Di ruangan penyidik semua tim kekerasan dan pembunuhan mengamati Siti. Lalu Pak Saleh memutuskan Arya untuk mengintrogasinya, dan semua hanya menunggu dan mengamati dari luar kaca. Arya dengan membawa dokumen tentang identitas siti masuk ke dalam.
"BRAK..." Arya melempar dokumen di atas meja. Membuat Siti kesal melihatnya.
"Sekarang jawab pertanyaan saya dengan jujur!" tegas Arya kepada Siti.
"Siti apa yang kamu ketahui tentang kasus pembunuhan Rohani?" tanya Arya duduk sambil mengamati perilaku Siti yang dingin.
"Aku tidak tahu mengenai itu," bantah Siti duduk menyamping tidak suka dilihat seperti itu oleh Arya.
"Jangan bohong! Perilakumu berubah saat Adamma menanyai barang-barangmu yang bermerk," ucap Arya mencoba lebih sabar lagi mengatasi Siti.
"Itu barangku, tidak ada hubungannya dengan Siti," jawab Siti tidak mau bekerja sama dengan polisi.
Arya melihat keluar jendela, lalu Pak Saleh melambaikan tangan, meminta Arya keluar menghentikan proses introgasi.
"Dia tidak mau mengaku," ucap Arya menutup pintu.
"Pak boleh aku mencobanya," pinta Adamma kepada Pak Saleh.
"Boleh, silahkan," jawab Pak Saleh.
Adamma masuk ke dalam, dengan niat akan membaca suara hati Siti. Semua melihat dari luar kaca, Adamma yang telihat tegas duduk di depan Siti.
"Sudah layak dia menjadi petugas," puji Rangga melihat Adamma.
"Tentu, petugas cantik seperti itu dimana harus mencari," jawab Rio yang terkesima melihat Adamma.
"Hustttt! Berisik," tegur Arya yang tidak suka Rio memuji Adamma.
Adamma mencoba menatap mata Siti, yang terus menjauhinya.
"Ada hubungan apa kamu dengan pembunuh," tuduh Adamma kepada Siti untuk membuat dia terpancing emosinya.
Siti diam saja, tidak ingin menjawab tuduhan yang di lontarkan kepadanya. Merasa takut dengan Adamma yang bisa menebak dirinya.
"Dimana tas dan barang-barang milik Rohani? Kenapa kamu membunuh Rohani? Apa karena ingin menjual organnya untuk membeli barang mewah," ceceran pertanyaan Adamma dengan banyak tuduhan kepada Siti.
Siti merasa tertekan, lalu menggebrak meja dan menatap Adamma.
"BRAK," Siti menggebrak meja lalu menatap tajam Adamma. "Aku tidak tahu apa yang kamu maksudkan," jawab Siti tersenyum licik pada Adamma.
Merasa berhasil Adamma bisa mendengar suara hati Siti yang berkata. "Ishhh… Sialan wanita ini. Mana dia katanya dia akan datang menolong, jika sesuatu terjadi kepadaku."
Lalu Adamma berdiri lalu mendekati telinga Siti untuk membisikan ucapan dari suara hati Siti.
"GUBRAK…" Siti jatuh dengan kursi yang sedang di dudukinya. "Si…s…Siapa kamu?" tanya Siti menatap Adamma dengan penuh ketakutan.
Semua yang melihat dari luar kebingungan dengan sikap Siti yang berubah takut kepada Adamma, tapi tidak dengan Arya yang sudah tahu tentang kemampuan Adamma.
"Pasti dia membaca suara Siti, sehingga dia ketakutan seperti itu." Batin Arya sambil melihat di balik kaca.
Tidak lama Adamma keluar dari ruang introgasi, dan tidak memberitahu apa yang dia ketahui.
"Kenapa dia takut seperti itu padamu?" tanya Pak Saleh ingin tahu. "Kamu berbisik sesuatu seperti apa kepadanya?" tanya lagi Pak Saleh penasaran.
"Entah aku pun tidak tahu, aku hanya menatapnya dan berbisik "kamu kan yang membunuh Siti" seperti itu komandan," jelas Adamma berbohong kepada Pak Saleh.
"Memang kamu yang terbaik," puji Rio mengacungkan jempol pada Adamma.
"Terbaik apanya, buktinya Siti masih tak mau mengaku," ucap Arya kesal lalu meninggalkan ruangan.
"Sudah… sudah!" Pak Saleh menghentikan keribuatan yang terjadi. "Sekarang waktunya bagi tugas," Pak Saleh melihat anak buahnya, kecuali Arya yang sudah keluar meninggalkan ruangan.
"Rio dan Rangga pergi ke rumah Siti. Angga dan saya pergi ke tempat kerja Siti untuk mencari tahu tentangnya. Adamma sebaiknya kamu susul Arya," perintah Pak Saleh kepada anak buahnya.
"SIAP KOMANDAN!" Tegas semua tim kepada komandannya.
Baru saja mau pergi, dua petugas polisi datang. Sesuai instruksi Pak Saleh.
"Bawa dia ke sel," perintah Pak Saleh kepada dua petugas polisi jaga.
Setelah itu mereka pergi, dan membiarkan dua polisi jaga mengambil alih Siti untuk di bawa keruang tahanan. Adamma memencar sendiri memasuki ruangan tim, untuk mencari Arya disana.
"Hei ada apa denganmu," sapa Adamma melihat Arya yang sedang duduk memainkan bolpoin.
"Tidak," jawab datar Arya.
"Lebih baik sekarang, sekarang kita pergi ke suatu tempat," ajak Adamma menarik lengan Arya.
"Mau kemana?" tanya Arya ingin tahu dengan melihat wajah Adamma.
"Ada kamu pasti akan menyukainya jika ikut bersamaku," jawab Adamma penuh misteri tersenyum ke arah Arya untuk meyakinkannya.
Setelah sepakat mereka pergi menaiki mobil Arya, untuk pergi ke suatu tempat yang di tuju oleh Adamma.
Di departemen store, Pak Saleh dan Angga baru saja tiba dan langsung menemui manager departemen store di ruangannya Pak Mus yang sebelumnya juga menyapa Adamma dan Arya.
"Duduk Pak," pinta Pak Mus kepada kedua detektif.
"Saya kesini untuk mengetahui dengan jelas Siti dan Rohani, karyawan anda," ungkap Pak Saleh memberitahu maksud kedatangannya sambil melihat Angga yang siap untuk mencatat. "Oh ya saya hampir lupa memperkenalkan diri saya Saleh, dan ini tim saya Angga," lanjut Pak Saleh memperkenalkan diri.
"Iya saya sudah tahu maksud kedatangan kalian, saya Musidik manager disini," ucap Pak Mus memperkenalkan dirinya. "Saya hanya tahu kedekatan Siti dan Rohani, mereka memang selalu beesama jika kedapatan satu shift. Sedangkan kalau berbeda shift Rohani itu tertutup, sehingga dia tidak memiliki teman, selain Siti. Kalau Siti sendiri dia biasa saja, itu yang saya tahu," jelas Pak Mus kepada polisi.
"Ada lagi yang bisa anda informasikan kepada kami?" tanya Pak Saleh melihat Pak Mus.
"Hem. Ini tentang Siti, sudah beberapa bulan ini, dia sering menelepon seseorang. Lalu memakai barang mewah, serta pamer kepada staff yang lainnya, tapi yang saya curigai gajinya kecil, tapi bagaimana dia bisa membeli barang mewah tersebut," lanjut Pak Mus kepada Pak Saleh.
"Boleh kami memeriksa loker milik Siti dan Rohani?" ijin Pak Saleh.
"Boleh, kalau begitu mari saya antar," jawab Pak Mus dengan sikap profesional.
Mereka pergi untuk keluar dari ruangan Pak Mus, beralih ke loker karyawan. Disana Pak Mus mengambil kunci cadangan, lalu membuka loker milik Rohani.
"Silahkan Pak di periksa," ucap Pak Mus yang sudah membuka loker milik Rohani.
Di sana Pak Saleh hanya menemukan baju seragam milik Rohani, dan dia menemukan buku diarynya. Lalu memasukkan dalam kantong plastik bukti.
"Saya akan membawa ini," ucap Pak Saleh kepada Pak Mus.
"Baik Pak silahkan," jawab Pak Mus bersikap sopan kepada Pak Saleh.
"Dimana milik Siti?" tanya Pak Saleh dengan memberikan kantong bukti kepada Angga yang sibuk mencatat.
"Ada disana Pak, mari ikuti saya," pinta Pak Mus berjalan lebih dulu dan di ikuti Pak Saleh dan Angga di belakangnya.
Sampai di loker milik Siti yang sangat ramai dengan tempelan stiker yang sangat cerah, terlihat seperti orang yang bahagia dengan hidupnya.