Tubuh Wedden berpeluh dingin. Tangannya semakin keram dan sakit, dia bahkan tidak dapat merasakan sentuhan Ser dan Corea saat keduanya memberikan bantuan.
Corea mengambil beberapa daun di sekitar untuk dihancurkan dan dibuatkannya ramuan obat.
Hanya mengumpat tanpa henti, Corea dan Wedden telah bersikap ceroboh kali ini. Beruntung mereka masih belum benar-benar mengorbankan diri pada pasukan gnome hutan.
Tubuh Wedden Nampak membiru sesaat setelah dia tidak sadarkan diri. Hal itu tentu saja membuat Corea dan Ser panik. Ser yang tidak memiliki kekuatan apapun hanya duduk memandangi tubuh pewaris Raja Elf yang mulai dingin sementara Corea terus berusaha membuatkannya ramuan.
"Hey, Bocah! Bisakah kau memberiku bantuan? Aku membutuhkan berry ungu dan akar Cincau untuk mengeluarkan racun dari tubuh pria ini. Bisakah kau mencarikan itu untukku?" ujar Corea yang menatap lekat Ser.
Ser membalas tatapan itu dengan diam, dia lalu menggeleng. "Bisakah aku saja yang menjaga dia? Setidaknya aku tidak menemui ajalku dengan berkeliaran di hutan yang tidak kukenal," sahutnya.
Corea tidak menolak, dia hanya memberikan beberapa tugas pada Ser mengenai pengobatan untuk Wedden.
"Jangan pergi dari tempat ini dan jangan berisik. Kalaupun kau mendengar sesuatu di luar, jangan pedulikan. Apa kau mengerti?" kata Corea.
"Emm aku mengerti," sahut Ser yakin.
"Kita tidak memiliki persediaan air, tapi batang muda daun itu bisa dikonsumsi. Jika beruntung, aku akan kembali dengan air dari mata air."
Ser kembali mengangguk, kali ini dia sungguh-sungguh.
Suasana malam yang sangat hening dan mencekam membuatnya tidak memiliki pilihan, selain bersedia untuk berbagi tugas dengan peri wanita itu.
Ser menggenggam belati milik Wedden, senjata yang ringan dan mudah untuk dia gunakan jika terdesak.
Kembali mendapat keberuntungan, tempat bersembunyi mereka adalah sekumpulan akar lebat dari beberapa pohon tua yang tumbuh berdekatan. Masih ada sedikit cahaya dari langit yang membantu pandangan Ser di sana. Namun walaupun demikian, dia masih merasa sangat takut karena dia hanya seorang diri dan juga bertanggungjawab atas keselamatan si pewaris Raja Elf.
Ser beberapa kali menyeka peluh Wedden dengan kain jubbah pria Vitran itu. Dia yang semula mengantuk, kini sama sekali tidak ingin memejamkan mata.
Telinganya menjadi lebih peka dari biasa, dia bahkan mampu mendengar suara sekelompok semut yang sedang makan remahan kayu dari jarak yang cukup jauh.
Sementara itu, Corea membawa pedang milik Wedden bersamanya. Dia berjalan pelan dan selalu waspada terhadap sekitar. Dia memekakan pendengarannya, sesekali mempercepat langkah dan segera bersembunyi dibalik pohon saat ia melihat satu atau dua gnome yang sedang berada di sekitar.
Dengan sebelumnya menarik napas panjang, Corea sigap untuk berpindah tempat segera untuk menuju tempat dimana ia akan mendapatkan Berry ungu dan akar Cincau.
Klek!
Hmph!
Corea segera kembali bersembunyi. Dia yang baru menginjak ranting kering nyaris terlihat oleh gnome yang rupanya juga sedang mencari dedaunan untuk kebutuhan mereka.
Dengan bahasa yang tidak dimengerti oleh Corea, dua gnome saling bergumam setelah mendengar suara ranting patah. Langkahnya terdengar mendekat oleh Corea, segera saja dia melepaskan anak panah kearah lain yang dapat mengecoh perhatian dua gnome bermata merah itu.
Zzp!
Anak panah berhasil mengenai seekor burung yang bercuit setelah terluka. Hal itu membuat dua gnome itu segera memutar langkah mereka.
Saat itulah kesempatan untuk Corea bergegas berpindah tempat ke tempat yang benar-benar aman.
Corea berhasil menemukan segerombol Berry ungu yang tumbuh berdekatan dengan pohon Cincau yang masih muda.
Segera saja dia mengambil dan mewadahi dengan kain jubbah yang ia tali setelahnya. Dia ingat kalau kakaknya, Hatt, pernah menggunakan Berry ungu sebagai obat saat ia terkena racun dari panah peri hutan Barat.
Buah itu dapat dikonsumsi begitu saja, namun bisa juga dijadikan bahan campuran untuk bahan kompres pada titik dimana racun itu mulai bereaksi.
Corea menggali akar Cincau dengan pedangnya. Cukup sulit, namun dengan pengalamannya, dia mampu mendapatkan akar itu setelah bersusah payah.
"Huhh! Jika saja dia bukan pewaris Raja Elf, aku tidak akan melakukan hal merepotkan semacam ini," gumamnya.
Baru saja dia membuntel akar itu dengan sebagian kain jubahnya, Corea mendengar lengkingan suara kucing sihir dari kejauhan.
"Sialan! Ini bahkan masih tengah malam!" umpatnya. Segera saja dia pergi dan mencari mata air untuk dibawanya ke tempat persembunyian.
Terus berjalan dengan penuh kehati-hatian, Corea akhirnya mendengar suara gemercik air yang sangat lirih. Dia mulai memelankan langkahnya, khawatir jika ada makhluk atau suatu apapun yang akan mengejutkannya di depan sana.
Belum sempat menemukan mata air itu, Corea justru menemukan hal lain yang lebih menarik sekaligus mengerikan.
Semula dia mendengar makhluk dengan bahasa yang tidak ia pahami sedang bergumam, namun setelahnya dia mendengar suara tawa seorang wanita yang asing di telinganya. Dengan mengintip dari balik semak, jelas sekali Corea melihat seorang wanita, mungkin lebih tepatnya adalah seorang ratu putih yang diiringi oleh sedikitnya lima gnome hijau bermata merah.
Mereka Nampak bercengkerama dengan candaan yang cukup ekstrem. Bagaimana tidak, saat wanita berpakaian serba putih itu tertawa, dia bisa saja menyerang salah satu gnome dengan kekuatannya hingga membuatnya terpental. Setelahnya, mereka kembali bercengkrama.
Corea memperhatikan arah pergi mereka, rupanya sebuah gua dengan pintu batu besar adalah tujuan mereka.
Saat pintu batu terbuka, ada ratusan makhluk putih berterbangan yang keluar seolah menyambut kedatangan ratu mereka.
Corea mengerutkan dahi, dia lalu kembali merobek pakaiannya dan mengikatkan kain pada tangkai pohon di dekatnya yang akan dia gunakan sebagai petunjuk saat dia akan kemari lagi setelah menyembuhkan Wedden.
Mata air yang tidak jauh dari tempatnya berdiri masih mengeluarkan suara gemercik lirih yang menenangkan. Peri wanita itu segera mengambilnya dengan wadah bambu yang baru ia dapatkan saat dalam perjalanan.
Dengan bergegas, Corea menuju tempat persembunyiannya.
Suara lengkingan kucing sihir masih ia dengar. Hal itu membuatnya semakin tidak tenang. Pikirannya tertuju pada Seredon, bocah yang tidak memiliki kekuatan apapun itu hanya sendirian menjaga Wedden yang tidak sadarkan diri.
Corea mempercepat langkahnya. Beberapa kali dia harus terjatuh karena akar pohon yang menghalangi jalannya.
Betapa terkejutnya Corea saat ia mendapati tempat persembunyiannya telah habis terbakar. Api besar bahkan masih menyala disana, jelas sekali itu adalah serangan kucing sihir anak buah Kimanh yang sedari tadi ia dengar suaranya.
"Hah apa ini? Tidak!" Corea sempat mematung.
Lalu dia semakin mendekat, dia meniupkan angina berkali-kali untuk mematikan api.
Dia menemukan jubah Wedden yang hanya tersisa setengah setelah setengahnya dimakan api. Beberapa wadah ramuannyapun berantakan tidak keruan. Sudah dapat dipastikan kalau sebelumnya telah terjadi penyerangan yang mengerikan.
"Apa bocah itu juga mati?" gumamnya.
Seluruh tubuhnya mendadak lemas dan membuatnya terjatuh, terduduk meratapi pemandangan mengerikan di depan matanya.
"Sial! Kenapa aku bodoh sekali! Seharusnya aku tidak memintanya berjaga, dia bahkan tidak akan kuat menggendong tubuh pria itu!"
Masih mencoba untuk menarik napas dalam-dalam, Corea tidak dapat berhenti mengutuki dirinya sendiri. Dua rekannya, bahkan sang pewaris tahta Raja Elf yang merupakan satu-satunya harapan perdamaian dunia telah lenyap.
***