webnovel

Diterima Dengan Baik

Diva tersenyum menatap keseluruhan keluarga Kenzo yang banyak, entah memang ada pertemuan atau apa di meja makan ini penuh dengan orang-orang yang menatapnya dengan tatapan yang berbeda.

"Mari kita makan!" Suara tegas itu terdengar dari meja paling ujung meja sebagai pemimpin yang Diva ketahui bernama Caesar papa Kenzo.

Dia menatap lelaki di hadapannya yang sedari tadi tak henti menatapnya, Diva hanya tersenyum tipis merasa risih pada lelaki itu.

Kenzo yang sedari tadi melihat saudara sepupunya yang terus memperhatikan Diva lantas menatapnya tajam, dia mengangkat pisau steaknya dia arakan pada lelaki itu membuatnya langsung menunduk takut.

Acara makan-makan sudah selesai, mereka semua berbincang kecil membahas hubungannya dengan Kenzo, sedikit gugup namun Diva meyakinkan pada dirinya jika dia bisa.

"Kalian pacaran sudah lama?" Pertanyaan itu berasal dari mama Kenzo, wanita cantik yang nampak lemah lembut itu.

"Em---"

"Dua tahun, ma." Kenzo menyahut membuat Diva langsung menatapnya sinis. Apa dia bilang tadi dua tahun? iya dua tahun adalah perjanjian kontrak pernikahan kita.

"Wah, sudah lama ya. Tapi kenapa hari-hari kemarin wanita-wanita seperti itu yang kau bawa kemari, Ken? kenapa tidak dia?" Itu adalah pertanyaan dari Oma Kenzo.

"Wanita Oma? dia membawa wanita lain ke rumah ini? dan mengenalkannya sebagai calon istri?" Diva menjawab dengan nada kesal? dia seperti seorang kekasih yang marah saat mengetahui kekasihnya selingkuh.

"I-iya sayang." Oma membalas dengan ragu takut jika dia salah.

"Hiks, kenapa Kenzo jahat Oma. Pa-padahal Diva baru saja kembali dari luar negri, dia bilang dia mau menunggu Diva sampai pulang tapi kenapa dia mengenalkan wanita lain sebagai calon istrinya." Diva berakting sedih pura-pura menangis membuat Kenzo memutar bola mata malas.

Tapi akting dia bagus juga bisa menyelamatkan Kenzo dari pertanyaan-pertanyaan aneh orang rumah juga meyakinkan semua orang jika Diva benar-benar kekasihnya.

Diva menginjak kaki Kenzo dengan kesal, kenapa lelaki itu hanya diam tidak membujuknya. "Sayang kau benar-benar mengajak wanita lain dan mengenalkannya pada keluargamu, hiks." Diva menatap ke arah Kenzo dengan ekspresi sedihnya.

Entah kenapa Kenzo yang melihatnya malah geli sendiri, tapi untuk memperlancar aktingnya dia mengusap kepala Diva dan memeluknya untuk menenangkan gadis itu.

"Maaf." Kenzo berucap lirih, namun saat dia memeluk Diva dia membisikkan sesuatu pada gadis itu.

"Kau menggelikan!" bisik Kenzo.

"Berterimakasih lah karena aku telah membantumu!" sinis Diva.

"Sayang sudah jangan menangis, tapi kami tidak menerima para wanita yang di bawa Kenzo kemari karena kami merasa mereka tidak cocok dan bagi kami yang cocok itu kamu!" Mama Kenzo mendekat mengusap kilas pipi Diva dengan senyum manis di bibirnya.

"Memang kamu ke luar negri ngapain sayang?" Emeli, mama Kenzo duduk di sebelah Diva mengusap pelan bahu gadis itu.

"Diva di luar negri belajar tante, empat tahun Diva di sana mengenyam pendidikan kedokteran, untuk meraih gelar doktor spesial bedah."

Orang-orang di sana kagum mendengar ucapan Diva, mereka pikir Diva gadis biasa ternyata gadis cantik itu adalah sarjana kedokteran.

"Kamu sudah selesai wisuda sayang?"

"Sudah, kemarin Diva baru pulang tante, tante tahu Diva dapat penghargaan kelulusan terbaik seangkatan!" ucap gadis itu heboh, Diva sedikit menyombongkan dirinya agar tidak ada yang berani merendahkannya di sini.

"Wah hebat, tante nggak nyangka bisa punya mantu pintar seperti kamu? lantas apa kamu akan buka rumah sakit sendiri?"

"Em, kalau itu tergantung Kenzo sih tan. Kalau Kenzo mau ya Diva dengan senang hati mau buka rumah sakit sendiri!" ucap gadis itu dengan senyum manis ke arah Kenzo.

Apa maksudnya, gadis ini benar-benar. Belum-belum dia sudah ingin memerasku!

"Pasti Kenzo dukung dong sayang, sayang banget kan kalau sarjana kamu. Kamu anggurin gitu aja! atau kamu bisa bekerja di rumah sakit papa Caesar."

"Bisa kan sayang?" tanya Emeli pada suaminya.

"Bisa." Caesar membalas dengan singkat, dia hanya menjadi pendengar. Dia tersenyum saat melihat istrinya yang nampak sangat bahagia.

"Wah benarkah?" Diva tentu saja senang mendengarnya, meski dia belum mempunyai rumah sakit sendiri tapi di beri pekerjaan di rumah sakit besar tentu sudah menjadi kebanggan tersendiri untuknya.

"Makasih, om, tante." Diva tersenyum manis menatap keduanya.

"Kok tante sih, kan Diva calonnya Kenzo jadi harus panggil mama dong!" balas Emeli membuat Diva tersenyum.

"Makasih, mama." Diva lantas memeluk erat tubuh Emeli membuat wanita itu tersenyum, Emeli mengusap rambut panjang Diva dengan sayang.

"Jadi kapan kalian akan menikah!" Caesar ikut berbicara, itulah yang sedari tadi ingin dia katakan.

"Dua hari lagi, pa. Kenzo sedang mempersiapkan semuanya! kalian tenang aja, ya kan sayang!" ucap Kenzo pada Diva.

"Iya." Diva membalasnya dengan senyum paksa, malas sekali menikah dengan lelaki menyebalkan seperti Kenzo.

"Sudah malam, Kenzo antar Diva pulang dulu ya, ma." Kenzo bangkit membuat Diva ikut bangkit dia memeluk singkat tubuh Emeli.

"Diva pulang dulu ya, ma." Pamit Diva sopan, rasanya dia bisa melihat sosok ibu dari diri Emeli yang hangat.

"Padahal mama masih pingin ngobrol sama kamu!" ucap Emeli.

"Besok kita bisa ngobrol bareng lagi, ma. Besok mama anter Diva fitting baju pengantin kan!" Emeli dengan senang mengangguk.

"Iya, besok mama anter! mama akan pilihin baju yang bagus buat kamu, biar di pernikahan kamu nanti kamu terlihat seperti putri."

"Mama bisa aja!"

Setelahnya keduanya pergi setelah sampai di luar Diva segera melepas pelukannya pada Kenzo dia merasa malas berdekatan dengan lelaki menyebalkan itu.

"Pintar juga kamu mengambil hati orang tua saya!" ucap Kenzo setelah mereka sampai di mobil.

Diva tersenyum bangga, memang apa yang tidak dirinya bisa. "Diva, jangan di ragukan lagi. Dan saya harap Anda hati-hati!"

"Hati-hati kenapa?"

"Hati-hati jangan sampai Anda jatuh cinta pada saya!" ucap Diva dengan sombong. Kenzo berdecih mana mungkin dia akan jatuh cinta pada gadis gila seperti Diva.

"Selera saya bukan wanita sepertimu! jadi kau tidak usah kegeeran!" dengus Kenzo, Diva hanya mengangguk dia mendekatkan tubuhnya pada Kenzo lantas berbisik lirih tepat ditelinga lelaki itu.

"Saya hanya berkata hati-hati bukan, bukan berarti saya kegeeran. Memang siapa sih yang tidak jatuh cinta pada pesona saya, pesona seorang Diva!" Sombongnya.

"Cepat keluar! kau terlalu banyak bicara." Kenzo menunjuk keluar saat mobil telah berhenti tepat di halaman rumah Diva, gadis itu tersenyum tipis.

Cup

"Sampai jumpa esok hari calon suami Diva." Setelah mengecup singkat pipi Kenzo gadis itu langsung berlari masuk ke dalam membiarkan Kenzo yang mematung setelah mendapat kecupan dari Diva.

"Gadis itu benar-benar!" Kenzo dengan kesal menghapus bekas ciuman Diva di pipinya.

下一章