Keadaan pesta ramai seperti dugaan. Semua orang tampak bersenang-senang. Larut dalam tawa, musik, serta kebersamaan.
Begitu sampai tadi Honey sudah melakukan cukup banyak hal. Ia menyapa beberapa kenalan, berdansa, dan tentu saja menikmati hidangan. Namun dia menahan diri untuk tidak minum. Ia tak ingin pulang dalam keadaan mabuk nanti. Terlebih sekarang karena ia hidup dengan seorang mahluk berwujud pria atau jantan. Sudah cukup masalah yang didapatkannya kini, dia tak mau mencari lebih.
"Honey, kau kenapa? Kenapa kau terus melamun dari tadi?"
Seruan dan tepukan ringan Jessica di bahunya membuat Honey sedikit tersentak. Gadis itu tersenyum kaku pada sahabatnya itu.
"Aku tak apa-apa. Cuma sedikit pusing saja karena di sini sangat ramai," jawabnya sambil meminum kembali sekaleng soda yang diabaikannya sejak tadi. Lagi-lagi dia memaksakan sebuah senyuman.
"Aneh. Biasanya kan kau malah seneng kalau keadaannya asyik seperti gini. Lihat saja Shaena dan Hana yang sudah langsung menghilang di antara lautan manusia lain. Tapi kamu malah betah bersama Ariel di sini," ucap Jessica sedikit menyindir satu-satunya teman mereka yang tomboy itu. Yang disindir tampak hanya cuek-cuek saja sambil terus memainkan ponselnya.
Tak lama setelahnya Shaena dan Hana akhirnya selesia bersenang-senang. Mereka mendekati ketiga teman mereka yang duduk lebih dulu.
"Girls, ada yang menawarkan diri untuk bergabung bersama kita," kata Shaena riang sambil menunjuk rombongan anak laki-laki yang mengiringi mereka. Para pemuda itu memberikan senyuman tipis pada gadis-gadis itu.
"Helo girls, apa kami diizinkan untuk bergabung?" sapa Kris, sang ketua klub dance yang paling populer di kampus ini. Di belakangnya terlihat dua orang temannya lain yang juga merupakan anggota klub yang begitu digilai oleh para mahasiswi di kampus mereka.
"Kami tak akan mengganggu. Kami hanya ingin ikut bersenang-senang dengan kalian," sahut anggota mereka yang lainnya.
"Sure. Seperti yang kalian lihat, di sini banyak sekali kursi," kata Jessica sambil merapatkan kursinya dengan kursi Honey. Memberikan cukup ruang bagi ketiga pemuda itu untuk memasukkan kursi yang mereka sambar dari tempat lain agar muat di meja itu.
Hana dan Shaena terlihat yang paling antusias. Sementara itu Jessica terlihat sedikit canggung karena gadis yang satu itu sering terlihat salah tingkah di depan cowok. Lain lagi dengan Ariel yang masih terlihat acuh-acuh saja, bahkan dari ekspresinya bisa ditebak kalau sahabatnya itu tidak terlalu menyukai kehadiran Kris dan teman-temannya.
"Oh ya, kau yang bernama Honey itu, bukan?" Kris yang duduk di sampingnya memulai pembicaraan dengan Honey yang masih sedikit kikuk dengan kehadiran anak-anak lelaki itu.
"Yeah… tapi kau tahu darimana namaku?" tanya Honey sambil tersenyum kaku. Dalam hati dia sedikit tak enak hati pada Hana yang terlihat tidak terlalu menyukai sikap ramah Kris terhadap dirinya. Bukan rahasia lagi kalau gadis itu sangat menaksir si ketua klub dance ini.
"Tentu saja sebagai satu angkatan kita harus saling tahu. Apalagi kan sebelumnya kita pernah mengambil kelas yang sama. Kau tak lupa, bukan?"
Tentu saja Honey ingat. Dia malah tidak menyangka kalau pemuda populer ini masih mengingatnya. Masalahnya selama ini Kris terlihat begitu acuh padanya. Dia bahkan terkesan begitu dingin sehingga membuat Honey pernah berpikiran bahwa pemuda itu membencinya. Tentu saja Honey jadi merasa aneh dengan sikapnya yang tiba-tiba seperti ini.
"AHEEM, kenapa kalian tak memesan minuman yang lebih enak daripada sekadar soda begini? Ayolah, pesan lagi."
Hana berdeham dan dengan sengaja menaikkan nada bicaranya untuk mengalihkan perhatian Kris dari Honey. Ia benar-benar ingin mendapatkan perhatian yang kini diberikan oleh pria itu pada temannya.
"Honey kau tak pesan sesuatu? Ada banyak minuman dan makanan enak di sini, tapi kenapa kau terlihat tak menyentuhnya?" tanya Kris tak berselang lama setelahnya.
"Hm…." Honey dengan tak enak melirik Hana padanya. Merasa bingung juga untuk membuat pria itu berhenti mendekatinya. "Hm…. A-Aku sudah memesan. Minuman ini cukup kok."
"Oh… kalau begitu giliranku untuk memesan," kata Kris sambil mulai mencari pelayan yang bisa dimintai bantuan.
***
Rasa nyeri terasa kian menusuk di kepalanya. Honey mendesis pelan sambil memegangi salah satu sisi dahinya itu, berusaha sedikit memberi perhatian bagian yang sakit itu. Berharap siksaannya dapat sedikit berkurang, walau yang ada kepalanya malah terasa mau pecah makin kesininya.
Honey sendiri tak mengerti kenapa tiba-tiba daya tahan tubuhnya menurun seperti ini. Padahal seharian ini dia merasa sangat baik-baik saja. Namun tampaknya hiruk pikuk pesta saat ini tidak dapat ditolerir oleh tubuhnya.
Dentuman musik yang seakan berniat memecahkan gendang telinganya, asap rokok yang berseliweran di udara, aroma alkohol yang tajam dan memusingkan, bahkan suara canda tawa orang-orang di sekitarnya – semua itu berhasil memperburuk keadaan. Keadaan ini seperti menyudutkannya di ruangan tanpa oksigen. Membuatnya mulai merasa sesak. Sehingga ,embuatnya ingin segera meninggalkan tempat ini dan mencari udara bersih di luar sana.
"Honey, kamu mau kemana?" suara berat Kris menghentikan langkah Honey yang akhirnya memilih untuk berdiri dan berniat beranjak dari sana. Honey dapat merasakan genggaman tangan pemuda itu di pergelangan tangannya. Dingin rasanya.
"Aku mau ke luar sebentar. Sepertinya aku butuh udara segar," jawab Honey sambil memaksakan senyuman.
"Kau yakin tak apa-apa, Hon?" tanya Shaena.
"I am fine. Kalian lanjutkan saja obrolannya. Nanti aku pasti akan kembali ke sini setelah lebih segar."
"Perlu kuantar—"
Kris berniat ikut berdiri, namun Hana dengan cepat memegang tangannya.
"Katanya kau mau mengajariku soal teknik membaca garis tangan? Masa mau pergi begitu saja?" protes gadis itu dengan nada sedikit merengek. Tampaknya benar-benar tak rela pria itu mengikuti Honey.
"Tak perlu. Aku sedang ingin sendiri, Kris. Terima kasih buat tawarannya."
Akhirnya setelah mendapat sebuah kedipan dari Hana, dia segera meninggalkan rombongan itu.
Kepalanya malah semakin pusing. Segala hal yang berada di sekitarnya seakan terus bergerak dan melayang-layang. Membuatnya kian sulit untuk berdiri tegak.
Apalagi suasana yang terlalu ramai ini semakin memperburuk keadaan. Membuatnya tanpa sengaja menabrak tubuh beberapa orang yang menghalangi jalan. Saat pandangannya semakin berkunang-kunang.
'Apa yang dilakukan oleh vampir itu padaku? Rasanya ini tak pernah terjadi sebelumnya.'
Sempat Honey menunggu sahutan dari Night, namun mahluk itu membisu. Entah ia sengaja menghindar karena merasa bersalah dengan yang kini ia timpakan terhadap gadis itu.
Dia kembali terbentur untuk ke sekian kali. Honey benar-benar nyaris hilang kesadaran. Tubuhnya limbung, mulai hilang keseimbangan.
Hingga di suatu titik, hampir saja dirinya terjatuh ke lantai. Untunglah ada sebuah lengan yang segera menahan tubuhnya.
"Hey, are you okay?"
Sebuah suara yang terdengar khawatir singgah ke pendengarannya. Selanjutnya Honey tidak terlalu paham apa yang terjadi di sekitarnya, namun orang asing itu menuntunnya keluar dari tempat itu. Membawanya menjauh dari keramaian serta hiruk pikuk di dalam sana.
'Siapa orang ini?'
***