webnovel

Teringat Janji

"Hentikan! Jangan diingatkan, itu berbeda, sangat berbeda." Raj berucap sembari memejamkan

matanya dengan erat, teringat masa lalu yang enggan ingin dia ingat, karena ucapan Terry itu membuat Raj jadi mengingatnya kembali, ia pun mengepalkan kedua tangannya seraya berteriak dengan sangat keras, sehingga suaranya itu memenuhi markasnya.

Para anak buah yang ada di luar berhamburan masuk ke dalam markas, takut kalau bosnya itu kenapa-kenapa, sebab dia mengerang seperti kesakitan. Lalu salah satu anak buah yang bernawa Edwin pun bertanya. "Bos, ada apa? Apa ada Santa? Mana dia? Apa dia menyakiti, Bos?" Edwin sudah bersiap dengan memasang jurus kuda-kudanya, menoleh ke sana ke mari untuk memastikan keamanan, tak lupa para anak buah yang lain mengikuti gerakannya.

Terry yang melihat para anak buahnya seperti itu, dia yang sedari tadi duduk di kursi kayu kecil tanpa sandaran. Langsung bangkit dan mendekat ke arah Edwin dengan berbisik, memberitahu situasi dan kondisi sekarang. Edwin yang sudah mengerti, dia mengangguk dan mengajak semua temannya untuk pergi. Kini markas itu kembali hening karena semuanya sudah keluar lagi.

Terry pun menyesali perbuatannya. Karena ucapannya itu membuat Raj seperti ini. "Maafkan aku, Bos, aku tidak bermaksud mengingatkan, Bos tentang itu, aku hanya ingin melindungi, Bos saja! Kalau itu keputusan, Bos, aku akan mengikutinya dan pastinya aku akan melindungi, Bos, dengan segenap jiwa dan ragaku, itu janjiku!" Ucapan Terry terdengar lantang dan jelas.

Mata coklatnya terus menatap penuh ke arah Raj yang masih membelakanginya dan terlihat masih terpejam dari balik cermin. Terry sangat jelas melihat wajah Raj itu, karena pantulan cermin yang mengarah kepadanya. Bagi Terry, Raj adalah seorang yang sungguh luar biasa, bahkan dia adalah malaikatnya, tak akan Terry meninggalkannya apapun yang terjadi. Karena dulu Terry telah dibantu olehnya, berkat Raj lah Terry bisa membuat ibunya bertahan hidup meskipun hanya sesaat, juga bisa makan dan sekolah sampai sebesar ini, Raj sudah menganggap Terry adalah saudaranya, kedua orang tuanya juga baik dan menganggap Terry anaknya sendiri, hanya saja mereka keseringan sibuk, bertugas ke luar negeri.

Coba tidak ada Raj pastinya Terry tidak akan jadi manusia seperti ini, pastinya akan terus terlonta-lonta di jalanan, jadi sebelum ibu Terry meninggal. Beliau berpesan agar Terry selalu berada di samping Raj dan bersumpah untuk menjaga Raj, itulah amanah yang harus diemban oleh Terry, tapi meskipun misalnya ibunya itu tak memberi amanah, pastinya Terry akan tetap mengabdi kepada Raj hingga akhir hayatnya.

"Jadi ... kau mendukungku, Terry? Benarkah? Apapun itu?" tanya Raj yang sudah agak tenang. Dia menoleh ke arah Terry dan membalikkan badannya, sekarang keduanya sudah bertukar pandangan dengan senyuman tipisnya.

"Iya, Bos, apapun itu akan aku dukung, jadi, Bos jangan ragu, kita hadapi Santa sama-sama, dia sudah tidak bisa diarahkan berarti harus dibasmi, sepertinya kita perlu membasmi Silver terlebih dahulu, Bos, karena dia yang terus mengadu domba kalian, mungkin barangkali dengan meninggalnya Silver akan membuat persahabatan kalian kembali seperti semula."

Raj yang mendengar penuturan Terry, dia mengangguk saja. Ucapan Terry masuk akal juga, karena dia juga sebelumnya sudah berfikiran kalau yang menyebabkan semua ini adalah Silver, memang hubungan keduanya agak tidak baik, tapi pastinya ada yang menyulut api lagi, sehingga menjadi sebesar ini.

"Begitukah? Kenapa pemikiranmu sama denganku, oke kalau begitu nanti kita tangkap, Silver terlebih dahulu dan kita interogasi dia, dia harus terus kita sembunyikan agar Santa hilang semangat, lalu kalau boleh aku minta kamu panggil aku, Raj saja, karena kita sudah lama bersama, aku tidak pernah menganggap kamu anak buahku, bagiku kamu adalah sahabatku, kita seumuran." Ucapan Raj itu sungguh membuat air mata Terry menetes dengan sendirinya, dia lalu mengusap air matanya itu dengan kasar. Sedari tadi dia yang masih berdiri, berjalan ke arah Raj beberapa langkah saja dan langsung memeluknya erat.

"Terimakasih, Bos, ehhh Raj, terimakasih atas semua jasamu, aku juga sudah menganggap kamu keluarga sedari dulu, siapa lagi kalau bukan kamu, hanya kamu keluarga satu-satunya yang aku miliki, tanpa kamu aku bukan apa-apa."

Rasanya Terry tak percaya, sampai-sampai ia masih canggung rasanya untuk memanggil nama Raj saja, tapi dia sudah harus terbiasa mulai sekarang, kalau tidak takutnya Raj akan melototinya, karena tadi dia salah berbicara tentang bos saja Raj meliriknya dengan tajam, kini keduanya tertawa senang, masih dalam suasana berpelukan. Menggoyangkan pelukan itu ke kanan dan ke kiri.

Setelah itu pelukan pun dilepaskan oleh Raj karena Raj melihati jam yang ternyata sudah pukul setengah 7 itu. Dia yang teringat janjiannya kepada Yelin. Langsung menepuk jidatnya karena hampir melupakannya, untung saja masih setengah tujuh, setidaknya kalau tidak ada kemacetan sampai ke cafe itu dalam waktu 30 menit, berbeda kalau macet, pastinya Raj akan terlambat, kali ini ia berencana naik motor, jadinya bisa menerobos lewat jalan tikus, jadinya bisa cepat dari pada taksi.

Terry yang paham maksud Raj, ia pun berceloteh. "Bos, ehhh maksudku Raj, apakah mau berangkat sekarang? Aku anterin bagaimana? Aku ikuti kamu dari kejauhan, agar kamu aman, barangkali ada Santa yang berniat jahat kepadamu."

Raj pun menggeleng cepat. "Tidak usah, lagian juga dekat kampus, tidak mungkin Santa berani macam-macam kepadaku, di sana sangat ramai, kalau dia macam-macam pastinya akan diserang sama semua orang yang ada di sana, karena kamu tau sendiri status aku."

Terry mengangguk saja. Namun, dalam hatinya dia tetap akan melindungi sahabatnya itu. Pastinya Terry akan membuntuti Raj dari kejauhan, ia akan menjaga Raj dengan penuh. Tidak boleh lengah sedikit pun.

Raj lalu meraih jaket hitam berbulu domba yang menggantung di gantungan baju itu. Dia memakainya dengan cepat. Setelah itu menatapi cermin sebentar, merapikan rambutnya dan tersenyum tipis ketika melihat wajahnya yang masih terlihat tampan meskipun tanpa make up itu. Sepatu bootnya yang sudah melekat di kedua kakinya sedari tadi langsung dilangkahkannya saja. Untung saja dia sudah memakai sepatu, jadinya tidak usah ribet dan bisa langsung pergi saja. Tapi sebelum pergi. Raj menepuk bahu Terry. Itu adalah rasa bangga kepadanya. Ia pun memberi pesan kepada Terry.

"Terry, kamu jaga markas dengan baik ya ... jangan sampai si Silver menggila dan menghancurkan markas kita lagi. Pasang pengamanan dengan sangat ketat. Jangan lupa besok kita ada acara bakti sosial untuk fakir miskin, kita mengadakan acara tepat setahun sekali, acara besar-besaran itu, kamu tidak lupa kan?"

"Baiklah, Raj, siap! Aku tidak lupa kok, dan pastinya nanti kamu balik sudah beres semuanya," balas Terry dengan tegas dan penuh semangat.

"Oke, aku sangat percaya kepadamu."

下一章