webnovel

Bisma Damar Bagaskoro

Sampai-sampai ibu Bihana melototkan kedua matanya sekarang, membuat Bianka ketakutan karena biasanya ibunya sangat lembut dan tak seperti ini kepadanya. Pikir Bianka jelas ibunya ini salah paham kepada yang ia lihat sekarang. Bianka pun mencoba dengan tenang melenguhkan nafas panjangnya, setelah itu membalas pertanyaan ibunya dengan sangat lembut.

"Dokternya lagi sibuk, Ibu ... dan kebetulan Bianka membawa teman Bianka karena ...."

Plak! Satu tamparan mendarat dengan sempurna di pipi mulus dan putih bersih Bianka yang sebelah kanan. Bianka meringis dan air mata menetes dengan sendirinya karena ibunya sungguh tega kepadanya. Sampai-sampai ucapannya terputus begitu saja, bahkan untuk mengelus pipinya yang terasa sakit akibat tamparan itu saja Bianka tak berani, jadi ditahannya rasa sakit itu.

"Hiks, Ibuuu, kenapa Ibu malah menampar Bianka seperti ini? Kenapa? Hiks, padahal Ibu belum mendengarkan semua ucapan Bianka dan malah memotongnya," protes Bianka yang benar-benar memberanikan dirinya sekarang. Meskipun Bianka tau jelas kalau ibunya menampar karena dia bersama lelaki lain, tapi bagi Bianka itu adalah kesalahpahaman semata. Ibunya juga tak memberikan kesempatan Bianka untuk menjelaskan semuanya jadi kesalahpahaman makin berlanjut saja.

"Masih tanya kenapa kamu bilang? Anak kurang ajar! Kamu tau? Dari kemarin kamu sudah terus menghancurkan keluarga ini! Bahkan ayah sekarang sekarat dan kamu masih bertanya kenapa? Hah! Sekarang lihat semua orang menatapimu dengan gunjingan di dalam hatinya dan itu pasti, karena kamu membawa lelaki lain sekarang! Padahal suamimu di telan bumi hilang entah ke mana!" marah ibu Bihana yang sudah tak bisa dikontrol lagi sekarang, beliau benar-benar kacau dan hancur berkeping-keping di dalam hatinya. Dalam hati beliau kenapa keluarganya jadi seperti ini. Haruskah dia sekejam ini kepada putri si mata wayangnya? Ataukah ini adalah cara yang tepat untuk menghukumnya?

Biasanya beliau kalau ada apa-apa dibicarakan secara kekeluargaan, tapi entah mengapa kemarahannya begitu meluap dan bahkan aibnya dikeluarkan seketika di depan semua orang yang mengerumuni rumahnya sekarang. Sangat riuh hingga seperti pasar malam saja.

Bianka yang sudah terlanjur sakit hatinya karena ucapan ibunya dan itu baginya tak sebanding dengan yang ia perbuat atas kesalahannya. Dia hanya menundukkan kepalanya, sudah berat baginya untuk mengucapkan apapun. Rasa malu juga sudah tak diperdulikannya walaupun lelaki yang dibawanya itu terus menatapinya dan mencermati permasalahan yang dimiliki Bianka.

Lalu lelaki itu pun tiba-tiba semakin melangkahkan kakinya dan kini tepat di depan Bianka dan juga di depan ibunya. Lagaknya itu seperti membela Bianka saja. Padahal dia ingin menjelaskan tentang semua kesalahpahaman ini.

Semua tetangga Bianka kini semakin ramai dan hujatan semakin terdengar di telinga dengan semakin memanas. "Idiiiih, benar-benar cewek marahan, hilang satu tumbuh seribu, benar-benar mencemari kampung ini!" maki perempuan berambut kriting dan seumuran dengannya.

"Iya, Bianka benar-benar wanita penggoda, awas saja nanti suami kalian direbut olehnya. Pokoknya hati-hati saja kalian, dia adalah cewek psikopat, menyeramkan!"

"Seharusnya kita usir saja dari kampung ini! Ya mending diusir saja!"

Begitulah hujatan setiap tetangga yang mengerumuninya dan masih banyak hujatan lagi. Dan itu sungguh membuat Bianka merasakan sakit yang teramat pedih mengaduk-aduk hatinya. Sekilas pemikiran Bianka adalah untuk mengakhiri hidupnya saja, tapi dia tak sepicik itu jadi dia mencoba untuk terus bersabar dalam cobaan ini. Semoga saja ada hikmah di balik semua ini.

"Ehem! Permisiiii! Maaf sebelumnya, saya di sini akan menjelaskan semuanya secara detail. Yang kalian pikirkan dari dia itu tidaklah benar," ucap lelaki itu seraya menoleh ke arah Bianka dan menunjuk dengan jari telunjuknya.

"Saya di sini adalah Bisma, tidak mengenal Mbak yang di belakang saya ini. Karena saya hanya sekedar bertemu saja di rumah sakit waktu itu. Dan kalian tau? Dokternya memang lagi sibuk dan sedang banyak pasien, jadinya saya selaku yang ada di rumah sakit waktu itu turut membantunya. Mumpung saya tidak sibuk, apa salahnya membantu? Lagian saya juga mengenal suster yang di belakang saya itu. Jadi semua ibu tidak salah kan?" tambah Bisma tak lupa dengan senyuman manisnya.

Membuat semua orang terpana dengan ketampanannya. Bahkan suster ingin membela Bisma rasanya. Menjelaskan tentang siapa dia, tapi Bisma sudah melambaikan tangannya di belakang badannya, itu untuk memberikan kode suster agar tak membuka kartunya.

Namun salah seorang wanita yang berparas sedang terus memandangi Bisma dengan memicingkan kedua matanya. Dia sangat heboh ketika mengenal Bisma yang sebenarnya. Bahkan kakinya sudah dilangkahkan cepat dan tepat di depan Bisma sekarang.

"Ehhh kamu Bisma? Bisma Damar Bagaskoro? Benarkah? Anak dokter Bagaskoro sang pemilik rumah sakit di seberang itu, aku tidak salah kan? Iya ini kamu pokoknya. Aaaaah beruntungnya aku bertemu denganmu, kamu kan lulusan luar negeri itu, makanya jarang yang mengenalmu, tapi aku jelas mengenalmu karena kamu suka upload di sosial media kan? Lah sama aku juga. Jadi yang kampungan-kampungan tak akan mengenalmu kecuali aku," terangnya dengan sangat genitnya. Bahkan dia sudah berusaha memegang tangan Bisma tapi Bisma menolak secara halus dengan menjauhinya.

"Ehhh maaf, aku tidak ada waktu buat meladenimu karena lebih penting pasien yang ada di dalam rumah ibu itu sekarang," jawab Bisma yang tak mau meladeni siapapun lagi. Karena bagainya sudah cukup untuk memperjelas itu semua, tidak penting dia siapa karena Bisma tidak suka pamer siapa namanya.

"Heeey benarkah dia Bisma anak dokter Bagaskoro itu? Astagaaaa aku sering mendengar namanya sihhh tapi baru sekali ini melihat wajahnya dan ternyata dia benar-benar sangat tampan sesuai dengan namanya." Sekarang malah gosipnya berganti topik membicarakan Bisma.

Bianka hanya terus terdiam dan tak berani untuk berbicara apapun, dia juga tak mengenal Bisma atau saiapapun yang dimaksud semua orang karena Bianka sedikit kampungan dan tak pandai bergaul. Begitu juga dengan ibu Bihana, beliau hanya diam karena sudah terlanjur malu atas kesalahpahaman itu. Tapi rasa malunya langsung ditepisnya ketika teringat suaminya sekarang, bahkan Bisma sudah menepuk bahu Ibu Bihana. Mengajaknya untuk segera mengajaknya masuk ke dalam rumahnya.

"Buuu, ayo segera dibawa ke rumah sakit!" ajak Bisma yang diangguki oleh ibu Bihana. Ibu Bihana mengedipkan mata ke arah Bianka juga. Bianka yang juga sudah menatapi ibunya, ikut juga masuk bersama susternya dan menolong ayahnya untuk dibawa ke rumah sakit.

"Ehhh iya, Nak. Ayo! Maaf merepotkan! Silahkan masuk ke rumah kumuh Ibu," balas ibu Bihana ditengah berjalannya bersama Bisma secara berdampingan.

Bahkan semua tetangga ikut berbondong-bondong masuk ke dalam rumahnya untuk melihat ketampanan Bisma karena menurut semuanya belum puas untuk menatapinya. Padahal sebelum ada Bisma semuanya tidak ada yang sudi menginjakkan kakinya ke rumah ini. Karena pembawa sial lah dan lain sebagainya, tapi karena sekarang ada Bisma ceritanya menjadi berbeda. Membuat ibu Bihana menyimpan kekesalan mendalam di dalam hatinya kepada para tetangganya.

下一章