webnovel

210.) Ya Sudah

Jam 10 check in di hotel.

"Ibu dan Oono duluan ya" ucap ibu

"Ya oke"

.

"Katanya di penginapan, ini hotel Haruka!" ucap Yumi

"Ya penginapan jauh dari sini jika jalan kaki, ya sudah hotel saja, lagian kan kamu bisa kamar sendiri ngapain juga panik?" tanya ku

"Ano, maaf pak kamar hanya sisa satu, dan itu ranjang singel" ucap pelayannya

"Ah sayang sekali, kamu tidur di mana jika begitu Yumi chan?" tanya ku

"Aku merasa ini seperti settingan"

"Settingan bagaimana, tanya saja pelayannya" ucap ku

"Beneran nona, kamarnya hanya sisa satu, check out ada nantinya tapi jam 12 siang besok, apa mau menunggu?"

"Ya sudah pak, pesan kamar singel itu saja" ucap ku

Pelayannya memberikan ku kunci.

"Ayo menuju ke kamar" ucap ku

"Jangan apa apakan aku loh ya" ucap Yumi

"Iya iya, sans sans" balas ku

Sampai di kamar.

"Mau mandi dulu kamu duluan gih" ucap ku

"Baiklah, jangan ngikut loh ya"

"Hmmm" ucap ku

"Jangan ngikut pokoknya!"

"Iye!"

.

Yumi masuk kamar mandi dan ia baru tau bahwa pintu kamar mandinya tembus pandang dan tidak bisa di kunci.

Tapi ia percaya saja pada Haruka jadi ia melepaskan bajunya tanpa ragu dan mulai mandi lalu berendam.

.

Lepaskan baju dan daleman lalu pakai handuk dan ikut mandi!

Ceklek.

"Kya!" Yumi berteriak

"Ngapain teriak oi"

"Kamu kenapa masuk!" balasnya sambil menutupi dadanya

"Kamu kelamaan mandinya, keburu dingin" balas ku

"Kamu keluar dulu kalau begitu, biar aku selesaikan mandiku dengan cepat"

"Gak perlu terburu buru, lagian siapa juga yang mau melihat tubuhmu, di pegang langsung saja juga bisa"

"Haruka!"

"Bercanda bercanda, aku mau buruan mandi ini, besok acara ku jam 8 soalnya, jadi aku perlu buru buru tidur"

Yumi memikirkan alasan ku itu dan memang benar sih, sekarang juga sudah jam 10.30

"Baiklah ku izinkan, tapi jangan menoleh padaku"

"Iya iya" ucap ku (dalam hati :mana mungkin mamank, ada daging untuk singa masa tidak di lihat dan di makan)

.

Lepaskan handuk dan terlihat lah junior ku yang berdiri gagah.

Yumi tak sengaja melihatnya jadi malu sendiri.

Mandi shower setelah bersih membalik pada Yumi.

"Ini dingin, kamu geser dong Yumi chan" ucap ku

Muka Yumi tambah merah karena melihat Junior ku secara langsung.

Karena tak kunjung menjawab aku langsung saja masuk ke bath up nya.

"Aku di belakang mu ya" ucap ku

"Umm" balasnya sambil malu malu namun ia bisa menerima sekarang

"Kamu boleh bersandar padaku" ucap ku pada Yumi

Ia diam jadinya ku paksa tubuhnya agar bersandar padaku.

"Kamu tidak perlu malu begitu, kan sudah ku katakan aku ini ingin menjadikan mu calon istri"

"Tapi ini memang beneran memalukan" balasnya

"Sudah nikmati saja" ucap ku

Tangan ku, kulingkarkan di perutnya ya sesekali jarinya ku buat kemana mana.

"Jangan" ucap Yumi sambil menyingkirkan tangan ku jika ingin menyentuh areanya

"Umm Haruka, sepertinya anu mu menyentuh punggung ku" ucap Yumi

"Maaf itu berdiri dengan sendirinya" kata ku

"Biar buat ia kembali tidur?"

"Asal kamu membantunya itu bisa di lakukan" kode ku

"Sudahlah aku mau keluar dari sini" ucap Yumi mau berdiri namun langsung ku cegah

.

.

Ku gas saja lah karena ia juga tak peka peka.

Cium bibirnya dulu sambil meremas oppainya.

"Lepaskan" ucap Yumi namun ia tak kuat menahan

"Baiklah ku lepaskan" balas ku

Plak!

Aku di tampar.

"Hentai!" teriaknya

"Maaf tapi aku tak tahan" ucap ku sambil bersujud di lantai

"Jaga sikap mu dan hargailah diriku!" ucap Yumi sambil marah

"Um, bisa tutupi dulu tubuh mu?" tanya ku

Ia baru sadar bahwa ia masih telanjang, ia buru buru berendam lagi di bath up.

"Pokoknya jangan lakukan lagi, bukannya aku menolak tapi aku merasa ini terlalu cepat untuk hubungan yang baru satu hari belum genap"

"Baiklah, maaf menyerang mu tiba tiba tadi" ucap ku

"Umm"

.

Saat tidur berdua di ranjang.

Suasana jadi canggung.

"Mendekatlah, bersandarlah padaku agar tidur mu lebih nyenyak" ucap ku

"Tenang aku tidak akan aneh aneh lagi" ucap ku

Yumi agak ragu namun karena mencoba memberikan ku kesempatan kedua ia akhirnya mau.

Lanjut bercerita.

"Universitas tujuan mu ada di mana?" tanya ku padanya

"Di Universitas Tokyo jurusan Management, katanya kamu mau ke Seni universitas Shinomiya apa benar?"

"Iya benar, aku kan sudah punya planing juga akan kerja di sini juga"

"Oh begitu rupanya" balas Yumi dengan biasa saja

"Kamu mungkin biasa saja hari ini, tapi entah waktu kita berpisah nanti hehe, sudahlah mari tidur, besok kamu dan Oono jalan jalan saja duluan"

"Itu bisa di atur"

"Selamat tidur Yumi chan" ucap ku

"Selamat tidur, semoga mimpi indah"

.

.

.

.

Jam 6 bangun tapi ku lihat Yumi sudah tidak ada di samping ku.

Aku duduk dan ku dapati dirinya sedang ngopi ternyata.

"Kamu suka kopi?" tanya ku

"Tidak juga, tapi karena adanya ini ya ku minum saja, kamu mau juga?"

"Boleh saja, tolong buatkan satu"

.

Yumi membuatkan.

"Nanti jam 7 sarapan di lantai satu, jangan terlewat" ucap ku

"Iya"

.

Jam 6.30 mandi, bersama sama!

Tapi kali ini aku tidak berani menyentuhnya, cuma memandangi saja yang indah indah.

.

Jam 7 turun ke bawah sarapan bersama dengan ibu dan Oono chan.

Jam 7.30 aku dan ibu pergi ke perusahaan Shinomiya AGC dan LN, untuk Oono dan Yumi kami tinggal di hotel.

.

Jam 7.45 sampai lokasi.

Aku masuk ke ruangan reservasi sementara ibu masuk ke ruangan intervew.

"Semoga sukses" ucap ibu

"Ibu juga" balas ku

.

Di dalam ruangan ku.

Ku persiapkan hard copy volume pertama novel yang ku buat.

Jam 8 tepat editor ku masuk.

Kami berbincang sebentar dan ia mulai mengecek hasil kerja ku.

"Volume lain sudah ada kan?" tanyanya

"Sudah, memangnya untuk apa?"

"Peraturan bagi novelis yang bekerja jarak jauh agar novel mereka terbit, paling tidak perusahaan harus menabung sampai 3 volume"

"Oh, jika begitu aku sudah ada sampai 8 volume, tapi 7 sisanya belum ku ilustrasikan dan belum ku buat cover"

"Itu bukan masalah yang penting ada tulisannya dulu agar bisa ku ulas, urusan ilustrasi dan cover itu sebenarnya kamu tidak di wajibkan membuat, tapi karena hasilnya bagus itu menjadi nilai plus dan tambahan penghasilan"

"Jika begitu langsung saja tanda tangan kontrak bisa pak?" tanya ku

"Bisa"

Ia menyiapkan kertas dan menyuruh ku tanda tangan di tempat yang telah di sediakan.

Isi perjanjian.

1. Novelis wajib online setiap hari agar editor bisa memantau perkembangan cerita.

2. Urusan revisi editor hanya menyarankan dan jika memang wajib di ganti, novlis wajib menggantinya

3. Soal pekerjaan intinya~

4. Sama

5. Sama

.

.

.

12. Gaji Novelis di hitung dari kontrak kerja awal yaitu perbulan 200 rb yen, tunjangan kesehatan dan lain lain.

13. Bonus gaji yaitu 15% dari penjualan per buku.

.

..

Ku tanda tangani dan otomatis aku dapat tunjangan tempat kerja di sebuah apartemen.

Namun tidak ku terima sebab aku belum mau tinggal di sini.

.

.

.

Ku serahkan soft copy volume 2-8, untuk gaji cair tanggal 1, di sini Novel terbit 1 bulan sekali paling cepat, sebab sekali terbit langsung 1 volume, namun untuk kasus Haruka yang membuat bab satu volumenya terlalu banyak, kebijakan perusahaan akan membuat 2 seri tiap volume, yang artinya juga gaji pokok Haruka tetap namun bonusnya dobel karena melampaui target bulanan.

Sebelum pergi juga.

"Begini pak Ume, saya juga punya manga apa anda bisa mengulasnya?" tanya ku

"Manga? Coba keluarkan dulu, jika bagus akan ku rekomendasikan pada kenalan ku di bidang manga" balasnya

Ku keluarkan gambaran manga ku, walaupun ya hanya baru 1 chapter, tapi itu sudah termasuk banyak karena berisi 45 halaman.

Pak Ume membuka halaman pertama, matanya ku lihat langsung fokus pada gaya menggambar ku yang detail.

Ia membalik halaman dengan cepat.

..

"Aku berkomentar ini bagus di cerita, tapi aku tidak tau bobot penilaian lanjut, sebentar akan ku telepon kenalan ku agar ia mengulas lebih detail"

"Baik pak"

.

Pak Maito datang ke ruangan (ia editor manga)

"Haruka Katakawa" ucap ku memperkenalkan diri

"Maito Isako, editor manga" balasnya

Pak Maito duduk dan langsung membuka manga ku.

Ia fokus dan sangat fokus hingga ke detail detailnya.

"Ini di buat berapa minggu dan berapa asistennya?" tanya pak Maito

"Ku buat satu bulan total waktunya, tapi saya mengerjakan hanya seminggu sekali dan saya tidak punya asisten pak" balas ku

"Jadi 4 hari ya, ini bagus, sangat bagus malah, tapi biar ku tanya dulu ini hanya untuk pribadi atau memang untuk kamu terbitkan?" tanyanya

"Ingin saya terbitkan" balas ku

"Jika begitu selamat kamu lolos seleksi awal, buatlah 2 chpter lagi, jika bisa sebelum tanggal 1 Maret agar manga mu bisa terbit bulan aprilnya, jika manga mu bisa kamu pertahankan seperti ini terus, aku berani memperjuangkan agar manga ini terbit secara mingguan dan bulanan, yang artinya kamu bisa membuat serialiasi sendiri nantinya"

"Tapi rumah saya di Tokyo, apa bisa pak kerja secara jarak jauh?"

"Itu bisa saja, tapi di usahakan tiap bulan kemari untuk review hasil kerja dan mempererat hubungan kerja"

"Jika begitu saya akan berjuang membuat 2 chpter berikutnya pak"

"Ya akan ku tunggu, silahkan save nomor ku ini, hubungi aku jika sudah selesai, kirim secara soft copy saja nantinya"

"Baik pak"

.

Jam 10 keluar dari sana begitu juga ibu.

"Yey ibu di terima dong, senin depan ibu mulai kerja" ucap ibuku

"Terserah ibulah, lalu ibu mau kembali ke Tokyo dulu apa tidak?" tanya ku

"Tidak, kamu tolong bilang ke Oono chan untuk packing barang ibu dan tolong juga kirimkan ke sini ya"

"Memangnya ibu akan tinggal di mana?" tanya ku

"Di apartemen khusus pekerja"

"Baiklah nanti kirimkan alamatnya padaku, jumat kan aku kembali, sabtunya akan ku kirim" balas ku

"Ok, kamu memang anak terbaik walaupun kamu suka ngeyel, bagaimana kontrak kerja mu apa lolos juga?"

"Lolos dong, 200 rb yen per bulan sudah pasti ku dapatkan" balas ku

"200 rb yen bangga, ibu nih 350 rb yen" ucapnya

"Terserahlah, mau lebih dari itu aku juga gak bakalan minta, sudahlah ayo kembali ke hotel dan mulai holiday di Miyagi!"

"Yoi!" balas ibuku

.

Kembali ke hotel, anjak Oono dan Yumi ke rental mobil dulu, agar bepergian lebih mudah dan gak ribet.

Pertama, makan siang dulu di wagnaria, lanjut ke komplek perusahaan Shinomiya (hanya lewat saja), jam 1 ke kuil dulu.

Note : Kuil di depan rumahnya Shinomiya itu.

"Wow di sini besar dan ramai pengunjung" ucap Oono

"Ini kuil termegah di Miyagi loh" ucap ku

"Sudah jangan banyak cing cong, kita ke sini mau berdoa kepada tuhan karena telah memberikan nikmatnya pada kita" kata ibu

Kami berempat berdoa.

.

Selanjutnya menuju tempat wisata pertama, yaitu benteng peninggalan, ambil foto dan video untuk kenangan dan sudah, lanjut ke taman tengah kota, menikmati crepes dan naik bebek goes di danaunya.

Di bebek goes ku.

"Ini menyenangkan ayo ayuh terus Haruka" ucap Yumi

"Sebentar, aku lelah" balas ku

"Ya sudah istirahat dulu, mari foto foto saja dulu" ucap Yumi

"Boleh saja, kamu yang pegang kameranya atau diriku?" tanya ku

"Kamu saja" balasnya

.

Kami berpose

Cekrek ckrek cekrek.

"Satu lagi lalu mari buat video" ucap ku

"Umm"

"1... 2....3"

Cuph

Cekrek!

"Eh, kamu mencium pipiku?" tanya ku

"Apa tidak boleh?"

"Ya boleh saja sih, coba ulangi lagi" ucap ku

"Gak akan"

"Yehhh, ya sudah mari lanjut video saja"

.

Jam 5 sore.

Lanjut ke onsen yang terkenal.

Ku boking satu onsen untuk keluarga ku.

"Eh jadi mandi bersama?" tanya Oono kaget

"Apa masalah?" tanya ku

"Untuk Yumi kurasa tidak masalah, jika Oono tidak mau kamu berendam di bath up saja nak" ucap ibu

"Eh, ibu tidak malu memangnya?" Oono bertanya

"Malu kenapa, Haruka itu datang dari tubuh ku, jadi jika ingin menyatu lagi ya bukan masalah" balas ibu(dark joke)

"Ibu jangan katakan hal mesum di sini" suruh ku karena langsung dong

"Hahaha, sepertinya anak ku laki laki sudah paham ya" kata ibuku

"Menyatu? Maksudnya sex?" pikir Yumi dan Oono baru paham

.

Di kolam air panas.

Kami berempat masuk, tapi ya sayangnya para ciwi ciwi pakai handuk untuk menutupi tubuh mereka.

"Kalian mandi atau apa sih, handuk tidak di lepas begitu!" teriak ku

"Kamu jangan ngelunjak, sudah bisa melihat kulit putih ibu saja sudah bagus" komentar ibuku

"Hentai!" ucap Oono

"Bakemono!" ucap Yumi

"Huu!" teriak ku

.

.

Selesai mandi sauna bersama, mandi lagi, gantu baju lalu minum susu.

"Ahhh segarnya" ucap ku setelah menghabiskan satu botol 330 ml.

"Memang nikmat" ucap ibu yang sekarang duduk di kursi pijat

Oppainya bergoyang.

"Ibu jangan goda diriku dengan keinginan duniawi seperti itu" Ucap ku

"Kamu sudah punya Yumi kan, padanganmu ke Yumi saja jangan ke ibu" balasnya

"Hmm dasar"

.

Jam 7 makan malam di Wagnaria, jam 8 kembali ke hotel, ambil makanan lagi sebab gratis.

Jam 9 masuk ke kamar masing masing.

"Oh benar juga, kamu mau kamar sendiri kan? Biar ku pesankan sekarang ya" ucap ku pada Yumi

"Gak usah, aku suka di sini saja"

"Bukannya kemarin menolak sekamar ya?" tanya ku

"Itu kemarin, sekarang berbeda"

"Hmm, ya sudah, ganti baju tidur sana di kamar mandi, terus gantian diriku"

"Baiklah"

.

5 menit, Yumi keluar dari kamar mandi.

Ku lihat ia pakai baju tidur biasa, namun ada yang aneh.

"Kamu tidak pakai daleman?" tanya ku

"Jangan tanya hal yang tidak sopan seperti itu!"

"Ya hanya memastikan saja, jadi apa benar tidak pakai?" tanya ku lagi

"Apa perlu ku jawab jika kamu sudah tau?" ia berbalik tanya

"Wow, kamu berani sekali, di sini aku bukan suami mu loh"

"Asal kamu tidak macam macam aku tidak mempermasalahkannya"

"Hahahaha, baik baik aku ganti baju dulu"

.

Waktunya rebahan.

Nyalakan tv dan redupkan lampu.

Seperti kemarin, ku suruh Yumi untuk bersandar padaku, ia mau tanpa banyak bicara, mungkin ia sudah kecanduan dengan tubuhku dan bau ku.

Jam 11 malam.

Ku lihat Yumi sudah tidur duluan.

Saatnya beraksi.

Tangan kiri mulai menyentuh oppainya.

"Sensasi ini membuat ketagihan" ucap ku dalam hati

Buka kancing piyamanya secara perlahan agar tangan ku bisa masuk.

Perlahan dan perlahan.

"Sedang apa Haruka" ucap Yumi sambil memandang ku

"Yumi, tidak ini kancing mu terlepas ingin ku betulkan" balas ku

"Kamu ini memang laki laki mesum ya" ucapnya

"Hehe sudah tidur saja, maaf mengganggu mu" ucap ku

Yumi membuka kancing bajunya.

"Silahkan pegang tapi jangan terlalu kasar" ucapnya sambil malu malu

"Boleh emut sekalian?" tanya ku

Ia mengangguk.

Itadakimasu!!!

.

.

Jam 6 pagi.

Kami berdua telanjang bulat, ya sebabnya kemarin malam keterusan hingga ku pecahkan keperawanannya Yumi.

"Bangunlah Yumi chan" ucap ku sambil menggoyangkan pipinya

Matanya terbuka perlahan.

"Sudah jam berapa?"

"Jam 6 pagi" balas ku

"Masih terlalu pagi!" teriaknya

"Bukanya begitu, tapi kita check outnya jam 9 nanti, jadi lebih baik berberes sekarang daripada nanti terburu buru" ucap ku

"Eh sudah mau pulang?" tanyanya

"Belum, tapi kita pindah tempat menginap, kita akan pindah ke apartemen baru ibuku di sini, kamu tau kan ia di terima kerja di sini" ucap ku

"Oh, tunggu 10 menit lagi, biar ku kumpulkan nyawa ku dulu"

"Haha memangnya kamu sebar di mana nyawa mu, ya sudah istirahatlah dulu, biar ku bereskan pakaian kita dan jangan lupa pakai bajumu"

"Emm" balasnya tapi tidak peduli dan kembali tidur

.

Ku bereskan pakaian kami yang berserakan saat kejadian kemarin.

Mandi duluan lalu beres beres lagi.

Jam 6.30 ku bangunkan Yumi lagi.

"Buruan mandi atau ku tinggal" ucap ku

Yumi langsung terbangun.

"Ishhh!" teriaknya

Aku kaget dong.

"Kamu mau mandi atau tidak, badan mu bau loh" ucap ku

"Ini sebab mu"

"Ya ku minta keluar di dalam kamu tidak mau"

"Mana mungkin aku mau mengambil risiko!"

"Ya ya, sekarang mandi dulu, sarapan jam 7"

"Iya iya, kamu sudah mandi?"

"Sudah"

.

Jam 7 sarapan di bawah.

"Kamu tampak kelelahan Yumi chan, apa sudah tembus?" tanya ibuku

Muka Yumi langsung merah.

"Ibu ini apa keturunan suku barbar sih, tanya langsung ceplas ceplos tanpa rem begitu" ucap ku

"Tapi lihat itu mukanya Yumi memerah, pasti tebakan ibu benar"

"Sudah diam, jangan tanya lagi" ucap ku

"Huu gak seru"

..

Jam 8 lanjut pindahan ke apartemen barunya ibu.

"Kamarnya hanya satu, jadi terpaksa nanti malam yang laki laki harus tidur di sofa" ucap ibu

"Aku tidur di luar saja gpp kok" ucap ku dengan senyuman kesal

"Ya sudah di luar saja jika begitu" ucap ibuku

"Hmmzz!!!"

.

Jam 10 lanjut liburan sekarang tujuannya adalah waterfall.

Tapi sayangnya saat sampai di sana kami tidak boleh nyebur hanya boleh melihat saja.

Tapi itu tidak masalah, sebab kami masih bisa menikmati cipratan airnya yang dingin.

.

Jam 11 mampir di restoran dekat situ.

"Aku mau ramen dan oden menu lengkap" ucap ku pada ibu

"Aku ramen saja" ucap Yumi

"Aku Oden saja" kata Oono

"Baiklah, minumnya teh hangat oke?" tanya ibu

"Aku bir saja" ucap ku

"Haruka!"

"Air botol saja jika begitu" ucap ku

"Teh"

"Teh"

.

Pesanan datang kira kira 15 menit..

"Makan mienya dulu atau oden dulu ya" ucap ku

"Makan keduanya langsung saja" ucap ibuku

"Gak, rasa kaldu yang berbeda tidak mungkin bisa menyatu dengan baik, mungkin aku harus makan oden dulu karena rasanya yang gak terlalu nendang"

"Ramen saja dulu, nanti mienya jadi lembek" ucap Oono

"Ah benar juga, tapi setelah makan mie lalu makan oden rasanya pasti kurang enak" balas ku

"Ya sudah oden saja dulu" ucap Yumi

"Nah kamu sependapat kan, oke oden dulu saja"

Ketiganya geleng geleng kepala karena tingkahku.

30 menit selesai makan.

"Baiklah, waktunya hitungan, ramen harganya 1000 yen, odennya 600 yen, teh 150 yen, air botol 90 yen jadi hitung sendiri apa yang kalian makan dan serahkan uangnya pada ibu" ucap ibu

"Horok harus bayar juga?" tanya ku

"Iya lah"

"Tasku ketinggalan di mobil" ucap Oono

"Aku juga" kata Yumi

"Huh, ibu ini jangan bercanda segera bayarkan sana" ucap ku

"Ibu gak bercanda, nih uang ibu saja pas 1400 yen, sesuai pesanan yang ibu makan" balasnya sambil menujukan uang yang di pegangnya

"Hmmm, ngapain tadi menawarkan jika begitu!" teriak ku lalu mengeluarkan dompet

"Ibu bayarkan sekalian ya" ucap ibu

"Gak!" teriak ku lalu merampas uang di tangannya

Aku pergi ke warungnya lalu membayar sesuai yang kami pesan.

"Totalnya 8200 yen"

"Lah mahal sekali, lihat bilnya" ucap ku

Ia menyerahkan billnya.

Tempat duduk 300 yen per jam.

"Tempat duduk pun harus bayar" pikir ku

.

Ku bayarkan tagihannya dan bersumpah tidak akan makan di sini lagi karena mahal dan makanannya termasuk tidak enak.

"Ayo kembali ke mobil, lanjut ke wisata selanjutnya" ucap ku

"Oke" balas mereka bersamaan

.

Jam 2 lanjut ke taman hiburan.

"Per orang 500 yen, namun jika anda membayar 5000 yen per orang, anda bisa menikmati semua wahana sebanyak satu kali per wahana"

.

Ibu, Yumi, dan Oono melihat ku dengan bintang di matanya.

"Aku sudah habis banyak uang loh ini" ucap ku mencoba beralasan

"Halah gak masalah, uang bisa di cari lagi" ucap ibu tanpa rasa bersalah

Ku keluarkan dompet dan ku tarik uang 20 rb yen dengan ragu ragu.

"Buruan, di belakang sudah banyak yanh antri" suruh ibu

"Dasar orang tua jahat" ucap ku dalam hati

.

"Empat paket full pak" ucap ku ke kasirnya

"Baik, Totalnya 20 rb yen" balasnya

Ku serahkan uangnya.

"Boleh tidak sih ku anggap ibu berhutang?" tanya ku

"Gak boleh, jangan perhitungan dengan orang tua" balasnya

"Huhhh ini mengesalkan"

.

"Sudah sabar saja" ucap Yumi

"Kamu sama saja!" teriak ku

"Sudah, ibu memang seperti itu orangnya" kata Oono

"Ngajak berantem ya kamu, katakan begitu jika kamu tidak ikut ikutan ibumu" ucap ku padanya

"Oke Oono chan, ayo langsung coba kereta cepat itu" Yumi mengajak

"Oke"

"Aku gak di pedulikan!" teriak ku

.

Mereka pergi

"Ibu jalan bersama ku saja" ucap ku

Tet tot

Ibu sudah menghilang ternyata.

"Oke, jika begitu sikap kalian, oke oke!" ucap ku dengan kesal namun ya kesal saja

Pergi ke tempat gacha gelang. (lempar gelang maksud Author)

"Berapa harganya pak" ucap ku

"1000 yen dapat tiga gelang"

"Mahal sekali"

"Jika tidak dapat hadiahnya, boleh pilih salah satu ganci di situ kok" ucapnya sambil menunjuk gantungan kunci

"Baiklah saya beli 10 rb yen" ucap ku

"Oke, jadi 30 gelang ya"

"Tunggu sebentar, hadiahnya ada berapa itu"

"Ada lebih dari 120 hadiah"

"Bukan, maksud ku yang besar besar saja" ucap ku

"Ada 75"

"Beli 90 gelang jika begitu" ucap ku

"Huh bocah, mau ambil semua hadiah memangnya" pikir penjualnya meremehkan ku

.

Ku berikan uang sebanyak 30 rb yen.

Orang orang berkempul melihat ku.

Lemparan pertama.

Whoss

"Ah gagal" ucap ku

"Sayang sekali masih gagal, cobalah lagi nak" ucap penjualnya

Lemparan ke dua juga gagal karena gelang sudah masuk ke perangkap namun memantul keluar lagi.

"Kan sudah ku bilang, bocah" pikir penjualnya

.

Ku mainkan trik Lemparan pengunci, lempar dua sekaligus satu dapat yang kedua mungkin terlempar keluar.

"Cobalah lagi nak" ucap penjualnya

Aku berancang ancang.

Whos whos whos whos whosh wshohhh

Hingga gelang di tangan ku habis, ku lakukan ini agar penjualannya tidak menyuruh ku pergi saat mendapatkan hadiah yang banyak.

.

.

.

Total yang dapat 78 gelang. 75 hadiah besar ku dapatkan semua.

Semua penontonnya bertepuk tangan.

"Hore berhasil!" teriak ku dengan garang

Penjualnya mengeluarkan keringat dingin langsung.

"Pak bungkus semuanya" ucap ku

"Nak apa kamu mau membuat ku rugi?" tanyanya

"Gak peduli, pokoknya bungkuskan semuanya" balas ku

"Tapi nak"

"Ku lapor polisi nih jika tidak di bungkus" ucap ku

Ia segera mengambil hadiah yang ku dapatkan.

"Rugi 500 rb yen!!" ucap penjualnya dengan kesal dalam hati tapi

.

"Nak bolehkah saya beli boneka yang ini?" tanya seorang ibu ibu sambil menggandeng putrinya yang masih kecil

"Boleh saja, ku jual murah 2000 yen saja nona" ucap ku

"Baiklah, ini uangnya" ucapnya padaku sambil memeberikan uang

Penonton lain yang mau membeli hadiah pun datang.

78 hadiah hanya sisa 3.

"Lumayan balik modal sebanyak 240 rb yen" ucap ku

"Nih pak sisa hadihanya ambil lagi saja" ucap ku menyerahkan hadiah kecilnya

"Gak butuh!" teriaknya

"Ya sudah jika gak butuh, ku bawa pulang saja" ucap ku

Next!!!

下一章