webnovel

Jebakan

"Camelia, apa kau bisa menyelesaikan semua ini sendirian?" tanya seorang wanita paruh baya yang sedang berdiri dengan wajah penuh peluh.

Camelia tersenyum dengan penuh semangat sembari mengangkat sebelah tangannya. "Tentu saja bu! lebih baik ibu duduk dan istirahat, untuk sisanya biar aku yang bereskan." ucap gadis itu ramah.

"Terimakasih Camelia, maaf ibu selalu merepotkanmu." ucap wanita paruh baya itu.

Camelia lagi-lagi hanya tersenyum, dia tahu jika ibu Wina pemilik restoran kecil tempatnya bekerja itu sudah terlalu tua untuk bekerja. Dia bahkan terlihat sangat lelah dengan tumpukan piring kotor dan meja-meja bekas para pelanggan makan. Camelia merasa tidak tega melihatnya, karena bagaimana pun bu Wina sudah dia anggap sebagai ibu kandungnya sendiri. Berbagai bantuan sudah sering wanita paruh baya itu berikan, terlebih dalam hal uang dan pekerjaan.

Hari sudah semakin larut, Camelia pun harus pulang sedikit terlambat lagi seperti kemarin. Seluruh tubuhnya sakit, pegal dan sangat lelah tentunya. Mungkin sesampai dirumah nanti, dia akan kembali memasak untuk ibu dan juga kakak laki-lakinya.

"Ibu Wina aku pamit pulang, sampai ketemu besok!" ucap Camelia dengan senyum manisnya.

"Camelia, ini ibu bungkus kan makanan untuk kamu dirumah. Terimakasih sudah membantu pekerjaan ibu sayang." ucap wanita paruh baya itu sembari menyerahkan kantong kresek ukuran sedang.

Camelia terlihat sangat senang, mungkin ini bukanlah sesuatu yang spesial. Namun bagi dia dua bungkus makanan ini begitu berarti, dengan begitu dia bisa istirahat lebih awal karena tidak perlu memasak lagi.

Kaki mungil itu melangkah perlahan menyusuri jalanan malam yang mulai sepi, bahkan longlongan anjing pun sudah terdengar hingga membuat bulu kuduk gadis ini berdiri. Malam ini tidak seperti malam-malam pada hari biasanya,  terlalu sepi dan mencekam. Camelia pun mempercepat langkah kakinya agar bisa segera sampai dirumah.

Tok tok tok

"Aku pulang!"

Ketika gadis cantik itu sampai dirumah, dia melihat sang ibu tengah menangis dengan tersedu-sedu disamping putranya. Dia bahkan berlari dengan segera ketika melihat putri bungsunya itu pulang, dengan akting yang sangat sempurna, Kania berhasil membuat Camelia percaya jika dia sedang dalam keadaan bersedih.

"Ibu ada apa?!"

Camelia sangat panik dan langsung menanyakan keadaan ibunya, wanita paruh baya itu tidak menjawab kecuali menangis. Akhirnya dia pun menanyakan pada sang kakak, dan disana Johnny mulai bersandiwara.

"Camelia, sebenarnya ibu memiliki hutang pada seorang lelaki kaya. Tapi karena kita tidak bisa melunasinya, orang itu mengancam akan memenggal kepala ibu. Dia sangat menakutkan bahkan hanya dengan tatapannya, kami sangat takut Camelia bagaimana ini?"

Lagi-lagi akting Johnny berhasil membuat gadis polos itu percaya, wajah Camelia terlihat semakin panik. Bagaimana jika ancaman lelaki kejam itu adalah benar? dia tidak ingin kehilangan ibunya. Tapi apa yang harus Camelia lakukan sekarang? untuk melunasi uang dia tidak memiliki apapun. Hingga sebuah ucapan membuat gadis ini cukup terkejut.

"Dia ingin kau datang menemuinya Camelia, lelaki itu bernama Rey. Dia adalah orang yang kau temui di diskotik malam itu, maafkan ibu karena sudah melibatkan dirimu dalam masalah ini. Ibu merasa sangat jahat dan bodoh!" ucap wanita paruh baya itu dengan air mata palsunya.

Camelia mengusap air mata sang ibu dengan penuh kasih sayang, dia tidak pernah tega melihat wanita yang sangat dia cintai itu menderita. Tanpa berfikiran buruk sedikit pun, Camelia berjanji akan membantu masalah ini. Besok pagi dia akan pergi menemui lelaki angkuh bernama Rey Ardiansyah itu, dan menyelesaikan semuanya.

Kania merasa begitu puas karena sudah berhasil menjalankan rencana busuknya. Bahkan untuk menipu seorang gadis polos seperti Camelia tanpa ampun, manusia yang sangat kejam. Dia tidak memiliki hati walau pun pada putri kandungnya sendiri, padahal sebagai seorang ibu yang baik harusnya Kania tidak melakukan hal jahat ini hanya karena ayah dari Camelia adalah seorang bajingan. Namun sayangnya semua itu tidak berguna, dia tetap membenci gadis malang itu dengan sepenuh hatinya.

***

Malam yang mencekam itu berlalu dengan cepat, kini pagi yang cerah siap menyambut hari baru untuk setiap umat manusia yang menikmatinya. Terlihat Camelia sedang duduk di depan meja rias sang ibu, wajah gadis itu sangatlah cantik dengan riasan sederhana yang dilakukan Kania. Bulu mata yang lentik, bibir pink yang terlihat begitu manis. Johnny saja yang pertama kali melihat adiknya berdandan sampai tidak bisa berkata-kata, Camelia sangatlah cantik.

"Ibu, kenapa aku harus berdandan seperti ini?" tanya Camelia heran.

"Rey tidak akan mau menemui gadis yang berpenampilan buruk, jika kau datang dan berbicara dengan penampilan seperti biasa mungkin bisa saja dia mengusirmu sayang. Bukankah kau berjanji akan membantu ibumu?" tanya Kania dengan senyum liciknya.

Camelia mengangguk. "Tentu saja ibu, aku akan membantumu."

Setelah selesai dengan persiapannya Johnny mengantarkan sang adik ke sebuah rumah besar dan mewah, hati Camelia merasa sedikit takut sekarang apalagi dia harus pergi sendirian kesana.

"Masuklah aku akan menunggumu diluar!" ucap Johnny pada adiknya.

"Baik, do'akan aku ya kak." ucap gadis itu.

"Iya."

Camelia berjalan masuk ke dalam karena melihat pintu gerbang yang terbuka, dan dalam waktu yang bersamaan sang kakak pun pergi secara diam-diam. Pekerjaannya cukup sampai disini, dan sisanya tinggal mengikuti alur permainan lelaki bernama Rey itu.

"Besar sekali rumah ini, kemana aku harus pergi?"

Camelia terlihat kebingungan, lorong dan ruangan rumah besar ini sangatlah banyak. Dia bahkan tidak tahu dimana lelaki yang sudah mengancam ibunya itu, sampai tak lama seorang wanita berseragam putih hitam datang menghampirinya.

"Nona silahkan lewat sini."

Camelia sempat merasa heran, dia celingukan kesana-kemari ketika mengikuti wanita yang dandanannya mirip sekali seperti seorang pramugari di pesawat itu. Mereka melewati beberapa ruangan dan juga lorong-lorong, hingga pada akhirnya sampai di sebuah tempat yang berada di ujung rumah mewah itu. Sebuah instrumen piano terdengar jelas disana, si wanita asing yang tak lain adalah seorang pelayan itu membukakan pintu untuk Camelia. Gadis itu pun berjalan masuk perlahan, sementara si pembantu pergi meninggalkannya disana.

"Astaga!"

Mata Camelia membulat ketika melihat seorang lelaki tinggi, berkulit putih dengan rambut bergaya khas orang korea tengah duduk di ujung ruangan dengan bertelanjang dada. Dia menatap gadis dihadapannya dengan senyum kecil, jujur saja Rey merasa terkesan dengan penampilan Camelia hari ini. Dia sangat cantik dan juga menarik dimatanya, kenapa malam itu Camelia tidak berpenampilan seperti ini? bisa saja Rey menerimanya dengan ramah tanpa menyeretnya seperti saat itu.

Lelaki tampan berhati iblis itu berjalan mendekat, dan lagi-lagi tertawa kecil. Camelia mulai ketakutan, apa pembicaraan hutang piutang itu harus dilakukan ditempat ini? atau jangan-jangan dia kembali terjebak dalam permainan sang ibu? Camelia pun tidak tahu. Yang jelas, dia merasa jika situasi yang sedang dihadapinya saat ini begitu berbahaya.

"Kenapa diam saja? apa ibumu tidak mengatakan apapun?" tanya Rey sembari memegang ujung rambut panjang Camelia.

下一章