webnovel

Lelaki Lumayan Tampan

"Kenapa, Bos? Apa ada masalah?" tanya Terry yang melihat Raj menepuk jidatnya.

"Hmmm ponselku tiba-tiba mati, tolong charger kan!" perintah Raj yang diangguki oleh Terry. Raj memberikan ponselnya dan diterima oleh Terry. Setelah itu, Terry bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah tempat charger berada, ia pun mencharger ponsel Raj.

Raj tidak memperdulikan tentang mamanya yang jelasnya kelabakan mencarinya, Raj pikir pasti mama Yura mengerti betul kalau ponselnya mati, karena sudah sebagai mestinya selalu sewaktu ditelepon sering seperti ini, mati tidak jelas dan tak pernah sampai tahap usai dalam telepon menelepon. Karena Raj memang sungguh sangat malas untuk mencharger ponselnya.

Namun, Raj sedikit kepikiran tentang Yelin. Bukan karena dia merindukannya, tapi dia berfikir kenapa tadi bilang kepada Santa tentang Yelin, apa dia tidak akan terancam bahaya kalau Santa tau dan mengenalnya, jadi terlihat sekarang kalau Raj sungguh gelisah, hatinya berkecamuk dan merasa takut. Ia tidak ingin membuat orang lain celaka karenanya, maka dari itu, diputuskan Raj untuk mengecek Yelin sesekali nantinya.

***

Sementara di tempat yang lain. Tepatnya di tempat Yelin. Dia tersenyum senang, membayangkan apa yang dilakukannya bersama Raj. Dia sudah berada di rumah sejak tadi, dan sekarang lagi sibuk berbaring di atas ranjangnya. Tanpa memperdulikan kalau dia meninggalkan kelasnya, untung saja ibunya belum pulang berjualan, jadi Yelin aman dan tidak akan dimarahinya kalau membolos. Sedangkan ayah Yelin, sering berpergian untuk mencari uang, dari tempat satu ke tempat yang lain, baginya ke mana pun perginya, yang penting cukup dan bisa memenuhi kebutuhan istri dan anaknya.

"Ternyata orang tampan ada beneran, aku kira hanya di drama saja, dia sangat berbeda dan tidak mudah didekati, berbeda dengan semua lelaki yang ada di kelasku, yang jelek dan kucel, uhhh bahagianya aku bisa mengenalnya," oceh Yelin yang bergelimpangan di atas kasur, dengan membolak-balikkan dirinya yang sedari tadi memeluk gulingnya erat. Rasa malu-malu tiba-tiba muncul seketika dan berteriak dengan hebohnya, hingga gulingnya pun jatuh terongok ke lantai.

"Aaaaaa, kamu tampan sekali sihhh, pokoknya aku harus mendapatkanmu, lagian kenapa namamu sama persis ada di mimpiku, wajahmu juga, masak iya nanti aku akan mati di tanganmu, tapi belum tentu juga sih sebabnya sama, mungkin dia membunuh orang yang di belakangku dan melindungi haaaaah, masa bodoh, lihat saja nanti," lanjut Yelin yang akhirnya tak perduli dengan mimpi-mimpinya, tangannya itu meraih guling yang jatuh, setelah mendapatkannya Yelin memeluk guling itu kembali.

Dia yang sungguh dalam posisi enaknya, hampir saja tertidur, untung jam melihati jam yang tertera di dinding. Jam sudah menunjukkan pukul setengah 2 siang sekarang. Ia harus bergegas untuk pergi karena jam 2 ibunya pasti kembali dari jualan keliling, kalau beliau tau kalau Yelin membolos meskipun ada alasannya, tetap saja dimarahin. Memang ibu Yelin itu sangat tegas dalam hal disiplin anak, agar anaknya sukses di masa depan. Begitulah cara ibu Yola mendidik anaknya.

Yelin pun bangkit dan berhamburan untuk keluar, tak lupa pintu ditutup seperti semula, dengan kunci yang disimpan di tempat rahasia seperti biasa, hanya ibu dan ayahnya yang tau, jadi pastinya aman dari maling atau apapun itu. Yelin berniat untuk pergi di tepian bukit saja, mungkin melamun sambil menunggui jam kuliah pulang dengan tepat. Barulah ia kembali ke rumahnya agar ibunya mengira dia kuliah. Tapi sebelum itu dia berniat untuk ke masjid terlebih dahulu, untuk menunaikan sholat dhuhur, barulah bersantai di bukit yang agak jauh dari rumahnya. Memang desa Yelin dekat dengan perbukitan, jadi sungguh sejuk setiap harinya. Cocok untuk bersantai dan melamun di atas bukit sana.

"Setelah dari masjid ini, enaknya nongkrong deh di bukit saja," ucap Yelin dengan menyibakkan rambut panjangnya yang se-punggung itu. Rambut pirangnya menyinar ketika terpantul oleh cahaya matahari, jalannya lenggak-lenggok karena lekukan tubuhnya terlalu indah, meskipun dia tidak memakai baju ketat tetap indah bila dipandang mata. Kaki jenjangnya juga sangat indah dan mulus, dengan memakai rok selutut dan sepatu boots, jadi terlihat memukau.

Yelin pun masuk ke dalam masjid yang sudah ada di depan matanya, memang masjid dekat dengan rumahnya, hanya beberapa meter saja, bahkan ibunya biasanya pulang berjualan pastinya lewat masjid itu, Yelin tidak bisa pandai berbohong, akan sangat tampak oleh ibunya kalau dia berbohong, jadinya Yelin berniat untuk sembunyi saja sampai tiba jam 3 nanti untuk pulang kuliah.

'Semoga saja nanti bukitnya sepi, kalau ramai dan melihat tetangga, jelas dia bilang ibu, kan gawat. Sekarang aku mau sholat terlebih dahulu.' Batin Yelin.

Ia melakukan berwudlu terlebih dahulu, setelah itu melakukan sholat. Lumayan lama untuk Yelin untuk melakukan sholatnya, selain khusyuk, Yelin juga berdoa sangat panjang, tak lupa meminta jodoh, selalu begitu dia, bahkan hidupnya suka candaan dan tantangan, bahkan Tuhannya juga selalu diberi candaan, tapi meskipun begitu dia sangat rajin beribadah. Jadi sangat tentram apabila melihat gadis cantik dan keren rajin beribadah, maka-nya cowok mana yang gak terpincut oleh Yelin.

Usai melakukan sholat dan doanya. Yelin melipat mukenah milik masjid itu, dia lalu bangkit dari duduknya, meneruskan rencananya yang tadi, bahwa dia akan duduk termenung di tepian bukit saja. Bisa santai-santai di sana dengan memutar drama kesukaannya, itu adalah ide yang luar biasa, agar tau bagaimana cara menaklukkan Raj. Karena dia memang sangat mendambakan itu. Bisa menaklukkan cowok super dingin dan kuat seperti dia adalah suatu kebanggaan yang luar biasa, jadi bisa memecahkan rekor kali pertama dari teman-temannya yang belum pernah melakukan itu.

Namun, sewaktu Yelin berlarian untuk naik ke tepian bukit dan mencari tempat duduk yang nyaman, ia ditabrak oleh seorang lelaki yang tinggi seukuran Raj dan kekar juga sama dengan Raj, mungkin seumuran dengannya, perbedaannya adalah lelaki itu tak setampan Raj, tapi juga membuat Yelin sedikit terpukau karena dia masuk kategori lumayan tampan.

Yelin yang melongo dan sudah duduk terjerembab, dia pun ditolong oleh lelaki itu dengan uluran tangannya. Yelin menerima uluran tangannya dan mencoba bangkit, tapi ternyata dia terkilir jadinya mendesis kesakitan. "Aw, sakit, ini semua gara-gara kamu tau ... tolong papah aku dong dan bantu duduk di batu besar itu!" tunjuk Yelin ketika menoleh dan menemukan batu besar itu.

Lelaki itu tersenyum dan patuh saja, karena memang ini salahnya. Ia pun membantu memijat kaki Yelin, ketika Yelin sudah duduk di atas batu. Awalnya Yelin menolak, tapi lelaki itu masih saja memijatnya. Ia pun berceloteh.

"Maaf, Yelin, aku tidak sengaja. Intinya aku bantu kamu sampai sembuh."

Yelin sontak kaget karena lelaki itu mengenalnya, dia mengernyit dan bertanya dengan menggelegar karena rasa penasarannya. "Kamu mengenalku? Bagaimana bisa?"

下一章