"Kamu masih ingin menjadi wanitaku? Apakah tidak cukup penderitaan yang kamu rasakan?"
Wanita ini benar-benar tidak takut mati.
Christian memandang Ella dan mengangkat tangannya kembali ke leher Ella. Namun kali ini, sentuhan itu teramat lembut. Ia membelai leher yang lebam itu dan menyesali kekejamannya terhadap wanita ini.
Ia terlalu gelap mata saat membayangkan wanita di hadapannya itu tidur bersama dengan pria lain.
"Penderitaan?" Ella tertawa dengan suara rendah seolah ia baru saja mendengarkan sebuah candaan. "Christian, selama ini, aku hidup dengan makan penderitaan."
Ella masih ingat betul semua yang terjadi di rumah sakit jiwa.
Ia harus berjuang dan menelan semua penderitaan untuk bertahan di tempat seperti itu. Ia harus berusaha agar tidak kehilangan akal sehatnya di tengah perjalanan.
Lima tahun ketika kehidupannya jauh lebih buruk dari kematian telah berlalu.
Sekarang, apa yang perlu ia takutkan?
Yang ia takutkan hanyalah tidak memiliki kesempatan untuk membalas dendam.
Tekad di mata Ella seolah menenggelamkan Christian. Ia menggendong Ella dari lantai dan membaringkannya di atas sofa dengan lembut. "Kita lihat kemampuanmu nanti."
Cahaya di ruangan itu berkedip dengan redup. Namun, kegelapan ruangan itu tidak bisa membendung gairah mereka berdua.
Mungkin karena sudah beberapa hari Ella menghilang tanpa jejak dan tanpa kabar, membuat Christian menjadi sangat kejam hari ini.
Beberapa kali Ella tidak bisa menahan dirinya dan ingin meminta ampun pada Christian. Tetapi saat memikirkan kata-kata pria itu sebelumnya, akhirnya ia hanya bisa menelan kembali kata-katanya itu.
Satu-satunya yang bisa Ella gunakan untuk mencapai keinginannya adalah dengan tubuhnya. Ia harus mencapai tujuannya dan membuat Keluarga Maheswara menyesali apa yang mereka lakukan padanya!
Tidak tahu berapa lama waktu yang mereka lewati untuk bercinta, tidak tahu berapa kali mereka saling bertukar keupasan. AKhirnya, Christian berhenti.
Ella ingin mempertahankan kepercayaan dirinya dan mengatakan pada Christian bahwa mereka adalah pasangan yang paling cocok. Tetapi belum sempat ia membuka mulutnya, ia sudah tertidur kelelahan.
Tubuhnya tenggelam dalam sofa, dengan keringat bercucuran di wajahnya. Namun, dalam tidurnya sekali pun, keningnya tetap berkerut seolah hidupnya tidak bisa tenang.
Tatapan Christian tertuju pada wajah Ella dan kemudian bergerak ke arah lehernya.
Lebam yang ada di leher Ella terlihat semakin jelas.
Tanpa sadar, Christian mengerutkan keningnya. Ia ingin memakai kembali pakaiannya dan mencari obat untuk memar di leher Ella, tetap tangan Ella menggenggam tangannya dengan erat. Saat ia berniat melepaskannya, kerutan di keningnya akan terlihat semakin dalam.
Saat memandang wajah Ella, Christian merasakan perasaan aneh. Perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Akhirnya, ia menggunakan pakaiannya kembali tanpa melepaskan genggamannya pada Ella dan menutupi tubuh Ella dengan pakaiannya. Setelah itu, ia memanggil manajer bar dan memintanya untuk membelikan obat.
Saat manajer itu mengetuk pintu dan masuk, ia melihat Christian sedang mendekap Ella. Di mata pria itu terlihat sedikit jejak kekhawatiran yang tidak berhasil ia tutupi dengan sempurna.
Hal itu membuat sang manajer tertegun.
Sudah beberapa kali Christian datang ke barnya dan sudah beberapa kali pula ia melayani Christian secara langsung. Tetapi baru kali ini ia melihat Christian menunjukkan ekspresi seperti itu.
Memang benar dugaannya sebelumnya, Ella berbeda di mata Christian.
Saat mata manajer itu beralih ke arah Ella yang berada di pelukan Christian, Christian langsung menyapunya dengan tatapan dingin. "Lupa dengan aturan yang aku berikan?"
"Tidak!"
Manajer itu merasakan keringat dingin mengucur karena ketakutan. Ia segera memberikan salep yang Christian minta dan pergi dari tempat tersebut.
Setelah manajer itu pergi, Christian langsung memandangi salep yang ia dapatkan dan membaca semua petunjuk yang ada di kemasannya. Setelah memastikan bahwa salep itu memang diperuntukkan lebam, ia langsung membukanya dan menggunakannya pada lebam di leher Ella.
Ia tahu bahwa lebam itu pasti terasa sakit sehingga ia berusaha untuk memberikan obat tersebut selembut mungkin.
Efek dingin dari salep tersebut membuat Ella merintih. Christian langsung menghentikan pergerakan tangannya. Saat menyadari bahwa Ella tidak menunjukkan tanda-tanda terbangun dari tidurnya, ia melanjutkannya kembali.
Setelah mengobati lebam di leher Ella, barulah hati Christian terasa lebih tenang.
Meski demikian, penyesalan tetap tidak bisa hilang dari hatinya.
Tiba-tiba saja, ia merasa kesal dan melemparkan salep yang dipegangnya itu.
Mengapa ia harus bersikap lembut pada wanita yang tidak setia kepadanya ini?
Ella terlihat berusaha keras untuk mendapatkan hatinya dan terus mendekatinya, tetapi ia malah mencari pria lain di tempat seperti ini.
Saat memikirkan hal ini, ia merasa dirinya jatuh ke dalam api kemarahan. Ia menarik tangannya yang digenggam oleh Ella, tanpa peduli apakah wanita itu akan terbangun atau tidak.
Ia memakaikan baju Ella dan memanggil bar itu sekali lagi.
Manajer tersebut tidak tahu apa yang Christian inginkan. Tetapi ia tahu betul kalau ia tidak bisa melawan Christian. Jadi ia bergegas naik ke lantai atas dan memasuki ruangan Christian.
"Tuan, ada apa?" katanya sambil membungkukkan tubuhnya dengan penuh hormat.
"Sudah berapa lama wanita ini bekerja di sini?" tanya Christian dengan tenang sambil melirik ke arah Ella.
"Empat hari," jawab manajer itu dengan jujur.
Ekspresi di wajah Christian terlihat semakin tidak sedap dipandang. Itu artinya, Ella bekerja di tempat ini, di hari yang sama saat ia meninggalkan hotel?
Apakah karena Christian menolaknya sehingga Ella mencari 'rumah' yang lain?
"Apakah ia berhubungan dengan banyak pria?"
"Itu …" manajer bar tersebut tidak tahu harus menjawab apa.
Ella bekerja di tempat ini. Mana mungkin ia tidak berhubungan dengan banyak pria?
Saat ia mempertimbangkan jawabannya, ia bertanya pada Christian untuk memastikan. "Berhubungan dalam konteks apa yang Tuan maksud?"
Namun, sepertinya pertanyaan itu adalah sebuah kesalahan besar karena tiba-tiba saja ruangan itu terasa mencekam.
Manajer bar tersebut segera berkata, "Menjadi seorang pelayan, tentu saja ia akan berhubungan dengan banyak orang. Tetapi Ella selalu menjaga dirinya tetap bersih. Ia tidak pernah setuju dengan permintaan yang melampaui batasannya selama ia bekerja. Tuan tahu sendiri bahwa kecantikan Ella bisa membuat banyak pria menginginkannya, tetapi …"
"Apakah aku memintamu untuk menjelaskan sebanyak itu?" meski mulutnya tajam, ekspresi di wajah Christian terlihat jauh lebih tenang dibandingkan sebelumnya.
Kalau Christian tahu bahwa Ella berhubungan dengan pria lain, ia tidak akan pernah memaafkannya.
Tetapi kenyataannya, Ella benar-benar berada di tempat ini hanya untuk mencari nafkah.
"Apa yang ia kerjakan di sini?"
Semakin lama, manajer itu semakin gemetaran. Ia menjawab dengan suara pelan. "Ia menerima dan mengantarkan pesanan, menuangkan anggur untuk para tamu dan sebagainya. Bukan pekerjaan yang berat."
"Baiklah."
Christian mengangguk dan melepaskan jasnya. Ia menyampirkan jas itu di tubuh Ella. Sambil menggendongnya, ia berjalan keluar dari ruangan tersebut.
Manajer itu terlihat keheranan hingga dagunya hampir saja terlepas dari rahangnya.
Tidak pernah sekali pun Christian membawa wanita pulang dari bar ini. Kalau ia boleh berkata jujur, Christian sangat jijik dengan wanita-wanita kotor yang bekerja di tempat ini.
Walaupun ia tidak berada di dalam ruangan dan hanya masuk ke dalam ruangan tersebut saat Christian memanggilnya, mana mungkin ia tidak memahami apa yang terjadi di dalam.
Sebenarnya, mengapa Christian menanyakan semua ini? Apa hubungan mereka berdua?
Manajer tersebut tidak memahaminya dan tidak berniat untuk mempertanyakannya lagi. Ia mengikuti Christian keluar dari ruangan tersebut.
…
Saat terbangun dari tidurnya, Ella melihat lampu kristal yang menyala dengan sangat indah di atas kepalanya.
Ia sedang berada di hotel.
Saat menyadari hal ini, ia langsung bangkit dengan terburu-buru.
Bukankah ia berada di bar kemarin? Setelah itu, Christian memintanya untuk datang ke ruangannya dan kemudian …
Ia berpikir dengan keras dan menepuk pipinya, seolah ingin memastikan apakah ini mimpi atau kenyataan.
Christian berjanji akan menjadikan Ella sebagai wanitanya!