Setelah kertas hu kuning itu menempel di badan Lu Sheng, gadis itu pun menghilang dalam seketika.
Lu Sheng berjalan menuju kamar di mana Lu Ning berada. Sejenak, ia memperkirakan waktu. Saat merasa waktunya sudah tepat, ia pun mengangkat tangannya dan mengetuk pintu kamar Lu Ning sebanyak tiga kali.
"Iya?" jawab Lu Ning dari dalam kamar.
Lu Ning sedang kesal karena ia tidak berhasil menggantikan Lu Sheng menikah dengan putra dari keluarga Chu. Selain itu, ia juga gelisah karena mayat Lu Sheng yang tidak kunjung ditemukan. Perasaannya tidak tenang.
Saat tiba-tiba mendengar suara ketukan pintu, Lu Ning pun mengira itu adalah Mak Liu. Namun, ketika ia membuka pintu, hanya ada embusan angin malam yang masuk ke dalam. Tidak ada siapa pun di luar pintu itu.
Ekspresi Lu Ning sedikit kaku, ia mengeraskan suaranya sambil menatap serius, "Siapa yang mengetuk pintu?"
"..."
Tidak ada yang membalas pertanyaan Lu Ning. Dengan panik, ia pun menutup pintu kamarnya dengan rapat dan segera menguncinya dengan baik.
Sementara itu, Lu Sheng yang saat ini tidak terlihat sudah menyelinap masuk ke kamar itu saat Lu Ning membuka pintu.
Lu Ning kembali ke kamarnya, ketukan pintu itu membuatnya semakin takut. Ia menajamkan telinga untuk mendengar keadaan di luar pintu. Saat memastikan bahwa di luar sana tidak ada suara lagi, gadis itu pun menjadi lega.
"Lu Ning, apa kamu sedang mencariku?" Suara Lu Sheng yang lirih tiba-tiba terdengar di dalam ruangan.
Lu Ning tertegun, seketika itu juga ia berteriak dengan keras. Mereka berdua sudah hidup bersama selama enam tahun, mana mungkin ia tidak mengenal suara Lu Sheng?
Mata Lu Ning menyapu sekeliling kamar dan tidak melihat satu orang pun selain dirinya. Karena takut dan merasa ngeri, ia pun berlari menuju pintu, membuka kunci, dan langsung melarikan diri.
Diam-diam, Lu Sheng mencibir saudara tirinya itu dan kemudian ikut keluar kamar.
Mak Liu yang mendengar teriakan Lu Ning segera keluar dari kamarnya. "A Ning, kamu kenapa?" Mak Liu bertanya sambil mengerutkan alisnya.
"Mama, mama!" Dengan tangan yang gemetaran, Lu Ning memegang tangan Mak Liu dan berkata dengan cepat, "Lu… Lu Sheng! Dia pulang!"
Wajah Lu Ning sangat pucat, sudut matanya mengalirkan air mata karena ketakutan.
Mak Liu yang mendengar kata-kata putrinya itu pun ikut terdiam. Sebelum ia sempat mengatakan sesuatu, Lu Dahua sudah keluar dari kamarnya. Ia pun tidak memiliki kesempatan untuk bicara.
"Ada apa?" Lu Dahua memandang Lu Ning dengan heran.
"Tidak ada apa-apa, dia tadi bermimpi buruk, jadi ketakutan," Mak Liu menjawab dengan lembut.
Tidak menunggu Lu Dahua membuka mulut, Mak Liu segera berkata lagi, "Dahua, lebih baik kamu pergi tidur dulu saja. Malam ini aku akan tidur bersama A Ning."
Lu Dahua tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya menguap dan menyuruh Mak Liu dan Lu Ning cepat tidur dan kembali ke kamar.
Mak Liu segera menarik tangan Lu Ning dan membawanya ke kamar, dengan nada kecil ia bertanya, "Ada apa ini?"
"Lu Sheng, dia, dia pulang! Tadi aku mendengar suara ketukan pintu, jadi aku membukanya, tapi… tapi di luar sama sekali tidak ada orang..."
Setelah itu, Lu Ning pun menangis, kedua tangannya menggenggam tangan Mak Liu dengan erat, tidak mau melepaskannya.
"Kamu salah dengar mungkin?" Mak Liu tertawa ringan, "Di dunia ini, mana mungkin ada hantu? Pasti karena dua hari belakangan ini kamu tidak tidur nyenyak, maka terjadi halusinasi."
"Tidak mungkin!" Lu Ning menggelengkan kepalanya dengan kuat, "Aku mendengarnya dengan sangat jelas. Itu adalah suara Lu Sheng Mama! Mama, dia, dia pasti kembali untuk mencari kita dan balas dendam!"
Meskipun Lu Ning sangat panik hingga seluruh badannya gemetaran, tetapi Mak Liu tetap tidak percaya.
"Tidak akan!" Mak Liu menepuk tangan Lu Ning dengan lembut dan coba menenangkan anaknya itu agar tidak terlalu panik. "Ayo kita tidur saja dulu. Mama akan menemanimu, besok pasti sudah membaik."
Lu Ning memandangi sekeliling kamarnya. Melihat tidak ada orang lain, ia pun cepat-cepat berbaring di atas tempat tidur dan memeluk selimutnya dengan erat.
Mak Liu tertawa, kemudian ikut berbaring di samping Lu Ning.
Namun pada saat itu, pintu yang awalnya sudah dikunci dari dalam tiba-tiba terbuka. Embusan angin dingin pun masuk ke dalam ruangan, membuat Lu Ning dan Mak Liu segera bangun dari tempat tidur.
Melihat itu, Lu Ning memeluk Mak Liu dengan kuat sambil berteriak keras.
"Tidak, tidak apa-apa! Mungkin tadi Mama tidak menutup pintu dengan rapat sehingga terbuka oleh angin yang kuat."
Sebenarnya, Mak Liu juga tidak tahu apakah ia sedang menenangkan Lu Ning atau menenangkan dirinya sendiri. Pasalnya, ia ingat dengan jelas bahwa pintu itu sudah dikunci dari dalam dengan baik.