webnovel

sekolah hantu

灵异恐怖
連載 · 111.4K 流覽
  • 20 章
    內容
  • 評分
  • NO.200+
    鼎力相助
摘要

Rahel harus pindah sekolah karena hantu, tapi dia memilih sekolah yang terkenal angker. Bertemu dengan arwah penasaran bernama Vito membuatnya harus membantu Vito, dan beberapa arwah yang meminta tolong. Untungnya Rahel tidak melakukan misi itu sendirian, dia di temani dengan Juna. Juna yang juga indigo tidak sengaja bertemu dengan Rahel ketika gadis itu sedang diganggu hantu perempuan di toilet.

標籤
4 標籤
Chapter 1AWAL MULA

"Pagi Rahel." Perempuan itu menuruni anak tangga dengan pelan. Senyum hangat dia berikan untuk gadis yang sekarang menatapnya dengan senyum tipis. "Tidurnya nyenyak?"

Rahel mengangguk sebelum duduk di sofa. Memperhatikan sang ibu yang sibuk memilih tempat duduk, tidak begitu lama untuk memilih. Febby duduk berseberangan dengan Rahel akhirnya.

"Rahel, mama rasa... sekolah baru kamu itu kurang cocok," ucap Febby khawatir. "Ada rumor soal sekolah baru kamu ini Rahel, katanya berhantu. Kamu serius mau sekolah di sana? Tolong pikir baik-baik, jangan langsung mau cuman karena sekolahnya bagus."

Rahel menghela seraya memutar bola matanya malas. Sejujurnya sang mama sudah sering membicarakan masalah ini, tapi masih saja tidak mau menerima pilihannya yang sudah pasti telah dipikirkan secara masak-masak. "Ma, tahun ini aku harus pindah sekolah karena Mama yang khawatir masalah kesurupan masal itu kan? Padahal aku gak kesurupan, dan sekarang soal sekolah baru pun yang Mama tau sebatas rumor Ma. Ini cuman rumor."

"Rahel, emang masih rumor, tapi gimana kalau beneran? Terus kamu diikutin sama hantunya, mama gak bisa gak khawatir sama kamu."

"Ma, itu yang Mama pikirin, belum tentu sesuai sama yang Mama pikirin. Lagian aku belum ke sana, masih daftar aja. Ini aku masih baik-baik aja loh Ma, tolong jangan liat aku kaya orang yang gak bisa jaga diri sendiri!" pinta Rahel, ekspresi sedih dia berikan agar sang mama tak lagi khawatir.

Febby merasa bersalah karena tidak percaya dengan putri semata wayangnya. Terlalu takut sesuatu terjadi di masa depan sampai membuatnya memiliki banyak beban pikiran. Febby menghembuskan napas panjang akhirnya, memberikan senyum tulus untuk Rahel, dan berkata, "Maafin mama, harusnya mama percaya sama kamu."

"Wajar kok Mama khawatir banget sama aku, banyak kejadian gak enak dulu karena mereka. Tapi Mama tenang aja, sekarang umur aku 17 tahun, artinya aku udah bisa jaga diri. Gak akan ada gangguan lagi, aku janji gak akan ada lagi gangguan hantu yang bikin aku sakit."

"Bener ya? Kalau sampai kamu jatuh sakit karena hantu lagi terpaksa mama harus pindahin kamu ke sekolah baru. Gak peduli kamu kelas berapa, udah mau deket ujian atau engga, pokoknya kamu harus nurut!"

"Iya-iya nurut, janji!"

*****

Ada begitu banyak awan tebal di sana, sampai-sampai sinar mentari terlihat kesusahan untuk menembus. Cukup sulit memberikan kehangatan untuk semua makhluk hidup di bumi. Seakan bersedih, matahari benar-benar menenggelamkan dirinya dibalik awan.

Banyak anak-anak yang menggunakan sepeda kayuh untuk pergi ke sekolah tanpa menggunakan jaket. Beberapa diantara mereka diantar orang tua menggunakan kendaraan pribadi, ada pula yang menggunakan angkutan umum. Mereka pergi dengan terburu-buru, jalanan sudah macet seperti biasanya.

Kemacetan selalu datang tanpa mengenal waktu, membuat sebagian orang memilih untuk pergi satu jam sebelum kelas di mulai atau sebelum janji temu yang telah ditentukan agar tidak telat.

Padatnya jalan raya membuat gadis yang tengah duduk di halte menghela berat. Dia duduk sendirian, busnya tak kunjung datang. Ini kali pertamanya bus yang dia tumpangi datang lebih lama, padahal biasanya selalu tepat waktu.

Rahel menoleh ke arah kiri, busnya benar-benar terlambat. Belum ada tanda-tanda bus yang dia tunggu muncul di ujung jalan. Jalanan semakin ramai, dan mulai melamban. Jelas sekali sekarang sedang macet, tapi masih bisa bergerak selayaknya kendaraan.

"Hai!"

Suara itu membuat Rahel menoleh, keningnya mengernyit ketika cowok asing itu memberikan senyum dengan lambaian tangan sebelum duduk. Tampan menurut Rahel, dia memiliki wajah manis yang tidak membuat orang bosan untuk terus dilihat. Menyenangkan.

"Bus arah SMA Tri Sakti belum dateng atau lo ketinggalan bus?" ucap cowok asing tanpa senyum sekarang.

Rahel mengangguk-anggukkan kepalanya pelan, dia kembali menatap lurus ke depan. "Belum, gue udah nunggu di sini dari tadi. Ada setengah jaman deh kayanya."

"Oh... gue pikir ketinggalan bus, soalnya cuman bus itu doang yang bisa nganter kita ke sekolah."

"Kita?" Rahel kembali menoleh, kali ini dengan kedua alis yang menyatu. "Lo... satu sekolah sama gue?"

"Iya, tapi gue liat-liat sih seragam lo masih baru banget, pasti lo anak baru."

"Iya, baru hari ini buat belajar, tapi ini yang ketiga kalinya buat ke sekolah."

"Ahh! Gitu, jadi ke sekolah cuman buat daftar sama ambil seragam dong ya? Temen gue yang anak baru juga pada gitu sih, tapi anehnya tuh mereka gak diajak keliling sekolah gitu. Kelilingnya nanti pas udah jadi siswa di sana, kelamaan banget menurut gua," jelasnya dengan ekspresi yang begitu ceria.

Rahel ikut tersenyum meskipun tipis, dia tidak tahu harus bereaksi seperti apalagi sekarang, tapi menurutnya diam dan memberikan senyum jauh lebih baik ketimbang tidak bereaksi apa-apa.

"Nama gue vito." Vito mengulurkan tangannya, tapi tak segera disambut Rahel. Membuatnya mengambil tangan kanan Rahel, dan bersalaman sebentar. "Vito, temen pertama lo, dan temen baru lo."

"Ehehe! Iya, nama gue Rahel."

"Kelas berapa?"

"Dua belas."

"Woah! Sama dong, kayanya kita sekelas nanti!" ujar Vito dengan penuh semangat, dan lagi-lagi Rahel hanya bisa tersenyum paksa.

"Busnya udah dateng, gue duluan." Rahel segera beranjak dan masuk ke dalam bus.

Vito ikut berlari menyusul Rahel. Cowok itu mencari di mana Rahel duduk, hanya untuk beberapa detik sebelum akhirnya dia ikut duduk tepat di sebelah gadis yang menjadi teman barunya. "Buru-buru amat, mau ke mana sih?"

"Sekolah, mana lagi?"

"Bareng atuh Hel, kita kan satu sekolah. Jangan di tinggal gitu temen barunya!"

Rahel memberikan tatapan tak nyaman, membuat Vito merasa salah tingkah karena malu, dan bingung. "Lo kenapa sih? Ada banyak kursi loh di sini, kenapa harus di sini?"

"Lo sendirian, jadi gue duduk di sini. Lagian gue juga bayar kursinya, lo ga bayar double kan?"

"Hah! Gini banget hari pertama gue."

"Ketiga," sanggah Vito.

"Iya-iya ralat jadi tiga hari."

"Tapi kayanya gue gak jadi duduk di sini. Gue suka sebenernya cuman kayanya gak bisa." Vito beranjak, memberikan senyum manis untuk Rahel yang sekarang menatapnya bingung. "Lo duduk sendiri dulu ya, nanti pas jam makan siang gue samperin lagi kalau kita gak sekelas."

"Kaya tau aja gue di mana nanti siang."

"Loh! Jelas tau, dan lo gak boleh tau gue ada di mana." Senyum yang lebih lebar itu dia berikan lagi. "Selamat pagi, dan selamat bersenang-senang Rahel," lanjutnya sebelum pergi menuju kursi paling belakang.

Rahel tidak paham dengan Vito, tapi dia memilih untuk menoleh sekilas, dan kembali fokus pada pemandangan luar jendela. Lagi pula tidak mungkin juga dia bisa bertemu dengan Vito, dan satu kelas dengan Vito nanti.

*****

Sekolah baru dengan suasana baru tak membuat bulu kuduk Rahel meremang. Sepanjang perjalanan ia merasa biasa-biasa saja. Entah itu hanya mitos atau memang benar ada, tapi Rahel masih belum melihat satu hantu pun di sekolah.

Ia terus menyusuri koridor yang tengah ramai, sampai akhirnya dia berhenti di depan kantin. Kantin sekolah terasa begitu sunyi, seakan-akan tidak ada kehidupan. Padahal sudah jelas ada banyak orang yang sedang menyantap makanan sambil bercerita.

Rahel melihat jam tangannya, jarum jam menunjuk pada angka dua belas siang, sudah waktunya untuk makan siang sekarang. Dia memilih untuk mampir, membeli satu botol air mineral, dan duduk di dekat jendela. Pemandangan yang dia dapatkan adalah lapangan basket.

Rahel menyaksikan permainan basket dari atas dengan serius, tapi tiba-tiba saja keningnya bertaut ketika melihat cowok itu memberikan lambaian tangan. Padahal jaraknya tidak dekat, tapi Vito bisa tahu dia ada di mana, dan sedang menonton. Cowok itu benar-benar aneh, dan sekarang membuat kepala Rahel penuh dengan pertanyaan tanpa jawaban.

Rahel kembali memperhatikan lapangan basket, tapi Vito tidak ada di sana. Membuatnya harus fokus mencari seseorang yang sangat amat tidak penting itu. Anehnya dia lakukan beberapa kali.

"Nyari siapa Mba?"

Rahel terkejut, tentu saja Vito seperti hantu karena tiba-tiba sudah ada di sini. Padahal dia baru saja melihat Vito di bawah, beberapa menit yang lalu saja. Tidak lama, tapi sudah ada di sini. "Kok... lo... lo bisa di sini sih?"

"Bisa dong, apa sih yang gak gue bisa?" sahut Vito dengan tampang sok gantengnya. Dia memilih duduk di depan Rahel, meraih air mineral yang masih tersegel, dan buru-buru dia tegak hingga tak tersisa. "Makasih, seger banget airnya."

"Ih, kok di abisin sih? Yang beli kan gue, kenapa elo yang ngabisin malahan?"

"Jangan marah-marah, nanti cepet tua!"

Rahel mengernyit, tatapan kesal semakin dia berikan khusus untuk Vito.

"Santai dong, nanti gue beliin yang banyak deh. Satu kardus kalau lo mau juga, tapi nanti ya."

"Nanti kapan?" sahut Rahel sewot.

"Nanti pas gue sukses."

"Ih! Ngeselin banget sih lo jadi cowok!" Rahel memukul lengan kiri Vito kesal. Detik berikutnya Rahel memilih pergi tanpa peduli teriakan Vito.

你也許也喜歡

Misteri Sinden Pasar Rebo

Karsih adalah seorang wanita cantik yang memilih untuk menjadikan sinden sebagai profesinya dalam mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya. Karsih adalah pesinden baru namun dengan keahliannya Karsih berhasil memberikan banyak sekali tepuk tangan juga sanjungan dari banyak orang yang mendengar setiap tembang yang dibawakan. Jelas sekali membuat para pesinden lainnya merasa sangat iri sebab sejak kedatangan Karsih banyak dari kawan-kawan Karsih yang tidak mendapatkan job untuk manggung. Hingga suatu hari sebelum Karsih bernyanyi seorang laki-laki bernama Fajar melihat Karsih sedang berdandan tetapi wajah yang tampak di cermin itu bukan wajah Karsih melainkan wajah seorang wanita yang sangat cantik rupawan wajahnya mirip seperti wajah seorang Ratu. Sejak hari itu Fajar menjadi yakin bahwa Karsih tidak sendiri, melainkan ada kekuatan gaib lain yang menemaninya. Fajar sangat ingin menjaga Karsih karena dia iba kepada Karsih dan juga anak yang saat ini diasuh oleh Karsih. Tapi rasa iba tersebut kemudian diartikan berbeda oleh Pak Broto laki-laki kaya pemilik gudang beras yang berada di kotanya. Pak Broto merasa bahwa Fajar akan mengambil Karsih, itu sebabnya Pak Broto berambisi untuk menyingkirkan Fajar. Pak Broto adalah laki-laki yang hanya menginginkan tubuhnya saja. Pak Broto acapkali mengirimkan hadiah kepada Karsih namun Pak Broto juga seringkali menggoda Karsih. Mampukah Karsih bertahan dengan segala godaan yang datang? Lalu sebenarnya siapa wanita yang ada di tubuh Karsih?

LANINA · 灵异恐怖
分數不夠
24 Chs

INDIGO

[REAL STORY] [KISAH NYATA] 1. Jikalau kamu merasa tidak memiliki kepercayaan akan hal diluar akal manusia maka jangan baca buku ini. 2. Karena buku ini berisi tentang ceritaku, yang tidak masuk akal. 3.Tapi Jika kamu merasa ingin tahu maka bacalah. 4. Aku tidak akan melarangmu untuk berkomentar atau tidak. Itu hak asasi kamu. 5. Pesanku untukmu. Mereka yang tidak terlihat, tidak seperti yang kalian bayangkan. 6. Takutlah pada dirimu sendiri. =============== Hmmm bisa di bilang aku sama seperti yang dimaksud. Aku bisa melihat mereka, aku bisa berkomunikasi dengan mereka, aku bisa melihat masa depan seseorang, aku bisa melihat masalalunya dan apa perasaannya sekarang. Dan aku bisa melihat kejujuran sesorang. Mungkin jikalau kalian merasa enak menjadi diriku. Kalian salah. #Indigo #Indrake6 #horor #Real #Ceritanyata #Supranatural -------------------------------- Ejh (Nama Samaran) adalah Anak normal pada umumnya, tetapi sebuah kejadian yang sangat tidak dia inginkan menghampiri kehidupannya. Setelah dia tahu bahwa dia adalah keturunan dari INDIGO, dia menjadi resah dan tidak bisa menerimanya, berbagai cara dia lakukan agar dia bisa menjadi normal kembali. Dan melihat mereka yang tak kasat mata sudah menjadi makanan sehari-hari untuknya. Berbagai macam kendala dia dapatkan mulai dari gangguan dari makhluk yang tidak terlihat hingga Mati Suri pun pernah dia alami. Cuma satu kuncinya, bersyukur dan menerima sebuah karunia yang sudah dia dapatkan adalah kunci untuk mengontrol semuanya. (REAL STORY) --------------------------------- Di Dalam kisah ini semua yang terjadi adalah nyata (Tergantung Dari Kepercayaan Si Pembaca, Percaya Atau Tidak Itu Masalah Si Pembaca) dan ada memang beberapa kejadian yang di lebih minimalisir di ceritakan karena kejadiannya yang memang terlalu tidak masuk akal. Semua tokoh dan nama adalah asli, terkecuali beberapa nama yang disamarkan karena permintaan dari pihaknya sendiri. Dan nama tempat yang ada adalah asli terkecuali beberapa tempat yang memang tidak bisa di sebutkan namanya. Semua Kejadian berdasarkan Pengalaman Si Penulis. Kisahnya yang di mulai dari SMP sampai Sekarang Ini. --------------------------------- Copyright 2019 : 1996Tama

1996Tama · 灵异恐怖
4.9
246 Chs

Pradhika's Bloody Incident

Pradhika's Triplet yaitu Siji Pradhika, Yuji Pradhika dan Reiji Pradhika mengalami hal buruk saat mereka berupaya mematahkan kutukan yang dialami oleh Reiji. Mereka terjebak di tempat aneh dan mengalami peristiwa yang mengerikan. Tempat itu hanyalah lubang setinggi orang dewasa yang tidak memiliki celah lain untuk keluar. Mereka bertiga harus memutar otak untuk dapat keluar dari tempat aneh itu. *** Lalu, mereka mengalami kejadian aneh yang lainnya karena kedatangan seseorang yang mengaku paman mereka, yang berasal dari Korea Selatan. Lelaki itu adalah saudara kembar non identik Tuan Yudha Pradhika, ayah dari Pradhika's Triplet. Namun, terjadi permasalahan yang rumit di antara dua saudara itu sebelum Tuan Yudha diadopsi oleh keluarga Pradhika dan diboyong ke Indonesia. Siji Pradhika yang sedang mengikuti pertukaran pelajar ke Busan, Korea Selatan, harus bertemu dengan saudara ayahnya itu. Dan kisah berdarah-darah itu pun dimulai. *** "Aku tidak akan puas sebelum menuntut balas pada Yudha dan keturunannya." Seseorang yang bernama Lucca menatap foto-foto Tuan Yudha dan keluarganya yang tertempel di dinding suatu kamar yang gelap. Pandangan mata lelaki itu tertuju pada salah satu foto dari putra kembar Tuan Yudha. "Aku akan memulai balas dendamku pada kamu, Anak Manis," lirihnya sambil menyeringai. Peristiwa rumit semacam apalagi yang akan dihadapi Pradhika's Triplet? Apakah ini ada hubungannya dengan masa kelam ayahnya yang tinggal di panti asuhan? Dan ada misteri juga tentang terbakarnya Panti Asuhan yang menyimpan cerita kelam itu.

Zanaka · 灵异恐怖
5.0
220 Chs