Tiara berdiri gugup disisi kiri Dante. Pendeta tersenyum hangat pada pasangan pengantin yang tampak serasi.
Hari ini kita berkumpul untuk menyaksikan pemberkatan pernikahan pasangan berbahagia cucu Widanta Maksiwiliam Jaya yaitu Dante Maksiwiliam Jaya, bersama calon pengantinnya Tiara Lestari.
"Apakah ini mimpi?", bisik Tiara. Bagaimana mungkin bapak pendeta mengatakan kalau kita pasangan yang berbahagia?. Padahal saat ini aku sangat kebingungan terjebak dalam drama keluarga yang tidak pernah terbayangkan olehku akan ada aku didalamnya. Ini seperti lelucon mengerikan
"Diamlah Tiara", Dante menatap tajam Tiara
"Bagaimana bisa kau memintaku diam, hari ini secara tiba-tiba aku akan menikah, tanpa persiapan sama sekali, tidak satupun anggota keluargaku yang hadir menyaksikan dan tidak diawali dengan sebuah lamaran romantis". Bukan kah kau berhutang penjelasan panjang padaku, sir dan yang aku yakini tidak akan pernah ada penjelasan apapun darimu, bukan?.
Dante mencoba bersabar menghadapi Tiara. Tutup mulutmu. Aku tidak perlu menjelaskan apapun padamu, yang harus kau lakukan hanya menganggukkan kepalamu dan mengatakan "iya" saat pendeta bertanya".
"Hem…", Pendeta melerai pertengkaran yang sedang berlangsung antara dua mempelai. "Apa bisa kita mulai sekarang?, atau kami semua harus menunggu apapun itu yang tampaknya sedang kalian diskusikan dengan sengit".
"Tidak perlu, kami sudah selesai".
"Dante Maksiwiliam Jaya apa kau menerima Tiara Lestari sebagai istrimu baik dalam suka maupun duka dan berjanji selalu setia mendampinginya hingga maut memisahkan kalian".
"Ya", jawab Dante tanpa beban dengan nada datar. Tiara menoleh menatap Dante dengan perasaan kecewa. Tidak ada kesungguhan dalam suara Dante saat menjawab sumpah janji pernikahan mereka. Seakan pernikahan ini hanyalah sebuah kesepakatan tidak penting yang ingin cepat-cepat Dante selesaikan.
"Tiara Lestari apakah kau menerima Dante Maksiwiliam Jaya sebagai suamimu baik dalam suka maupun duka dan akan selalu setia mendampingnya hingga maut memisahkan!".
Tiara menatap pendeta dengan tatapan kosong. Apa yang aku lakukan pikir Tiara, bukan pernikahan seperti ini yang aku impikan pernikahan ini aku tidak tahu akan bertahan sampai kapan. Mungkin hanya sebulan atau hanya seminggu, ooh Tuhan apa yang harus aku lakukan aku harap ini hanyalah sebuah mimpi buruk. Aku tidak mau berdosa dengan mempermainkan sebuah ikatan suci yang aku ambil dihadapan pendeta.
"Tiara Lestari apakah jawabanmu nak!"
"Aku….",Tiara menatap kakek Dante yang sedang terbaring lemah di ranjang menyaksikan pemberkatan pernikahan mereka dengan tatapan teduh dan senyum tulus. Haruskan aku mengecewakannya atau mengambil resiko menjadi janda muda setelah ini. Tiara menarik napas panjang menghembuskannya perlahan. "Ya aku bersedia".
Tiara kembali menatap kakek Dante, tampak senyum bahagia dan air mata yang mengenang dimata tua itu, mata itu menunjukkan beribu emosi kebahagian. Setidaknya pengorbananku membahagiakan kakek Dante.
"Dante pasangkan cincin di jari manis istrimu begitu juga denganmu Tiara". "Baiklah dalam nama Bapa yang disurga, apa yang telah dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia, mulai sekarang kalian adalah pasangan suami istri, Dante kau boleh mencium istrimu".
"Dengan senang hati", Dante mengedipkan mata sebelum melumat bibir Tiara dengan rakus.
Aleks mendekati pasangan yang sedang larut dalam kemesraan dan berdehem. Dante bisakah kalian lanjutkan nanti di dalam kamar, sekarang kalian tandatangani berkas-berkas ini terlebih dulu.
"Kau pria tua menganggu saja", sindir Dante pada Aleks pengacara kakeknya yang menyela adegan ciuman panjang mereka.
Aleks menyalami dan mengucapkan selamat pada Tiara, dengan ini kau adalah bagian dari keluarga besar Jaya. Mulai sekarang namamu menjadi Tiara Larasati Dante Maksiwiliam Jaya. Tiara mengangguk. Tiara tidak mengira pernikahan mereka akan disahkan secara hukum. Tiara pikir mereka hanya akan dinikahkan oleh pendeta. Ternyata ia salah. Setelah semua ini usai Tiara harus berurusan dengan hukum sebelum menjadi janda Dante?. Tiara mengelengkan kepalanya aku baru menikah dan sekarang aku sudah memikirkan hal buruk. Proses panjang perceraiannya kelak
"Kenapa kau mengelengkan kepala cantikmu!", tanya Dante tepat di telinga Tiara.
Tiara hanya menatap Dante datar. Aku sedang berpikir, secepat apakah aku akan menjadi jandamu dan apakah ini adalah keberuntungan atau awal dari bencana dalam hidupku yang sudah bernasib buruk sejak awal?.
Dante hanya menggerakkan bahu tidak peduli. Bagiku tidak ada bedanya, setelah aku puas denganmu aku bisa melepaskanmu dengan muda dan kau bisa bebas. Kau hanya dibutuhkan sebagai legalitas agar aku bisa mengadopis Riko sebagai putraku. Setelahnya aku akan lihat bagaimana usahamu membuatku puas
Hati Tiara terasa sangat sakit mendengar perkataan Dante, walau dalam hati Tiara tahu dirinya hanya dimanfaatkan tapi mendengar langsung dari mulut Dante meruntuhkan sedikit harapan yang ada. Sadarlah Tiara batinnya, kau hanya menunggu waktu kapan dicampakkan Dante. Mulai sekarang aku harus menjaga hatiku agar tidak jatuh dalam pesona tampan pria brengsek yang sekarang adalah suamiku sendiri.
"Kemarilah sayang!", Widanta mengulurkan tangannya pada Tiara. Kau sangat cantik nak!.
"Benarkah!". Pikir Tiara, apakah gaun ini membuatku terlihat cantik?, aah sudahlah pikirnya pasrah tidak ada gunanya aku memikirkan pujian kakek Dante secara berlebihan. Terima kasih tuan besar eeeh maksudku kakek
Widanta tersenyum hangat. Selamat datang dalam keluarga Jaya nak. Kakek doakan kau dan Dante akan menjadi pasangan suami isteri sampai maut memisahkan, kakek sangat berharap bisa menyaksikan anak-anak kalian lahir… tapi kakek tidak berdaya". Aku kehabisan waktu
Tiara mengucapkan terima kasih untuk doa Widanta Jaya yang terdengar sangat tulus walau dalam hati. Tiara tahu hal itu tidak akan pernah terjadi tapi tiada guna mendebatnya.
Widanta memperhatikan raut sedih pada wajah cucu menantunya. "Percayalah Tiara, suatu saat Dante akan mencintaimu, bersabarlah disisinya sayang kakek sangat yakin kau juga Dante akan menjadi pasangan yang saling membutuhkan dan menguatkan dimasa depan".
Tiara menatap Dante sesaat. "Apakah hari itu akan datang?".
"Nak!", suara Widanta melembut. Sekarang kau adalah cucu menatuku. Tiara mengangguk. "Kau lihat sekarang aku terbaring sangat lemah dan aku menyadari waktuku sudah tidak lama lagi".
Tiara merasa sedih mendengar kata-kata Widanta. Kakek tidak boleh berputus asa seperti itu, bukan kah kakek bahagia dengan pernikahan kami, jadi kakek harus kuat dan kembali sehat.
"Kakek sangat ingin nak". Widanta mengeleng. Tapi takdir berkehendak lain. Duduklah dekat kakek!. Nak kau mau kan mengabulkan satu lagi permintaan terakhir kakek?
Tiara mengangguk.
"Sebagai seorang ayah, kakek mohon padamu untuk mau menjaga, merawat dan menyayangi Riko seperti putramu sendiri". Jangan biarkan Riko kesepian dan sedih setelah kepergian kakek. Kau maukan berjanji untuk kakek?.
"Baik kakek, aku berjanji akan menjaga Riko dengan baik".
"Terima kasih sayang", Widanta menutup matanya dan tersenyum. "Kakek____kakek Tiara…!!!, mengoyang-goyangkan tangan Widanta pelan dan tidak ada respon. "Dante…!!!", panggil Tiara dengan suara gemetar, "kakek_____!!!"
"Kakek…!!!", Dante mendekati ranjang Widanta. "dokter …!!!", panggil Dante panik.
Dokter Herlambang mengeleng. Tuan besar telah meninggalkan kita semua, hari ini jumat tanggal 11 September 2015 Widanta Jaya usia 88 tahun telah meninggal", dokter Herlambang mengumumkan waktu kematian Widanta Jaya.
Ruangan menjadi sangat hening, semua anggota keluarga saling bertukar pandang, masih tidak mengerti dengan pengumuman dokter Herlambang yang sangat mengejutkan. Widanta yang tadi masih terlihat baik-baik saja mendadak pergi meninggalkan mereka semua
HAYOOO.....MANA VOTE, POWER STONE DAN LOVE (COLEKTION) UNTUK VITAMIN BERLI BIAR SEMANGAT UP DATE
Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!