Riko menatap Tiara dengan tatapan sedih dan mata sembab. Riko sangat sayang papa tante. Sekarang tidak ada lagi papa dan mama....
Tiara menarik Riko kedalam pelukannya. Iya sayang, Riko harus kuat agar papa bahagia di surga. Mama Riko pasti akan segera datang. Saat ini mama Riko pasti sedang sangat disibukan mengurusi semua tentang pemakaman papa Riko jadi Riko harus mengerti ya dan jangan bersedih lagi. Riko bisa bercerita ke tante kalau Riko sendih tante akan siap kapan saja kalau Riko mau cerita.
Riko mengangguk dalam pelukan Tiara.
"Sekarang agar kembali kuat kita harus mengisi tenaga kita dengan benar, hari ini tante Tiara minta mbok Surti masakkan nasi goreng buat kita berdua". Sebenarnya tante tidak tahu Riko suka apa tidak dengan nasi goreng,
"Nasi goreng?". Itu makanan kesukaan Riko
"Benarkah". Jadi tante ngak salah dong minta dimasakin nasi goreng sama mbok Surti.
Riko tersenyum. Nasi goreng mbok Surti enak. Setiap datang kamari aku selalu minta dimasakin nasi goreng.
"Kelihatannya Riko benar". Nasi goreng in terlihati sangat lezat, air liur tante hampir tumpah menciumnya aromanya saja. Krukkk…..perut Tiara dan Riko berbunyi hampir berbarengan. Tiara dan Riko tertawa cekikikan. Bukan hanya tente saja yang kelaparan rupanya, Riko juga kelaparan ya.
"Tante Tiara belum sarapan juga". Riko melihat dua piring nasi goreng yang dibawa masuk Tiara.
Tiara mengangguk. Tante bangun kesiangan jadi melewatkan jam sarapan tante.
"Tante Tiara sudah besar gini bisa bangun kesiangan, kalah sama Riko, di rumah papa selalu membiasakan Riko bangun sangat pagi". Pukul lima pagi Riko harus sudah bangun, jogging beberapa putaran kemudian sarapan, lalu belajar.
Tiara tersenyum malu.
Riko mulai menyantap nasi gorengnya. Tante Tiara bisa masak?.
Tiara mengeleng. Kalau cuma merebus air, masak mie instan atau jagung rebus tante bisa.
Riko mengeleng-gelengkan kepala kalau itu semua anak kecil juga bisa.
"Sepertinya tante memang ditakdirkan tidak bisa masak, karena masakan tante tidak ada yang enak seberapa banyakpun tante berlatih tetap saja hasilnya parah, tante hanya membuang-buang bahan makanan saja". Tiara melihat piring Riko yang hampir kosong. Riko masih mau nambah nasi gorengnya, ngak?.
Riko mengeleng. Aku sudah kenyang tante. Untuk tante saja
Tiara tersenyum senang melihat Riko yang menghabiskan makanannya. Mbok Surti pasti senang melihat piring kita berdua kosong. Tante bawa piring-piring kosong ini ke dapur. Riko tidak apa-apakan tante tinggal di rumah, hari ini tante mau keluar mungkin sedikit agak lama. Apa Riko mau tante belikan sesuatu?, atau Riko mau ikut bersama tante?.
Riko mengeleng. Tidak tante. Hari ini Riko cuma mau diam di dalam kamar, tante Tiara pergilah, Riko ngak apa-apa kok.
"Baiklah sayang, tapi Riko harus janji dulu sama tante untuk tidak menangis lagi".
Riko mengangguk patuh.
Tiara keluar membawa piring-piring kosong mereka.
Dante menarik Tiara yang baru saja menutup pintu kamar Riko.
"Kamu membuatku terkejut Tiara memegangi dadanya, untung saja piring-piring ini tidak melayang ke kepalamu". Tiara menatap Dante heran dan kenapa kamu masih disini?.
Dante melepas pegangannya dari tangan Tiara. Aku ingin melihat Riko sebentar sebelum pergi. Aku senang melihat kau bisa bergaul baik dengan Riko. Ternyata kau cukup berguna juga.
Tiara hanya mendengus mendengar perkataan Dante. Terima kasih atas pujiannya, sir. Lagipula hal itu tidak lah sulit, karena Riko anak yang manis dan ramah jadi aku mudah untuk mendekatkan diri pada Riko. Sebelum meninggal kakekmu memintaku menjaga dan menyayangi Riko jadi itulah yang coba aku lakukan. Apa masih ada yang ingin kau katakan?, kalau tidak aku mau ke dapur menyimpan piring-piring kotor.
Dante mengecup singkat bibir Tiara. Sekarang kau sudah boleh pergi.
"Dante…!". Tiara merona dengan sikap Dante yang seenaknya mencium bibirnya di depan para pengawal bermuka datar yang sedang berjaga di depan pintu kamar Riko.
"Apa!!?". Dante menatap Tiara kesal. Karena selalu berteriak membuat telinganya sakit
Tiara menunjuk pada para pengawal Riko.
"Biarkan saja mereka tidak usah kamu pedulikan". Tugas mereka berjaga disana. Aku perhatikan kau sudah kembali bersemangat?. Tiara mengigit bibirnya. "Hentikan itu Tiara!, apa kau berharap kembali ke kamar dan mengulangi permainan panas kita?" karena aku dengan senang hati membuatmu berteriak nikmat dibawah kendaliku.
Tiara mundur. Bersiap berlari cepat meninggalkan Dante
"Aku pergi sekarang!". Dante tersenyum karena berhasil mengonda Tiara
Tiara melongo dengan sikap Dante. Apa-apan itu tadi?. Apa barusan Dante pamit padaku?, bukankah_____aah sudahlah aku tidak peduli dengan bajingan itu.
*****
Ya ampun rumah ini jauh sekali dari jalan besar Tiara menyeka keringat dari keningnya". Mana jalanan sangat sepi, tidak ada satupun kendaraan yang lewat. Tiara terlihat kewalahan berjalan menuju halte bus terdekat. Setelah menunggu sepuluh menit bus yang Tiara tunggu datang. Tiara sedang membayangkan bagaimana setiap hari dirinya harus berjalan jauh dari kediaman Dante, setiap akan berangkat bekerja. Ooh my God memikirkannya saja sudah membuat kakiku pegal dan kepalaku sakit. Bagaimana aku akan menjalani hari-hariku kedepannya nanti. Tiara menghela napas panjang
"Kakak…!!!", teriak Anara yang menyadari kedatangan Tiara.
"Kalian baik-baik saja kan?". Tiara memeluk kedua adiknya
"Iya kak. Anara dan Kiara menjawab serentak.
Kakak naik apa kemari?, tanya Anara adik bungsu Tiara.
"kakak terpaksa naik Busway", karena uang kakak tidak cukup bayar ojek online.
Anara membawakan Tiara air mineral. Kakak terlihat kelelahan.
Tiara meminum air yang dibawakan Anara. Terima kasih sayang. Tadi kakak berjalan cukup jauh hampir setengah kilo untuk sampai ke halte bus terdekat, belum lagi bus yang kakak naiki penuh dan kakak tidak kebagian tempat duduk.
"Memangnya kakak menginap dimana semalam?", tanya Kiara penasaran. Apa kakak tahu kalau kakak membuat kami sangat khawatir semalaman. Kakak tidak pernah menginap tanpa memberi tahu kami dan semalam kakak tidak mengabari kami dan saat kami coba menghubingi phonsel kakak, ternanyata ponsel kakak juga tidak kativ. Itu membuat kami semakin cemas
Tiara menatap kedua adiknya dengan perasaan bersalah. Maafkan kakak ya, tapi kakak benar-benar tidak ada maksud membuat kedua adik kakak mencemaskan kakak. Apa orang yang menjemput kalian tidak mengatakan kakak dimana semalam?.
Anara yang menjawab. Orang yang menjemput kami hanya mengatakan kakak telah menikah. Apa berita itu benar kak?, tanya Anara penuh selidik.
Tiara mengangguk. Iya itu benar, kemarin kakak menikah dan itu semua diluar kendali kakak.
"Bagaimana bisa kakak menikah dan melupakan kami bedua?". Kak Tiara kejam kenapa kami harus tahu dari orang asing, aku dan Kiara kan adik-adik kakak, kenapa kakak tidak memberitahu kami?. lalu kenapa kakak datang seorang diri?, dimana suami kakak?.