Sekali lagi Dhaiva memastikan name tag kecil di sisi kiri gaun merah maroon yang Ia kenakan itu terpasang benar. Meskipun sebenarnya agak menyusahkan sih, membuatnya jadi sedikit tidak nyaman memegang biolanya. Sudah satu jam lebih Dhaiva ada di auditorium, menunggu gilirannya tampil membawakan project musik akhir sekaligus uji kompetensi. Sudah sejak pagi juga Dhaiva nervous sendiri, mendadak demam panggung. Padahal sudah berkali-kali Ia tampil di depan publik seperti itu.
Melihat ke sekeliling auditorium, masih saja sepi. Hanya beberapa orang yang sudah datang, duduk di sayap bersebrangan. Pelatih yang akan menilainya bahkan belum datang. Mungkin Dhaiva memang berangkat terlalu pagi. Lalu di tengah kekosongan auditorium itu, Ia mencelos dalam hati. Harusnya ... ada Nalesha disini, karena Ia sudah berjanji. Tapi apa sekarang? Komunikasi dengannya pun bahkan tidak memungkinkan. Padahal, lebih dari siapapun saat ini, Nalesha yang masih paling Ia butuhkan.
在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者