natal tahun ini dia lewati dengan alasan sedang tidak enak badan saja.
Baginya pun percakapan tadi, sungguh membuat dirinya jatuh. Dia tau benar inti dari apa yang Mama ucapkan.
Apakah benar jika semuanya sudah berpura-pura dibelakangnya dengan menjadi keluarga Vanka? Apakah ini hadiah natal Vanka ditahun ke-15 ini? Sungguh memilukan.